Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sosok Tokoh

SOSOK Frans Kaisiepo, Sang Pemersatu Papua dengan Indonesia, Tokoh yang Setia Perjuangkan NKRI

Frans merupakan pahlawan nasional yang memperjuangkan Papua sebagai wilayah Indonesia.

Penulis: Gryfid Talumedun | Editor: Gryfid Talumedun
Istimewa/Internet
SOSOK Frans Kaisiepo, Sang Pemersatu Papua dengan Indonesia, Tokoh yang Setia Perjuangkan NKRI 

Dikutip dari Antaranews, pada masa perjuangan tiga hari menjelang Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia, Frans Kaisiepo dan beberapa rekannya mendengarkan lagu Indonesia Raya di Kampung Harapan Jayapura pada 14 Agustus 1945.

Beberapa hari sesudah proklamasi tepatnya, 31 Agustus 1945, Kaisiepo dan rekan-rekan perjuangan melaksanakan upacara pengibaran bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia.

Pencetus nama Irian

Pada 10 Juli 1946, Frans Kaisiepo yang juga pahlawan Trikora membentuk Partai Indonesia Merdeka.

Pada bulan yang sama mengikuti Konferensi Malino di Sulawesi Selatan sebagai salah satu delegasi Indonesia.

Ia tercatat sebagai satu-satunya putra Papua yang hadir diperundingan yang penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.

Pada konferensi Malino, Frans Kaisiepo mengusulkan nama Irian sebagai pengganti nama Papua.

Irian berasal dari bahasa Biak yang berati semangat persatuan masyarakat agar tidak mudah takluk di tangan Belanda.

Ia juga menolak atas skenario usulan pembentukan Negara Indonesia Timur.

Frans Kaisiepo menjadi tokoh penting dalam pergerakan anti Belanda. Di mana sebagai pencetus pergerakan melawan Belanda di Biak pada 1948.

Biografi <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/frans-kaisiepo' title='Frans Kaisiepo'>Frans Kaisiepo</a>, Sang <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/pemersatu' title='Pemersatu'>Pemersatu</a> <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/papua' title='Papua'>Papua</a> dan <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/indonesia' title='Indonesia'>Indonesia</a> | KepoGaul

Ditangkap

Frans Kaisiepo pernah dijebloskan ke penjara oleh Belanda.

Ini dampak dari penolakan saat ditunjuk sebagai wakil Belanda untuk wilayah Nugini dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Nederland, Belanda.

Ia menolak dengan alasan tidak mau didikte oleh Belanda. Ia ditahan sebagai tahanan politik mulai 1954 hingga 1961.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved