Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Internasional

Selwa Hussein, Manusia yang Kini Hidup Tanpa Jantung, Nasib Selalu Bawa Ransel untuk Tetap Bernapas

Selwa Hussein menjadi manusia yang kini hidup tanpa jantung. Bertahan hidup dengan membawa ransel berisi jantung buatan.

Editor: Frandi Piring
Kolase Foto Twitter
Selwa Hussein, Manusia yang Kini Hidup Tanpa Jantung, Nasib Selalu Bawa Ransel Berisi Jantung Buatan untuk Tetap Bernapas. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Nasib Selwa Hussein, seorang perempuan Inggris yang kini hidup tanpa jantung di tubuhnya.

Selwa Hussein menjadi manusia yang kini hidup tanpa jantung selayaknya orang normal pada umumnya.

Jalan hidup perempuan berusia 39 tahun ini tergolong sangat langka di dunia.

Selwa Hussein pun harus hidup dengan membawa mesin pompa darah atau jantung buatannya di dalam ransel yang dipanggulnya kemanapun ia pergi.

Berdasarkan Surat kabar Inggris Daily Mail, melaporkan bahwa Selwa Hussein adalah satu-satunya orang yang hidup seperti ini di Inggris.

Selwa Hussein, Manusia yang Kini <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/hidup-tanpa-jantung' title='Hidup Tanpa Jantung'>Hidup Tanpa Jantung</a>, Nasib Selalu Bawa Ransel Berisi Jantung Buatan untuk Tetap Bernapas.

(Foto: Selwa Hussein, Manusia yang Kini Hidup Tanpa Jantung, Nasib Selalu Bawa Ransel Berisi Jantung Buatan untuk Tetap Bernapas. (Istimewa)

Ibu dari dua anak ini mencoba menjalani kehidupan normal sebanyak yang dia bisa.

Jantung Salwa Hussein ditempatkan di ransel dalam tas yang selalu dia pegang di pangkuannya atau dia panggul di punggung saat berjalan.

Ransel yang selalu bersamanya itu berisi perangkat motor listrik dan pompa dengan dua baterai seberat 6,8 kg.

Baterai mendorong udara ke dalam kantong plastik di dadanya melalui tabung yang terpasang untuk sirkulasi darah di tubuhnya.

Selwa menjalani operasi penyelamatan jiwa yang sangat radikal sehingga dia sekarang membawa jantungnya di dalam ransel.

Awal mulanya

Kisah menakjubkan Selwa dimulai ketika dia mulai merasa sangat terengah-engah. Dia menyeret dirinya ke mobil dan mengemudi sejauh 200 yard untuk menemui dokter keluarganya di Clayhall, Essex.

Dokter mengirimnya ke rumah sakit setempat di mana dokter memberitahu bahwa ia mengalami gagal jantung yang parah.

Empat hari kemudian, dia dilarikan dengan ambulans ke Rumah Sakit Harefield yang terkenal di dunia di mana sejumlah ahli jantung berjuang untuk membuatnya tetap hidup.

Dia terlalu sakit untuk tetap hidup dengan pompa pendukung yang membantu jantungnya yang gagal.

Begitu pula untuk mendapatkan transplantasi jantung.

Jadi dengan harapan hidup yang tipis, Al suaminya, setuju Selwa diberi jantung buatan.

Jantung alami Selwa diangkat oleh ahli bedah dan diganti dengan implan buatan dan unit spesialis di punggungnya.

Ransel Selwa berisi dua set baterai untuk menyalakan motor dan dia memiliki unit kedua yang siaga di ransel lain jika yang pertama gagal.

90 detik atau mati

Al, atau pengasuh lain kini harus selalu bersama Selwa.

Jika terjadi bencana, misalnya mesin pompa jantung mati, mereka hanya memiliki waktu 90 detik untuk menghubungkan Selwa ke mesin cadangan.

Selwa memiliki waktu berbulan-bulan untuk membiasakan diri tetap hidup dengan jantung di dalam ransel.

Jantung buatan Itu menggerakkan darah ke seluruh tubuhnya dengan kecepatan 138 denyut per menit dalam ritme yang menyebabkan dadanya bergetar.

Jantung buatan yang dipakai <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/selwa-hussein' title='Selwa Hussein'>Selwa Hussein</a>.

(Foto: Jantung buatan yang dipakai Selwa Hussein. (Foto BBC)

Ada suara pompa dan desingan konstan dari motor di ransel yang dia pakai saat dia keluar atau berpindah lantai saat di rumah.

Dua tabung plastik besar yang terhubung ke ransel masuk ke tubuhnya melalui pusar dan naik ke dadanya.

Mereka kemudian mengisi dua balon di dalam rongga dadanya dengan udara.

Jadi cara kerjanya seperti bilik jantung alami yaitu untuk mendorong darah ke seluruh tubuhnya.

Selwa, ibu dari seorang anak laki-laki berusia lima tahun dan seorang gadis berusia 18 bulan,

mengatakan, ia perlu waktu untuk memulihkan kondisi dan pulang dari rumah sakit.

"Saya sangat sakit sebelum dan sesudah operasi sehingga saya membutuhkan waktu selama ini untuk

cukup bugar dan bisa pulang," tuturnya.

Para ahli yang memeriksa gagal jantung Selwa menyimpulkan bahwa dia memiliki kondisi yang disebut kardiomiopati.

Kondisi itu sangat jarang terjadi dan dapat dipicu oleh kehamilan.

Saat pertama kali Selwa mengeluh nyeri dada, dokter sempat keliru mengira dia menderita penyakit pencernaan.

Jantung Rp 1,7 miliar

Jantung buatan Selwa senilai 86.000 poundsterling atau sekitar Rp 1,7 miliar dibuat oleh perusahaan Amerika Serikat.

Jantung itu dipasang di tubuh Selwa lewat opersi selama enam jam.

Operasi dilakukan oleh ahli bedah Diana Garcia Saez dan dibantu oleh kepala operasi transplantasi Harefield, Mr Andre Simon.

Harefield adalah satu-satunya pusat di Inggris yang menggunakan perangkat tersebut.

"Harefield benar-benar luar biasa. Mereka datang dengan solusi yang memungkinkan saya untuk tetap

hidup untuk melihat Tahun Baru bersama keluarga saya. Untuk itu saya berterima kasih selamanya," tutur Selwa.

Mr Simon mengatakan, operasi berjalan sangat baik dan pemulihan Selwa sangat baik.

"Sejauh ini baru satu orang lain di Inggris yang pulang dengan jantung buatan. Ini mengikuti operasi di

Rumah Sakit Papworth, Cambridgeshire, pada tahun 2011," tuturnya.

Setelah menunggu dua tahun, pria berusia 50 tahun itu berhasil menjalani transplantasi jantung dan masih hidup hingga sekarang.

Harapannya, Selwa juga mendapat transplantasi dan melanjutkan hidupnya.

(*)

Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul AJAIB, Wanita Ini Hidup Tanpa Jantung, Kemanapun Manggul Ransel Isi Mesin Pompa Darah Rp 1,7 Miliar, https://wartakota.tribunnews.com/2021/09/12/ajaib-wanita-ini-hidup-tanpa-jantung-kemanapun-manggul-ransel-isi-mesin-pompa-darah-rp-17-miliar?page=all.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved