Sosok Tokoh
Masih Ingat Hambali Otak Bom Bali 2002? Terduga Teroris Ini Mulai Disidang Militer Guantanamo di AS
Hambali, hadir di pengadilan pusat penahanan Guantanamo, Amerika Serikat (AS), bersama dua orang Malaysia pada Senin (30/8/2021).
TRIBUNMANADO.CO.ID - Masih ingat Hambali?
Hambali merupakan Otak dibalik Bom Bali tahun 2002.
Sosok yang disebut sebagai 'otak' serangan teror bom di Bali, Oktober 2002, dan beberapa serangan bom lainnya, Hambali, mulai dihadirkan dalam persidangan militer Amerika Serikat, Senin (30/08) waktu setempat.
Hambali, hadir di pengadilan pusat penahanan Guantanamo, Amerika Serikat (AS), bersama dua orang Malaysia pada Senin (30/8/2021).
Pria yang bernama asli Encep Nurjaman, bersama dua orang terduga teroris asal Malaysia, telah muncul di pengadilan di pusat penahanan Guantanamo, yang dibawah kendali otoritas militer AS.
Sejumlah laporan menyebutkan mereka dikenai tuntutan yang mencakup pembunuhan, konspirasi dan terorisme.
Mereka diadili atas tuduhan yang mencakup pembunuhan, konspirasi dan terorisme.
Hambali, yang bernama asli Encep Nurjaman, adalah pemimpin Jemaah Islamiyah (JI), kelompok militan Asia Tenggara yang memiliki hubungan dengan Al Qaeda.
Pemerintah AS mengatakan, Hambali merekrut milisi termasuk dua orang Malaysia, Mohammed Farik bin Amin dan Mohammed Nazir bin Lep Nurjaman, untuk melancarkan aksinya.
Sejumlah serangan yang didalangi Al Qaeda dan Jemaah Islamiyah antara lain bom Bali 2002 pada Oktober di Paddy's Pub dan Sari Club, Bali, serta bom bunuh diri Agustus 2003 di JW Marriott Jakarta.
Total korban tewas dalam bom Bali 2002 dan bom JW Marriott adalah 213 orang, termasuk 202 di Bali yang 88 di antaranya warga Australia.
Jaksa menuduh Mohammed Nazir dan Mohammed Farik bertindak sebagai perantara dalam transfer uang yang digunakan untuk mendanai operasi kelompok tersebut.
Ketiganya ditangkap di Thailand pada 2003 dan dipindahkan ke sel rahasia "situs hitam" CIA yang penuh penyiksaan, menurut laporan Komite Intelijen Senat yang dirilis pada 2014. Pada 2006 mereka dipindahkan ke Guantánamo.