ISIS
Pemimpin ISIS Sahara Tewas Dibunuh Pasukan Militer Prancis, Presiden Macron: Keberhasilan Besar
Adnan Abu Walid al-Sahrawi tewas dalam Operasi Militer Prancis. Presiden Prancis Emmanuel Macron sebut sebuah keberhasilan besar militer negaranya.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kabar terbaru dari kelompok teroris ISIS, pemimpin ISIS di Sahara Besar, Adnan Abu Walid al-Sahrawi dikabarkan telah tewas.
Adnan Abu Walid al-Sahrawi tewas terbunuh dalam Operasi Militer Prancis.
Hal itu disampaikan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Ia mengatakan pasukan militer Prancis telah membunuh pemimpin ISIS di Sahara Besar, Adnan Abu Walid al-Sahrawi.
“Ini adalah keberhasilan besar lainnya dalam perjuangan kami melawan kelompok teroris di Sahel,” kata presiden Perancis pada Rabu malam (15/9/2021) melansir Guardian.
Tapi pemimpin Prancis itu tidak mengungkapkan lokasi operasi tersebut.
Adnan Abu Walid al-Sahrawi merupakan pemimpin bersejarah ISIS di wilayah Sahel, Afrika Barat.
Kelompoknya menargetkan tentara AS dalam serangan mematikan di Niger pada 2017, menurut pemerintah Macron.
Pada Agustus 2020, Sahrawi secara pribadi memerintahkan pembunuhan enam pekerja amal Perancis dan pengemudi Nigeria mereka.
Presiden Macron mengatakan pada Juli, Perancis segera membentuk kembali kekuatannya di Sahel,
yang menjadi garis depan perang melawan kelompok militan, sampai akhirnya mengurangi separuh kehadiran militernya.
Tanpa akhir yang jelas terlihat pada operasi Perancis dan kekacauan politik terutama di Mali, Paris menjadi frustrasi.
“Bangsa ini malam ini mengenang semua pahlawannya yang tewas untuk Perancis di Sahel dalam operasi Serval dan Barkhane,
dari keluarga yang ditinggalkan, dari semua yang terluka,” kicau Macron dalam unggahan di Twitter.
“Pengorbanan mereka tidak sia-sia. Dengan mitra Afrika, Eropa, dan Amerika kami, kami akan melanjutkan pertarungan ini.”
Bom bunuh diri ISIS di Afghanistan
Afghanistan yang baru dikuasai Taliban kini mendapat teror.
Diketahui terjadi bom bunuh diri di luar bandara Kabul pada Kamis 26 Agustus 2021.
Hal ini tentunya menjadi perhatian dikarenakan Taliban baru 11 hari kuasai Afghanistan.
Baru 11 hari Taliban berkuasa di Afghanistan, bom bunuh diri meledak di kerumunan warga di luar Bandara Kabul, Kamis 26 Agustus 2021.
Militer AS mengkonfirmasi ledakan besar terjadi di luar Bandara Kabul Afghanistan saat ribuan warga Afghanistan berebut meminta dievakuasi militer Amerika dan sekutunya.
“Kami dapat mengkonfirmasi ledakan di luar bandara Kabul. Korban jiwa tidak jelas saat ini. Kami akan memberikan rincian tambahan ketika kami bisa,” kata Juru Bicara Pentagon John Kirby melalui akun twitternya.
Setelah ledakan bom pertama, disusul ledakan kedua yang juga sudah dikonfirmasi pihak Amerika.
“Kami juga dapat mengkonfirmasi setidaknya satu ledakan lain di atau dekat Baron Hotel, tidak jauh dari Abbey Gate. Kami akan terus memperbarui," tulis John Kirby.
Belum diketahui apakah pelaku bom bunuh diri ini berasal dari saingan Taliban, kelompok teroris IS-Khorasan atau ISIS Khorasan atau ISIS-K.
Kelompok teroris IS-Khorasan atau ISIS Khorasan atau ISIS-K adalah musuh bebuyutan Taliban dan sebelumnya sudah menebar ancaman pada Taliban.
Seorang pejabat Taliban mengatakan kepada Al Jazeera bahwa setidaknya 11 orang tewas dalam ledakan di luar bandara Kabul.
Informasi lain menyebut korban jiwa ada 13 orang termasuk anak-anak.
Disebutkan tiga tentara Amerika mengalami luka dalam ledakan bom bunuh diri ini.
Koresponden Al Jazeera Rob Mc Bride melaporkan ledakan bom ini merupakan serangan bom bunuh diri menarget warga Afghanistan yang berkerumum di Bandara Kabul.
"Kami memahami itu dikonfirmasi sebagai bom bunuh diri di dekat salah satu gerbang - di mana banyak orang mencoba naik ke penerbangan," tambahnya.
McBride mengatakan ada laporan bahwa tiga tentara AS terluka ringan dalam serangan itu.
Koresponden Al Jazeera Ali M Latifi melaporkan ledakan di luar bandara Kabul adalah insiden pertama sejak Taliban menguasai Afghanistan 15 Agustus 2021.
“Mereka [Taliban] harus mengerahkan kekuatan dan dukungan apa pun yang mereka miliki untuk menanggapi situasi dan merawat kemungkinan korban,” tweetnya.
Taliban menyatakan kemungkinan serangan teror ini dilakukan kelompok teroris Negara Islam (IS).
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid menuding ISIS pelaku teror ini, seperti yang sebelumnya sudah diperingatkan Amerika dan sekutunya.
"Taliban berkomitmen pada komunitas internasional dan tidak akan membiarkan teroris menggunakan Afghanistan sebagai basis operasi mereka," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid.
Terpisah Presiden Amerika Joe Biden mengatakan ada "risiko akut dan terus meningkat" dari serangan ISIS-K pada kerumunan warga yang memadati Bandara Kabul.
Amerika Serikat, Inggris dan Australia telah mengeluarkan travel warning pada warganya untuk meninggalkan lokasi sekitar Bandara Kabul menuju daerah yang lebih aman.
"ISIS-K adalah musuh bebuyutan Taliban, dan mereka memiliki sejarah pertempuran satu sama lain," kata Biden, Minggu.
"Tetapi setiap hari kami memiliki pasukan di lapangan, pasukan ini dan warga sipil tak berdosa di bandara menghadapi risiko serangan dari ISIS-K."
Sosok ISIS-K Musuh Bebuyutan Taliban
Beberapa bulan setelah ISIS mendeklarasikan kekhalifahan di Irak dan Suriah pada 2014, pasukan yang memisahkan diri dari Taliban Pakistan bergabung dengan militan di Afghanistan untuk membentuk cabang regional, berjanji setia kepada pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi.
Kelompok itu secara resmi diakui oleh pimpinan pusat Negara Islam pada tahun berikutnya karena berakar di timur laut Afghanistan, khususnya di Provinsi Kunar, Nangarhar dan Nuristan.
ISIS-K juga berhasil mendirikan sel-sel tidur di bagian lain Pakistan dan Afghanistan, termasuk Kabul, menurut pemantau PBB.
Perkiraan terbaru kekuatan ISIS-K bervariasi dari beberapa ribu pejuang aktif hingga serendah 500 orang, menurut laporan Dewan Keamanan PBB yang dirilis bulan lalu.
"Khorasan" adalah nama historis untuk wilayah tersebut, mengambil bagian dari apa yang sekarang disebut Pakistan, Iran, Afghanistan, dan Asia Tengah.
ISIS Khorasan bertanggung jawab atas beberapa serangan paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir di Pakistan dan Afghanistan.
Kelompok ini telah membantai warga sipil di kedua negara, di masjid, tempat suci, alun-alun dan bahkan rumah sakit.
Kelompok ini secara khusus menargetkan Muslim dari sekte yang dianggap sesat, termasuk Syiah.
Tahun lalu, ISIS Khorasan mengejutkan dunia -- pria bersenjata mengamuk dan menembaki bangsal bersalin di lingkungan yang didominasi Syiah di Kabul, yang menewaskan 16 ibu dan calon ibu.
Namun IS-Khorasan gagal menguasai wilayah mana pun di kawasan itu, menderita kerugian besar karena operasi militer pimpinan Taliban dan AS.
Menurut penilaian militer AS dan PBB, setelah fase kekalahan berat IS-Khorasan sekarang beroperasi sebagian besar melalui sel-sel rahasia yang berbasis di atau dekat kota untuk melakukan serangan tingkat tinggi.
Hubungan ISIS-K dengan Taliban Kedua kelompok itu adalah militan Islam Sunni garis keras, tetapi saling berperang.
Mereka berbeda dalam hal-hal kecil agama dan strategi, sambil mengklaim sebagai pembawa bendera jihad yang sebenarnya.
Perselisihan itu telah menyebabkan pertempuran berdarah di antara keduanya, dengan Taliban muncul sebagai pemenang sebagian besar setelah 2019 ketika IS-Khorasan gagal mengamankan wilayah seperti yang dilakukan kelompok induknya di Timur Tengah.
Sebagai tanda permusuhan antara dua kelompok jihad, pernyataan ISIS menyebut Taliban sebagai murtad.
Reaksi IS-Khorasan atas Kemenangan Taliban
IS-Khorasan sangat kritis terhadap kesepakatan tahun lalu antara Washington dan Taliban yang mengarah pada kesepakatan untuk menarik pasukan asing.
Bahkan IS-Khorasan menuduh Taliban mengabaikan tujuan jihad.
Ketika sebagian besar kelompok perlawanan berbasis Islam seperti Hamas dan Hezbollah memberi selamat atas kemenangan Taliban di Afghanistan, tapi IS-Khorasan tidak memberikan apresiasi.
ISIS menuduh Taliban mengkhianati jihadis dengan kesepakatan penarikan AS dan bersumpah untuk melanjutkan perjuangannya. (aljazeera)
(Kompas.com)
Tautan: