Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Konflik Afghanistan

Dulu Dilatih Amerika Serikat Hingga Tak Terkalahkan, Nasib Pasukan Elite Afghanistan Ditinggal AS

Dilatih oleh Amerika Serikat (AS) dan dilengkapi dengan peralatan canggih, pasukan elite Afghanistan adalah senjata garis depan melawan Taliban

Editor: Finneke Wolajan
(AP Photo via The Sun)
Ilustrasi Pasukan khusus Afghanistan. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Pasukan elite Afghanistan berjanji untuk menumpas habis Taliban di tengah persiapan melakukan perlawanan kembali.

Kekuatan pasukan elite Afghanistan dihimpun lagi oleh Wakil Presiden Afghanistan, Amirullah Saleh, setelah mendeklarasikan dirinya sebagai pemimpin sah negara tersebut.

Amirullah Saleh menyerukan konsentrasi Pasukan elite Afghanistan di Lembah Panjshir, sekitar 128 km dari Kabul. Tempat itu adalah satu-satunya yang belum dikuasai Taliban.

Nasib pasukan elite Afghanistan usai ditinggal Amerika Serikat

Ilustrasi tentara <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/amerika-serikat' title='Amerika Serikat'>Amerika Serikat</a> (AS) yang tengah melakukan persiapan. 
Ilustrasi tentara Amerika Serikat (AS) yang tengah melakukan persiapan.(US Marine Corps/Sgt Robert G. Gavaldon via Sky News)

Dilatih oleh Amerika Serikat (AS) dan dilengkapi dengan peralatan canggih, pasukan elite Afghanistan adalah senjata garis depan melawan Taliban.

Akan tetapi, berkurangnya dukungan militer AS membuat mereka tak bisa berbuat banyak seperti dulu lagi.

Dengan berakhirnya kehadiran pasukan AS di Afghanistan secara efektif, serangan cepat Taliban melahap wilayah pedesaan dan mengepung kota-kota yang dikuasai pasukan pemerintah.

Agresifnya Taliban menimbulkan tekanan besar pada unit-unit pasukan elite, yang terus-menerus dikirim ke pusat medan perang di mana pasukan reguler menyerah kepada milisi.

Kepala Komando Operasi Khusus Mayor Jenderal Haibatullah Alizai mengatakan, pengurangan tajam dukungan udara AS menghambat operasi.

"Ini lebih menantang hari ini. Sementara kami berjuang di sebagian besar wilayah, di beberapa garis depan, itu semakin sulit. Tapi, kami tidak punya pilihan. Ini negara kami," kata Alizai kepada AFP, Rabu (4/8/2021).

Pembunuhan brutal terhadap kelompok elite pasukan khusus pada Juni, setelah bala bantuan tak bisa datang, adalah ilustrasi gamblang tentang bagaimana mereka bisa terisolasi dan dikalahkan.

Konvoi tentara <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/afghanistan' title='Afghanistan'>Afghanistan</a> berhenti sejenak di garis depan pertempuran melawan <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/taliban' title='Taliban'>Taliban</a>, dekat kota Badakhshan, <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/afghanistan' title='Afghanistan'>Afghanistan</a> utara, Minggu (4/7/2021). Lebih dari 1.000 personel melarikan diri ke negara tetangga, Tajikistan, karena kalah bentrok melawan <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/taliban' title='Taliban'>Taliban</a>.
Konvoi tentara Afghanistan berhenti sejenak di garis depan pertempuran melawan Taliban, dekat kota Badakhshan, Afghanistan utara, Minggu (4/7/2021). Lebih dari 1.000 personel melarikan diri ke negara tetangga, Tajikistan, karena kalah bentrok melawan Taliban.(AP PHOTO/NAZIM QASMY)

"Tidak pernah kalah dalam pertempuran"

Mengenakan kacamata penglihatan malam, senapan buatan AS, dan peralatan tempur modern lainnya, pasukan khusus Afghanistan sempat mengejutkan Taliban ketika mereka pertama kali muncul pada 2008.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved