Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Teroris Poso

Masih Ada 4 Tororis di Poso Diburu Satgas Madago Raya dan Koopgabsus Tricakti TNI, Ini Identitasnya

Masyarakat yang mengetahui keberadaan keempat DPO teroris diminta segera melapor kepada aparat TNI-Polri terdekat.

Editor: Aldi Ponge
MANSUR K103-15
Daftar Terbaru Empat Orang DPO Teroris Poso 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Identitas 4 teroris Poso yang masih diburu satgas Madago Raya dan Koopgabsus Tricakti TNI terungkap.

Mereka adalah sisa teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng) setelah sepeninggal Ali Kalora yang tewas ditembak.

Keempat teroris yang masuk dalam Daftar Pencarian Orang ini bisa saja menyerah atau malah membalas dendam.

Sehingga Madago Raya dan Koopgabsus Tricakti TNI masih terus memburuh Askar alias Jaid alias Pak Guru, Nae alias Galuh alias Muklas, Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang, serta Suhardin alias Ahmad Pranata.

Wakil Ketua Satuan Tugas Hubungan Masyarakat Operasi Madago Raya AKBP Bronto Budiyono mengatakan, petugas akan menjamin keamanan dan keselamatan seluruh DPO jika ingin menyerahkan diri.

"Satgas Madago Raya hari ini secara resmi merilis baliho atau selebaran Empat orang DPO teroris,dengan harapan warga yang mendapat info atau menemukan mereka bisa melaporkan ke pihak TNI-Polri yang terdekat," kata Bronto kepada wartawan, Selasa (21/9/2021).

Masyarakat yang mengetahui keberadaan keempat DPO teroris diminta segera melapor kepada aparat TNI-Polri terdekat.

"Sesuai penjelasan dari Pak Kapolda Sulteng, kalau setelah Ali Kalora tewas tidak ada lagi pemimpin MIT di Sulteng, termasuk Kabupaten Poso," tegas Bronto.

Diberitakan sebelumnya, Pimpinan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Ali Kalora dipastikan tewas dalam kontak senjata dengan Satgas Madago Raya, Sabtu (18/9/2021).

Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Polisi Rudy Sufahriadi mengatakan, kontak senjata tersebut juga menewaskan Ikrima alias Jaka Ramadhan.

Dengan tewasnya Ali Kalora dan Jaka Ramadhan, kelompok MIT Poso tinggal menyisakan empat orang.

Mereka adalah Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang, Askar alias Jaid alias Pak Guru, Nae alias Galuh alias Muklas, dan Suhardin alias Hasan Pranata.

Keempatnya masuk dalam daftar pencarian orang (DPO). Mereka saat ini diduga masih bersembunyi di wilayah hutan pegunungan Parigi dan Poso.

Rudy menuturkan, karena pimpinan MIT Poso Ali Kalora sudah tewas, tidak ada lagi alasan bagi sisa kelompoknya bertahan dalam pelarian.

Oleh karena itu, Rudy meminta empat DPO itu untuk menyerahkan diri kepada Satgas Madago Raya agar tidak ada lagi korban jiwa.

“Sekarang tersisa empat orang lagi, saya berharap mereka mau menyerahkan diri secara baik-baik kepada Satgas, kalau tidak, kita tetap akan mengejar sampai tuntas, sehingga wilayah Sulteng bebas dari aksi teroris,” ujarnya dalam jumpa pers, Minggu (19/9/2021).

Aksi Koopgabsus Tricakti TNI di Poso yang Sempat Dilempari Bom Saat Buru Kelompok Teroris Ali Kalora

Pimpinan TNI membentuk dan mengirim pasukan Koopsgabus Tricakti TNI untuk mengejar dan menangkap 11 DPO teroris kelompok Qatar dan kelompok Ali Kalora di pedalaman hutan dan pegunungan Poso, Sigi dan Parimo Sulawesi Tengah pada akhir tahun 2020.

Pembentukan dan pengiriman pasukan tersebut dilakukan dalam rangka merespons penyerangan dan pembunuhan empat warga di Lemban Tongoa, Sigi, Sulteng pada Jumat (27/11/2020).

Pasukan Koopsgabsus TNI tersebut kemudian beroperasi secara terkoordinasi dengan Satgas Madago Raya.

Mulai awal Januari 2021 pasukan Koopsgabsus TNI kemudian bertugas secara efektif di daerah operasi Poso, Parimo dan Sigi Sulteng.

Dalam manuvernya, pasukan Koopsgabsus mengandalkan tim kecil dengan daya gempur dan memiliki daya jelajah tinggi.

Pasukan tersebut juga sanggup bermanuver di berbagai medan dan cuaca yang sangat ekstrim untuk mengejar dan menyergap titik persembunyian 11 DPO Teroris Poso tersebut.

Tim Analis Koopsgabsus di Poso Kolonel Inf Henri Mahyudi mengatakan kelompok Ali Kalora berhasil dikepung pertama kali oleh Tim Chandraca 5 Koopsgabsus dan Satgas Madago Raya di hutan Taunca pada Selasa (2/2/2021).

