Bacaan Alkitab
Bacaan Alkitab Rabu 25 Agustus 2021, Filipi 2:26-28 : Tetap Melayani Walau Sakit
Mengapa? Karena posisi Epafroditus, di Filipi, Makedonia, Yunani. Sedangkan, Paulus di Roma (kini di Italia). Jaraknya sangat jauh lebih dari 1.200 km
TRIBUNMANADO.CO.ID - Epafroditus diutus untuk melayani Paulus. Sekilas, tugas ini sederhana saja. "Hanya diutus." Padahal, fakta atau kenyataannya, tidak segampang yang dikatakan dan dibayangkan.
Butuh pengorbanan dan keberanian untuk menjadi utusan jemaat Filipi untuk melayani Paulus di penjara di Roma.
Mengapa? Karena posisi Epafroditus, di Filipi, Makedonia, Yunani. Sedangkan, Paulus di Roma (kini di Italia). Jaraknya sangat jauh lebih dari 1.200 km. Dia harus menempuh itu dengan berjalan kaki.
Sebab ketika itu belum ada pesawat. Mobil juga tidak. Ketika itu wilayah tersebut belum seperti sekarang. Masih banyak hutan rimba dan sungai besar.
Nah, Epafroditus harus melewati hutan rimba, di mana di sana ada banyak binatang buas yang siap menerkamnya dan para penyamun, perampok dan pelaku kriminal lainnya yang mengancam nyawanya.
Sebab si hutan rimba pasti berlaku "hukum rimba." Dia harus menempuh perjalanannya dengan jalan kaki selama lebih dari 1 bulan, baru bisa tiba di Roma.
Belum lagi dia harus memikul sendiri semua barang titipan sebagai bantuan untuk Paulus. Ketika itu belum ada ATM untuk transfer. Juga blum ada uang kertas. Uang masih dalam bentuk koin.
Bayangkan betapa beratnya itu. Belum lagi pemberian yang lain. Jadi, dia tidak "lenggang kangkung" dalam perjalanannya. Sudah jauh, memikul beban pula.
Hal inilah yang kemungkinan membuat dia kelelahan dan tertekan, sehingga dia jatuh sakit, sakit berat dan nyaris mati. Belum lagi dia harus menyesuaikan dengan keadaan setempat yang asing baginya.
Namun, meski dia kecapean dan sakit berat, bahkan nyaris mati, tapi tidak mengendorkan semangatnya untuk melayani Paulus.
Allah juga tidak membiarkan Epafroditus. Allah tetap mengasihi dia dengan kasih-Nya yang sempurna.
Demikian firman Tuhan hari ini. "Karena ia sangat rindu kepada kamu sekalian dan susah juga hatinya, sebab kamu mendengar bahwa ia sakit. Memang benar ia sakit dan nyaris mati, tetapi Allah mengasihani dia, dan bukan hanya dia saja, melainkan aku juga, supaya dukacitaku jangan bertambah-tambah. (ayat 26 dan 27)
Semangat dan tekad Epafroritus untuk melayani, pantang menyerah. Bahkan dia siap dan rela menerima risiko nyawa sekalipun.
Sebab, kesaksian banyak orang ketika itu bahwa sangat berbahaya bagi seseorang mengunjungi apalagi menolong dan melayani seorang tahanan di penjara yang kasusnya tidak jelas.
Artinya dia didakwa hanya karena aspek politik, dendam dan sakit hati. Seperti status pemenjaraan Paulus. Risiko kematian mengancam Epafroditus. Tapi dia siap berkorban untuk itu.
Sikap dan kepribadian Epafroditus itulah yang disenangi bahkan disanjung Paulus. Hal ini membuat Tuhan mengasihani baik Epafroditus maupun Paulus.
Meski dia sakit berat dan nyaris mati, tapi Tuhan mengasihani dia dan menyembuhkannya secara total. Bahkan Paulus mengirimnya kembali sekaligus untuk membawa suratnya kepada jemaat Filipi, yakni kitab Filipi yang kita baca dan renungkan ini.
Bayangkan, dia melakukan perjalanan itu, pergi dan pulang. Berapa jauh saja jarak yang dia tempuh dan berapa lama waktu yang digunakan untuk menempuhnya.
Kelelahan apa yang tidak dia rasakan? Tapi dia menerima dan menjalani semuanya dengan sukacita, maka Tuhan mengasihi dia.
Sahabat Kristus, demikiamlah pengorbanan sosok Epafroditus untuk Tuhan.
Dia mengorbankan segalanya untuk tugas yang kelihatan sederhana itu tapi sungguh sangat mulia. Dia siap menanggung risiko kematian sekalipun atas bahaya yang harus dia hadapi.
Tapi, sebagai anak Tuhan, dia yakin Tuhan beserta dia. Imannya sungguh luar biasa. Pemberian dirinya untuk Tuhan dan untuk pelayanan, tiada duanya. Itulah sebanya Paulus memyebut dia sebagai teman sekerja dan teman seperjuangan.
Marilah kita memeriksa diri kita. Pengorbanan apa yang sudah kita berikan untuk Tuhan. Atau kita justeru mengorbankan orang dan berlindung dalam pelayanan atas kejahatan kita.
Janganlah kita hitung-hitungan dengan Tuhan. Sebab terlalu banyak dan amat sangat banyak pengorbanan Kristus bagi kehidupan kita. Renungkanlah itu.
Janganlah tanyakan apa yang kita dapatkan dari pelayanan kita. Sebab sudah terlalu banyak yang kita dapatkan dari Tuhan. Sekarang, tanyakanlah pada diri kita, pengorbanan apa dan pemberian diri apa yang sudah kita lakukan bagi Tuhan.
Marilah sebagai keluarga dan jemaat Tuhan, kita introspeksi dan retrospekai diri. Periksalah hidup kita.
Renungkanlah dan hayatilah hidup kita agar hanya tertuju untuk memuliakan Tuhan. Seperti yang diteladankan Epafroditus. Agar hidup kita selalu dikasihi Tuhan dalam segala hal. Amin
Doa: Tuhan Yesus, ajarlah kami agar siap berkorban dalam melayani Tuhan dan suka menolong sesama yang lemah. Amin. (Jackried Malueseng)