BMKG
Info BMKG: Tsunami 6-10 Meter Dapat Terjadi dengan Waktu Tiba 9 Menit, Ini Pemodelan dan Lokasinya
Berdasarkan hasil penelitian pemodelan tsunami dapat terjadi di Ambon-Maluku dengan ketinggian 6-10 meter dan perkiraan waktu tiba 9 menit.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ), Dwikorita Karnawati menjelaskan hasil penelitian pemodelan potensi tsunami di wilayah Timur, yaitu di Ambon, Maluku.
Dwikorita Karnawati mengatakan, Provinsi Maluku termasuk wilayah titik rawan bencana baik itu gempa, tsunami dan lainnya.
Melansir Antara News, berdasarkan hasil riset sebelumnya dilakukan sumber pembangkit gempa di Maluku adalah beberapa daerah patahan aktif yakni sesar Buru Utara M 7,4, Sesar Buru M 7,0, Sesar Manipa M7,4 dan sesar Bobot M7,5.

(Ilustrasi Foto: Info gempa dan tsunami./Istimewa)
Dwikorita Karnawati menjelaskan, sudah banyak yang melakukan riset penelitian di Provinsi Maluku baik perguruan tinggi dalam maupun luar negeri namun tindak lanjut tidak dilakukan.
"Kita rawan gempa tsunami tetapi kita tetap melakukan pembangunan. Ini mesti diwujudkan dengan langkah di lapangan.
Kita datangi bersama pemerintah agar bisa melakukan langkah mencegah terjadi korban jiwa apabila terjadi gempa dan tsunami.
Pantai di provinsi Maluku perlu di mitigasi agar tidak ada korban jiwa," ungkapnya dalam pertemuan bersama Pemprov Maluku dan Pemkot Ambon di kantor Gubernur Maluku, Kamis malam, 2 September 2021, dikutip dari Antara.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, mulai dari beberapa titik di kota Ambon ini juga menjadi titik patahan rawan.
"Namun bukan berarti daerah rawan gempa tsunami daerahnya tidak berkembang.
Nah langkah memitigasi gempa dan tsunami agar tidak menimbulkan korban jiwa," ujarnya.
Ia mengatakan, daerah rawan tidak hanya di Ambon tetapi di Jawa juga.
Di mana kejadian gempa bumi di Maluku mengalami kenaikan peningkatan terutama pada tahun 2019 yaitu 5.101 dengan berbagai kekuatannya, tahun 2020 mengalami penurunan tetapi trennya masih peningkatan dibandingkan tahun 2019 yaitu 3.139.
Dwikorita mengaku sejarah gempa dan tsunami di Indonesia frekuensi tertinggi berada di Maluku.
"Pantai di Provinsi Maluku perlu dimitigasi agar tidak ada korban jiwa. Kami tadi kunjungi RSUP Johannes Leimena perlu dicek desain mampu tahan gempa 7,5 atau tidak," ungkapnya.
Terkait titik pada RSUP Leimena, ia meminta pemerintah daerah harus menyikapinya.

(Foto: Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati. Terbaru jelaskan pemodelan potensi tsunami di wilayah Ambon-Maluku. Tsunami 6-10 meter dengan waktu tiba 9 menit. (dok pribadi)
Ia menegaskan, berdasarkan hasil penelitian dan pemodelan tsunami dapat terjadi di Ambon dengan ketinggian antara 6-10 meter, dan perkiraan waktu tiba 9 menit.
"Karena itu penentuan waktu warga untuk menyelamatkan diri harus diperhitungkan dengan benar, sehingga menghindari jatuhnya korban jiwa saat bencana," katanya.
Dwikora mengakui berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sejumlah peneliti dan pakar dari dalam dan luar Negeri, wilayah Kota dan Pulau Ambon merupakan salah satu daerah paling rawan terjadi gempa bumi dan tsunami.
Penyebab tsunami di Ambon dan Maluku pada umumnya selain disebabkan gempa tektonik, juga dikarenakan longsoran di dasar laut serta erupsi gunung api dibawah laut.
"Laut Banda misalnya yang berhadapan langsung dengan Pulau Ambon merupakan laut terdalam dan curam, tebingnya bisa longsor dan menimbulkan gelombang pasang," ujarnya.
Ia menambahkan, tinjauan lapangan yang dilakukan bersama tim BMKG di wilayah Maluku akan digunakan untuk memperbaharui peta zona rawan tsunami dan peta dan jalur evakuasi di Teluk Ambon maupun di Maluku Tengah dan SBB. (Antara)
(*)
