Peristiwa G30S PKI
G30S 1965: Gerakan Pemberontakan dan Pengkhianatan PKI, Upaya Kudeta hingga Pembantaian 6 Jenderal
Sejarah Peristiwa Gerakan 30 September atau yang biasa dikenal dengan nama G30S PKI 1965. Kronologi hingga dalang pemberontakan.
Brigjen Soenarijadi, Kasdam VII Brawijaya, atas nama Panglima Kodam VIII Brawijaya, menandatangani pengumuman dan langsung disiarkan RRI Surabaya yang isinya:
(1) Kodam VIII Brawijaya tidak mengakui adanya Dewan Revolusi
(2) Kodam VIII Brawijaya tetap patuh dan taat pada pemerintah yang sah.
(3) Seluruh jajaran Kodam VIII Brawijaya diharapkan tetap tenang dan waspada serta tetap berada di tempat atau tugas masing-masing.
(12.00 WIB)
Di Semarang, surat tugas untuk Letnan Kolonel Infanteri Usman Sastrodibroto sebagai Pamen yang bertugas untuk mengambil alih pimpinan Kodam VII/Diponegoro ditandangani oleh Sahirman.
(12.00 WIB)
Dr. Johannes Leimena (Waperdam II) tiba di Halim dengan helicopter kepresidenan Sikorsky.
Kedatangan Leimena adalah perintah dari Presiden Sukarno yang disampaikan lewat Komisaris Polisi Sumirat.
(12.00 WIB)
Di Semarang Jawa Tengah, Letkol Usman Sastrodibroto selaku Sekretaris Penguasa Pelaksanaan Dwikora Daerah atas nama Panglima Komando Daerah Militar (Kodam) VII/Diponegoro mengeluarkan surat pengumuman nomor PENG-PPDD/005/10/1965 yang berisi:
(1) Sesuai dengan situasi tanah air dan negara pada saat-saat ini, diminta kepada seluruh masyarakat dalam wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta supaya tetap tenang tanpa mengurangi kewaspadaan dan kesiap-siagaan.
(2) Galang dan kembangkan terus persatuan dan kesatuan seluruh kekuatan nasional yang progresif revolusioner
(3) Jangan terpengaruh oleh provokasi dan jarum-jarum perpecahan subversi dan;
(4) Kepada segenap anggota Angkatan Bersenjata diperintahkan untuk tidak bertindak sendiri-sendiri dan selalu siap siaga.