Gempa Bumi Terkini
Gempa Bumi Baru Saja Terjadi di Wilayah Jawa Timur, Ini Info Magnitudo dan Lokasinya
Info gempa bumi baru saja terjadi di wilayah Jawa Timur Senin (20/9/2021) malam.
Penulis: Glendi Manengal | Editor: Glendi Manengal
TRIBUNMANADO.CO.ID - Info gempa bumi baru saja terjadi di wilayah Jawa Timur Senin (20/9/2021) malam.
Gempa tersebut diinfokan mengguncang daerah Pacitan malam ini pukul 18.48 WIB.
Berikut ini informasi lengkap dari akun twitter BMKG Jogja.
Baca juga: Inul Daratista Bagikan Alquran Jumbo, Olla Ramlan Tak Mau Ketinggalan
Baca juga: Profil Sinyo Harry Sarundajang, 10 Tahun Berkuasa Sebagai Gubernur Sulut, Ikuti Konvensi Capres
Baca juga: Peringatan Dini BMKG, Selasa 21 September 2021: Waspada 25 Wilayah Dilanda Hujan Disertai Angin

Berdasarkan informasi dari twitter Stageof Sleman @bmkgjoja, gempa tersebut terjadi di wilayah Pacitan, Jawa Timur pukul 18.48 WIB pada Senin (20/9/2021).
Gempa bumi tersebut berkekuatan magnitudo 3.3
Dengan pusat gempa terjadi di laut berjarak 73 km Tenggara Pacitan, Jawa Timur.
Sedangkan untuk titik lokasinya berada di koordinat 8.836 Lintang Selatan 111.19794 Bujur Timur.
Gempa di wilayah Pacitan ini berada di kedalaman 21 kilometer
Dari Info gempa yang disampaikan dari akun twitter tersebut tidak ada pontensi terjadi Tsunami.
Berikut ini unggahan info gempa dari twitter bmkgjogja.
"Info Gempa Mag:3.3 SR, 20-Sep-21 18:48:53 WIB,
Lok:8.836 LS,111.19794 BT (73 km Tenggara PACITAN-JATIM), Kedlmn:21 Km ::BMKG-PGR VII" tulis twitter Stageof Sleman @bmkgjogja.
Seperti yang diketahui sebelumnya dari BMKG sudah memberikan prediksi terkait gempa yang berpotensi di wilayah Pacitan Jawa Timur.
Berikut Prediksi BMKG wilayah Jawa Timur Pacitan potensi dilanda Tsunami.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta jajaran Kementerian Sosial (Kemensos) menyiapkan langkah strategis terkait potensi gempa dan tsunami di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, yang diprakirakan bisa mencapai 25-28 meter.
Langkah strategis diperlukan untuk meminimalisasi dampak terburuk dari terjadinya potensi gempa dan tsunami tersebut.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, potensi tsunami tinggi di Kabupaten Pacitan lantaran dalam peta wilayah itu dekat dengan teluk yang mengumpulkan tenaga gelombang tinggi dan relatif dekat dengan letak episentrum gempa, sehingga dapat dikatakan menjadi zona merah.
“Misalnya peta daerah Pacitan, Jawa Timur, warna merah menunjukkan gelombang tinggi 10-14 meter, semakin merah semakin tinggi pula gelombang, warna kuning gelombang 2-3 meter, serta warna hijau gelombang setengah meter,” papar Dwikorita saat Menteri Sosial Tri Rismaharini memberikan arahan atas kesiapsiagaan bencana secara daring di Jakarta, Rabu (21/7/2021).
Dwikorita menyebutkan ada 10 kajian ilmiah terkait prediksi bencana yang dijabarkan dalam sebuah peta untuk memudahkan memahami dengan tiga warna yakni merah, kuning dan hijau.
Pada kasus Kabupaten Pacitan, akses zona merah menuju zona hijau kemungkinan tercepat melalui sungai yang mengalir.
Namun jika terjadi tsunami, sungai tersebut menurut Dwikorita berpotensi menambah dampak kerusakan wilayah.

Sehingga, diperlukan jalur yang dapat mengintegrasikan penduduk di zona merah agar dapat mengevakuasi diri ke jalur hijau.
Dwikorita meminta agar seluruh jajaran di daerah dapat membangun infrastruktur tahan gempa sebagai jalur evakuasi warga.
Dwikorita mengingatkan agar jangan sampai infrastruktur evakuasi tidak kuat menghadapi bencana seperti yang terjadi di Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Dia mengatakan infrastruktur evakuasi warga di Palu sebenarnya sudah dipersiapkan sejak 2009-2015 dan semua elemen masyarakat bersiap menghadapi situasi bencana alam, mulai dari Wali kota, Bapeda, Dinas Tata Ruang, pihak sekolah dan pihak-pihak terkait lainnya. Namun lantaran tidak kuat menahan guncangan gempa, sehingga infrastruktur seperti jembatan, roboh.
Akibatnya, banyak di antara anak-anak dan dewasa yang telah mempelajari cara evakuasi diri menjadi korban, karena tak tahu harus berbuat apa di kala infrastruktur evakuasi rusak parah.
Oleh karenanya, menurut Dwikorita, empat langkah strategis kesiapsiagaan bencana yang dipaparkan Menteri Sosial Tri Rismaharini perlu diterapkan sesegera mungkin. Empat langkah tersebut adalah mempelajari kearifan lokal penduduk untuk mempermudah evakuasi, menggandeng pihak terkait komunikasi publik di saat putus komunikasi, tidak meremehkan prakiraan BMKG, dan agar jajaran Kementerian Sosial dan Dinas Sosial memahami kebutuhan warga setempat yang riskan terhadap dampak bencana untuk mengurangi korban anak-anak, lansia, hingga penyandang disabilitas.
“Saya setuju dengan apa yang disampaikan oleh Bu Mensos terkait kesiapsiagaan menghadapi bencana yang begitu strategis, serta juga perlu mempersiapkan bangunan yang dirancang tahan guncangan gempa hingga magnitudo 8,7,” kata dia.
(Tribunmanado.co.id/Glendi)