Namun, kata Henri, kelompok Ali Kalora berhasil meloloskan diri sesaat sebelum tim gabungan TNI Polri tiba di lokasi.

Pada saat itu, kata Henri, aparat gabungan TNI-Polri berhasil menyita berbagai perlengkapan milik Kelompok Ali Kalora tersebut.

Perburuan terhadap kelompok Qatar dan kelompok Ali Kalora, kata Henri, kemudian terus dilakukan secara terkoordinasi oleh semua unsur aparat keamanan yang terlibat di lapangan.

Koopsgabsus Tricakti dan Satgas Madago Raya melalui Tim Chandrasa 2 Koopsgabssus, lanjut dia, akhirnya berhasil menyergap dan terlibat kontak tembak dengan kelompok Ali Kalora beserta tiga teroris lainnya di Pegunungan Watumatoto, Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir pada Senin (1/3/2021).

Dua teroris Poso yang tewas dalam penyergapan tersebut salah satunya, kata Henri, adalah Irul alias Khairul yang merupakan menantu Santoso mantan pimpinan teroris Poso sebelumnya serta Alvin alias Samil.

"Kelompok Ali Kalora tersebut sempat memberikan perlawanan kepada Tim Chandraca dengan membalas tembakan dan melempar bom rakitan serta bom lontong," kata Henri saat dikonfirmasi Tribunnews.com pada Selasa (21/9/2021).

Saat penyergapan tersebut, kata Henri, Ali Kalora tertembak di kakinya.

Namun Ali Kalora bersama Jaka Ramadan, kata dia, berhasil melarikan diri dengan cara melompat ke jurang memanfaatkan cuaca gelap di hutan lebat dan lokasi TKP yang sangat jauh dari lokasi pemukiman masyarakat.

Koopsgabsus TNI bersama Satgas Madago Raya, kata Henri, kemudian kembali menewaskan dua DPO teroris Poso setelah Tim Tricakti 3 Koopsgabssus TNI berhari-hari menaklukkan medan yang berat.

Tim tersebut, kata dia, berhasil mengikuti jejak-jejak pelarian kelompok Qatar di wilayah perbukitan pedalaman hutan Tokasa, Tanalanto, Kabupaten Parimo yang merupakan wilayah sulit dijangkau baik melaui darat maupun udara.

Teroris Qatar dan Rukli, kata Henri, kemudian tewas di tempat dalam operasi senyap yang berlangsung pada Minggu dini hari sekira pukul 03.00 WITA (11/7/2021).

"Qatar yang dikenal sadis adalah eksekutor utama teroris Poso. Dia dipanggil Amir atau pimpinan dalam jaringan kelompok teroris Poso tersebut, hal ini terungkap dalam sejumlah dokumen yang berhasil dibongkar dan dianalisa Tim Analis Koopsgabsus," kata Henri.

Selama ini, kata Henri, Qatar dan Ali Kalora berpisah karena ada ketidakcocokkan dan pertentangan di antara dua pemimpin teroris tersebut.

Aparat keamanan TNI-Polri Satgas Madago Raya, kata Henri, kemudian berhasil menyergap dan menembak mati satu teroris Abu Alim enam hari pasca penyergapan Tokasa yakni pada Sabtu (17/7/2021).

Abu Alim, kata dia, sebelumnya sempat melarikan diri dari sergapan Tim Tricakti 3 dengan meloncat ke lembah memanfaatkan cuaca gelap dan hutan lebat.

Penyergapan terhadap Abu Alim, kata Henri, terjadi di daerah Batutiga, Torue, Parimo.

Melalui operasi yang terintegrasi secara terus menerus, kata Henri, pasukan TNI dan Polri Satgas Madago Raya yakni Tim Sogili kembali berhasil menewaskan dua teroris Poso di Perkebunan dekat dengan perkampungan Dusun Astina, Balinggi, Parimo pada Sabtu (18/7/2021).

Berdasarkan hasil identifikasi, kata dia, korban tewas adalah Ali Kalora dan Jaka Ramadan.

"Periode Januari sampai pertengahan September 2021, operasi perburuan yang digelar tersebut telah berhasil melumpuhkan tujuh orang DPO Teroris MIT Poso termasuk tokohnya yakni Qatar dan Ali Kalora," kata Henri.

Pangkoopsgabsus Tricakti Mayjen TNI Richard TH Tampubolon yang dihubungi melalui saluran telepon menjawab singkat bahwa saat ini tinggal empat DPO teroris Poso yang tersisa.

Richard yang saat ini juga menjabat sebagai Dankoopssus TNI meminta dukungan dan doa untuk semua prajurit yang bekerja keras agar dapat segera menumpas DPO teroris Poso tersisa itu.

"Mohon dukungan doa buat semua prajurit yang terus agresif dan bekerja keras di lapangan, agar segera dapat menumpas sisa empat DPO Teroris lainnya," kata Richard.

