Cerita Alkitab
Kisah Yunus Dalam Alkitab, Hindari Panggilan Tuhan Sampai Ditelan Ikan Namun Tak Mati
Yunus adalah seorang nabi pada Perjanjian Lama. Begini Kisahnya Dalam Alkitab
Penulis: Rhendi Umar | Editor: Rhendi Umar
TRIBUNMANADO.CO.ID -Di dalam Alkitab ada sosok bernama Yunus.
Yunus adalah seorang nabi pada Perjanjian Lama.
Dalam bahasa Ibrani, Yunus disebut Yonah yang berarti “merpati”.
Nama ayahnya adalah Amitai yang berarti kebenaran Allah.
Tokoh Yunus sendiri didasarkan pada tokoh yang dikenal hidup pada masa pemerintahan Yerobeam II (786-746 SM).
Raja ini memperluas perbatasan negerinya dari Hamat sampai Laut Mati.
Dalam Perjanjian Lama, Yunus bin Amittai disebutkan di luar kitab Yunus sendiri hanya sekali yakni dalam 2 Raja-raja 14:25 (untuk informasi lebih jauh tentang tokoh ini sendiri, lihat artikel Yunus).
Kitab ini sendiri kemungkinan disunting pada masa pasca-pembuangan (setelah 530 SM) dan didasarkan pada tradisi lisan yang telah diturunkan sejak abad ke-8 SM.
Yunus dianggap sebagai salah seorang nabi kecil karena buku aslinya ditulis bersama-sama dengan kitab-kitab kenabian lainnya yang lebih kecil dalam sebuah gulungan saja (yang juga dikenal sebagai "Kitab yang Duabelas").
Sebagai bagian dari Perjanjian Lama, kitab ini terdapat dalam Tanakh Yahudi dan Alkitab Kristen.
Kisahnya mempunyai sejarah penafsiran yang menarik dan telah menjadi cerita termasyhur melalui cerita-cerita populer anak-anak.
Pada suatu hari, Allah berbicara kepada Nabi Yunus, katanya, “Pergilah ke Niniwe untuk memberitahukan ancaman-Ku kepada kota itu, karena Aku tahu penduduknya jahat sekali.” Niniwe adalah kota yang sangat besar. Orang-orangnya sangat jahat.
Mereka bukan orang Israil; mereka tidak menyembah Allah.
Akan tetapi, Nabi Yunus tidak mau menyampaikan Firman Allah kepada orang Niniwe tersebut.
Jadi Nabi Yunus naik kapal besar dan pergi ke kota lain.
Waktu Nabi Yunus di kapal, ia turun ke tempat yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur nyenyak.
Kemudian Allah mendatangkan angin keras yang meniup dan mengombang-ambingkan kapal itu.
Ombak menjadi semakin besar dan kapal itu hampir tenggelam.
Badai begitu hebat sehingga awak kapal takut sekali.
Mereka berteriak-teriak minta tolong, masing-masing kepada dewanya sendiri.
Supaya kapal itu tidak karam, mereka membuang muatannya ke dalam laut.
Pada waktu kapten kapal itu turun ke bawah, ia menemukan Nabi Yunus di situ sedang tidur. Lalu ia berkata, “Bangunlah! Berdoalah kepada dewamu untuk minta tolong!”
Sesudah Nabi Yunus dan kapten kapal itu naik ke atas, para awak kapal itu berkata kepada sesama mereka, “Mari, kita buang undi supaya kita tahu siapa yang bersalah sampai-sampai kita tertimpa bencana ini!” Lalu mereka pun membuang undi.
Nama Nabi Yunuslah yang kena.
Kemudian Nabi Yunus berkata kepada orang-orang yang ada di kapal itu, “Saya orang Ibrani, saya menyembah Allah yang di surga, yang menciptakan bumi dan laut.” Kemudian ia bercerita bagaimana ia berusaha melarikan diri dari perintah Allah.
Sementara itu badai makin menjadi-jadi, lalu para awak kapal bertanya kepadanya, “Apa yang harus kami lakukan kepadamu supaya badai ini berhenti?”
Jawab Nabi Yunus, “Buanglah aku ke laut, pasti badai akan berhenti.” Tetapi para awak kapal itu masih berusaha sekuat tenaga untuk mendayung kapal itu ke daratan, namun badai makin mengamuk juga sehingga usaha mereka sia-sia belaka.
Sebab itu mereka berseru-seru kepada Allah, “Allah, kami mohon janganlah kami binasa karena kami menyerahkan nyawa Yunus ini.”
Lalu mereka melemparkan Nabi Yunus ke dalam laut, dan badaipun berhenti mengamuk. Para awak kapal itu menjadi takut kepada Allah.
Mereka mengatakan bahwa mereka sekarang percaya kepada Allah.
Nabi Yunus tidak mati di dalam laut.
Allah memerintahkan seekor ikan yang sangat besar (ikan paus) supaya menelan Nabi Yunus.
Nabi Yunus tinggal di dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam.
Ia berdoa dan minta diselamatkan. Kemudian, atas perintah Allah ikan itu memuntahkan Nabi Yunus ke daratan.
Nabi Yunus menaati seruan Allah. Ia segera pergi ke Niniwe; ia memasuki kota Niniwe itu dan sesudah berjalan sepanjang hari, ia berteriak: “Empat puluh hari lagi, Niniwe akan hancur!”
Penduduk Niniwe percaya kepada pesan Allah. Seluruh rakyat memutuskan untuk berpuasa.
Semua orang, besar maupun kecil, memakai kain kabung untuk menunjukkan bahwa mereka menyesali dosa-dosa mereka.
Allah melihat perbuatan mereka. Dia melihat bahwa mereka telah meninggalkan kelakuan mereka yang jahat.
Maka dari itu, Ia mengubah keputusannya, mengampuni mereka, dan tidak jadi menghukum mereka.