Bersembunyi, Menyerah atau Balas Dendam

Pengamat terorisme Universitas Indonesia (UI) Ridlwan Habib meyakini kelompok itu akan habis, baik dengan cara menyerah atau nantinya tertangkap oleh aparat keamanan.

Sebab, empat orang yang tersisa bukanlah sosok yang hebat dari sisi kemampuan tempur.

"Pascatewasnya Ali Kalora saya yakin MIT tumpas dan selesai. Saya meyakini empat orang ini akan segera tertangkap atau kalau tidak ya mereka menyerah sendiri," kata Ridlwan.

Belum lagi fakta bahwa kelompok MIT tak lagi mendapat bantuan dari jaringan JAD di luar Sulawesi Tengah setelah pimpinan terdahulu yakni Santoso tewas pada 2016.

"MIT ini sudah sangat lemah dan hanya bertahan hidup dari merampok ladang-ladang petani di kaki gunung," kata Ridlwan.

Berbeda, pengamat intelijen dan terorisme Universitas Indonesia Stanislaus Riyanta menyebut ada tiga kemungkinan yang bakal dilakukan sisa kelompok MIT.

Salah satunya adalah melakukan aksi akhir karena sudah merasa terdesak motif balas dendam.

Aksi akhir ini bisa berupa aksi teror atau serangan lain, walaupun kecil kemungkinan menggunakan bom karena sulitnya memperoleh bahan baku.

"Selain motif balas dendam, sisa anggota MIT akan melakukan aksi balasan jika merasa malu untuk menyerah dan perhitungan tidak mampu bertahan lama jika terus di hutan," kata Stanislaus.

Kemungkinan kedua adalah mereka tetap bersembunyi di hutan menjauh dari aparat keamanan dan masyarakat.

Hingga saat ini kelompok MIT sudah terbukti mampu bertahan bertahun-tahun hidup di hutan, walaupun tetap sesekali turun ke perkampungan untuk memenuhi logistik dan kebutuhan lain.

"Namun jika ini yang dilakukan maka diperkirakan sisa kelompok MIT tersebut tidak akan bertahan lama, karena kejaran aparat keamanan yang semakin solid dan berpengalaman di medan Poso," katanya.

Kemungkinan terakhir, kelompok MIT tersebut diprediksi bakal menyerah kalah.

Stanislaus mengatakan dengan tewasnya Ali Kalora dan Ikrima serta berkurangnya senjata yang dimiliki, maka semangat dari sisa kelompok MIT akan jatuh.

"Untuk memperkecil risiko maka kemungkinan menyerah adalah situasi terbaik bagi mereka. Tapi untuk mewujudkan ini maka aparat keamanan juga perlu melakukan dialog kepada para tokoh yang bisa berhubungan dengan sisa kelompok MIT untuk menghimbau agar mereka menyerah," ucap Stanislaus.

Selain itu, dia menyebut hal yang harus diwaspadai adalah munculnya pembelaan dan simpati dari kelompok tertentu atas tewasnya Ali Kalora dan Ikrima.

Sebelumnya pada 2020 ketika dua anggota MIT tewas ditembak aparat karena melakukan perampasan senjata pada anggota Polri yang berjaga di bank, pemakamannya mendapat simpati dari sejumlah masyarakat bahkan dielu-elukan seperti layaknya pahlawan.

Hal yang sama juga terjadi pada saat pemakanan pemimpin MIT Santoso pada 2016.

"Pembelaan dan simpati masyarakat terhadap teroris MIT ini menunjukkan bahwa radikalisme juga mengakar kuat di masyarakat, sehingga pemberantasan terorisme tidak akan mudah dilakukan. Kelompok MIT mampu bertahan selama ini tentu karena ada dukungan dari simpatisannya (sebagian masyarakat). Dukungan tersebut bisa berupa logistik atau berupa informasi," katanya.

Menurutnya, upaya pemberantasan terorisme tidak berhenti dengan menembak mati pelaku teror.

Di luar itu perlu dilakukan deradikalisasi terhadap kelompok masyarakat yang sudah terpapar paham radikal dan mendukung gerakan kelompok teroris.

Selain itu juga perlu dilakukan kontra radikalisasi yaitu penguatan ideologi di masyarakat agar tidak mudah terpengaruh dan mampu melawan paham radikal.

"Pemerintah perlu melakukan deradikalisasi terhadap pihak-pihak di masyarakat yang mendukung kelompok MIT. Jika hal ini bisa dilakukan secara masif, sehingga sisa kelompok MIT bisa menyerah, dan masyarakat sadar bahwa radikalisme terorisme adalah pelanggaran hukum yang tidak pantas dilakukan, maka kemungkinan wilayah Poso menjadi lebih baik dan lebih aman adalah sangat besar," jelas dia. 

TAUTAN AWAL: Koopgabsus Tricakti TNI Sebut 7 Teroris Poso Tewas Sepanjang 2021

Berita terkait Ali Kalora

 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved