Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Afghanistan

Respons George W Bush, Mantan Presiden Amerika atas Afghanistan yang Dikuasai Taliban

George W Bush mengatakan ia dan mantan Ibu Negara Laura Bush merasakan "kesedihan mendalam" atas peristiwa yang terjadi di Afghanistan,

Editor: Aldi Ponge
AFP
Mantan presiden Amerika Serikat George W Bush 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Pemerintahan Afghanistan jatuh ke milisi Taliban pada Minggu (15/08/2021).

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani pun melarikan diri.

Diketahui, milisi Taliban mulai menang atas perang dengan tentara Afghanistan setelah tentara Amerika mulai ditarik.

Tentara Amerika berada di Afghanistan untuk memburu teroris Al-qaeda setelah bom 11 September 2001.

Saat itu Afghanistan dipimpin oleh Taliban. Kini Taliban menguasai Afghanistan setelah 20 tahun.

Sementara itu, George W Bush Mantan Presiden AS yang memerintahkan memulai perang di Afghanistan mengaku sedih.

George W Bush mengatakan ia dan mantan Ibu Negara Laura Bush merasakan "kesedihan mendalam" atas peristiwa yang terjadi di Afghanistan, Al Jazeera melaporkan.

"Laura dan saya telah menyaksikan peristiwa tragis yang terjadi di Afghanistan dengan kesedihan yang mendalam."

"Hati kami berat untuk rakyat Afghanistan yang telah sangat menderita dan untuk Amerika dan sekutu NATO yang telah berkorban begitu banyak," kata mantan presiden itu dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Senin (16/8/2021) malam waktu setempat.

Dilansir Axios, Bush menekankan ia yakin upaya evakuasi akan efektif karena dilakukan oleh pria dan wanita yang luar biasa dari Angkatan Bersenjata Amerika Serikat, korps diplomatik, serta komunitas intelijen.

"Kami berterima kasih dari lubuk hati kami dan akan selalu menghormati kontribusi Anda," tambahnya, dalam sebuah pesan untuk personel Amerika.

George W Bush adalah presiden pertama yang memulai invasi ke Afghanistan.

Pada 2001, Bush memerintahkan pasukan untuk menggulingkan Taliban dan menekan al-Qaeda agar tidak melancarkan serangan teroris lagi ke AS setelah peristiwa 9/11.

Pertengahan Juli lalu, Bush menyebut penarikan pasukan AS dari Afghanistan adalah suatu kesalahan.

Mantan presiden Amerika Serikat George W. Bush mengkritik keputusan penarikan tentara AS dan NATO dari Afghanistan, CBS News melaporkan.

Ia menyebut penarikan itu akan berakibat warga di sana "dibantai" oleh Taliban.

"Wanita dan gadis Afghanistan akan menderita kerugian yang tak terkatakan. Ini adalah kesalahan...," kata Bush kepada media Jerman Deutsche Welle, Rabu (14/7/2021).

"Mereka hanya akan ditinggalkan untuk dibantai oleh orang-orang yang sangat brutal ini, dan itu menghancurkan hati saya."

Seperti yang diketahui, pasukan AS mulai menarik diri dari Afghanistan sejak awal Mei 2021, sekitar 20 tahun setelah mereka tiba di negara yang dilanda perang itu.

Pasukan dijadwalkan ditarik sepenuhnya pada 11 September namun penarikan dilakukan lebih awal karena ibu kota telah jatuh ke tangan Taliban.

Dalam perkembangan terbaru, ribuan warga Afghanistan menyerbu bandara utama Kabul untuk meninggalkan negara yang kini dikuasi Taliban tersebut.

Beberapa bahkan dilaporkan nekat berpegangan pada badan pesawat saat lepas landas hingga akhirnya terjatuh, dilansir ABC.

Sedikitnya tujuh orang tewas dalam kekacauan pada hari Senin (16/8/2021), menurut pejabat AS.

Kerumunan orang yang menyerbu bandara terjadi ketika Taliban menguasai ibu kota setelah terjadi berbagai serangan di seluruh negeri sepanjang minggu.

Seorang jenderal tinggi Pentagon bertemu dengan Taliban di Doha untuk mendesak mereka agar tidak menyerang penduduk yang berusaha melarikan diri dari Afghanistan, kata seorang pejabat pertahanan.

Seorang pejabat AS mengatakan pasukannya melepaskan tembakan ke udara untuk mencegah orang-orang yang mencoba memaksa masuk ke pesawat militer.

Pesawat itu membawa diplomat dan staf kedutaan keluar dari Kabul.

Video yang dibagikan di media sosial menunjukkan puluhan orang berlarian di samping pesawat angkut militer AS saat meluncur di sepanjang landasan pacu sebelum lepas landas.

Beberapa yang lainnya terlihat menempel di sisi pesawat.

Video muncul menunjukkan setidaknya dua orang jatuh dari pesawat itu setelah pesawat lepas landas.

Jatuhnya korban dari pesawat belum diverifikasi.

"objek" jatuh dari pesawat militer AS setelah lepas landas dari bandara Kabul (Asvaka News/ Facebook GMA News)
Pasukan AS kemudian membersihkan landasan pacu untuk memungkinkan penerbangan dilanjutkan.

Saksi mata mengatakan ratusan orang terjebak di antara pasukan Amerika yang berusaha mendorong mereka keluar dari bandara dan pasukan Taliban yang berusaha menahan mereka.

Militer AS mengatakan akan meningkatkan penerbangan menggunakan pesawat yang mampu mengangkut hingga 300 orang sekaligus, untuk memaksimalkan kapasitas evakuasi hingga 5.000 orang per hari.

Berbicara beberapa jam setelah kekacauan di bandara, Presiden AS Joe Biden mengatakan warga Afghanistan yang berpegangan pada pesawat militer AS adalah pemandangan yang "menyayat hati".

Ia mengatakan dia tetap pada keputusannya untuk menarik pasukan keluar, dan tidak akan mengulangi "kesalahan masa lalu" dengan berperang dalam konflik yang tidak lagi menjadi kepentingan AS.

Kronologi Runtuhnya Pemerintah Afghanistan

Pada Minggu (15/8/2021), Juru bicara Taliban urusan politik Mohammad Naeem mengatakan kepada Al Jazeera Mubasher TV bahwa perang telah usai.

Pernyataan tersebut disampaikan Naeem beberapa saat setelah Taliban memasuki ibu kota Afghanistan, Kabul.

Setelah Taliban memasuki Kabul pada Minggu, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dilaporkan meninggalkan Afghanistan.

Ghani beralasan, dia ingin menghindari pertumpahan darah. Beberapa orang di media sosial mengecamnya sebagai pengecut.

Jatuhnya Kabul ke tangan Taliban tak terlepas dari hengkangnya pasukan asing yang dipimpin Amerika Serikat (AS).

Awalnya, AS bakal menarik seluruh pasukannya dari Afghanistan dengan tempo 11 September 2021. “Negeri Paman Sam” mengatakan pasukannya bakal ditarik secara bertahap mulai Mei.

Sejak saat itu, 50 dari 370 distrik di Afghanistan telah jatuh di tangan Taliban sejak Mei, saat dilanjutkannya penarikan pasukan AS dari Afghanistan.

Rupanya, penarikan pasukan asing maju dari jadwal. Pada awal Juni ini, lebih dari 50 persen tentara AS yang ada di Afghanistan telah dipulangkan.

Setelah itu, militer AS bungkam dan enggan memerinci lagi soal upaya penarikan pasukannya.

Pada awal Juli, Kementerian Pertahanan AS mengumumkan, progres penarikan pasukannya dari Afghanistan mencapai 90 persen.

 Sisanya, 10 persen pasukan AS yang ada di Afghanistan, akan dipulangkan pada akhir Agustus alias beberapa hari sebelum tenggat penarikan yakni pada 11 September. 

Penarikan pasukan AS dari Afghanistan berlangsung cepat dan senyap. Bahkan, penarikan pasukan AS dari Pangkalan Udara Bagram terjadi begitu saja, tanpa ada pengumuman jauh-jauh hari sebelumnya.

Setelah mayoritas pasukan asing hengkang, Taliban secara cepat menduduki sejumlah wilayah di Afghanistan.

Mulanya, Taliban menduduki daerah-daerah pedesaan dan pinggiran Afghanistan. Setelah itu, kelompok ini mengeklaim telah merebut wilayah perbatasan penting.

Beberapa negara mulai menarik diplomat dan warganya dari Afghanistan.

Pada Hari Raya Idul Adha, Taliban sejenak menghentikan serangannya. Tapi setelah itu, bertempuran kembali terjadi.

Menurut prediksi intelijen AS yang bocor, pemerintah Afghanistan bisa runtuh dalam enam bulan setelah AS menarik seluruh pasukannya dari sana.

Selama dua bulan, pertempuran antara Taliban dan pasukan pemerintah Afghanistan telah meningkat.

Pada akhir Juli, Taliban diperkirakan telah menguasai hingga setengah dari seluruh wilayah. Rusia bahkan menggelar latihan militer gabungan dengan Tajikistan dan Uzbekistan mewaspadai konflik dari Afghanistan.

 
Di sisi lain, Biden menegaskan dukungannya terhadap pemerintahan Ghani dan berjanji gelontorkan bantuan senilai Rp 1,4 triliun.

Pertempuran antara Taliban dan tentara Afghanistan makin intens. Sejak 29 Juli, Taliban mulai menyerang ibu kota provinsi Helmand, Lashkargah.

Taliban juga menyerang badara Kandahar dengan roket.

Pada 7 Agustus, Taliban merebut ibu kota provinsi pertama mereka, Zaranj di Provinsi Nimroz.

Meski di beberapa tempat mereka mendapat perlawanan sengit, Taliban terus membuat kemajuan.

Tak butuh waktu lama, dalam lima hari, kelompok pemberontak tersebut berhasil mengontrol delapan ibu kota provinsi hanya dalam kurun waktu lima hari.

AS sempat membatu tentara Afghanistan dengan bantuan serangan udara. Namun, bantuan tersebut tidaklah cukup.

Bahkan, Taliban menggelar operasi untuk mengeliminasi para pilot Afghanistan di luar bandara guna melemahkan kekuatan udara Afghanistan.

Taliban telah bergerak semakin dekat untuk mengontrol penuh Afghanistan. Sejak kejatuhan ibu kota provinsi pertama ke tangan Taliban, ibu kota-ibu kota lain bertumbangan.

 
Karena kecepatan Taliban, dinas intelijen AS merevisi prediksi mereka bahwa Taliban dapat merebut Kabul dalam waktu 90 hari, lebih cepat dari perkiraan semula.

Hanya dalam tempo kurang dari sepekan, Taliban berhasil menduduki sembilan ibu kota provinsi di Afghanistan.

Puncaknya, pada 15 Agustus, sebanyak 23 ibu kota provinsi telah berhasil direbut, dan Kabul diperkirakan akan mudah dijatuhkan.

Bahkan, para milisi Taliban berhasil mengambil alih kendali Jalalabad, kota utama di timur Afghanistan, tanpa perlawanan.

Tak butuh waktu lama setelah merebut Jalalabad, Taliban memasuki Kabul setelah merebut 23 ibu kota provinsi pada 15 Agustus.

Masuknya Taliban ke Kabul disampaikan oleh seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri Afghanistan.

Pada saat yang sama, AS sedang mengevakuasi para diplomatnya dari kedutaan besar dengan helikopter.

Ghani lantas meninggalkan negaranya saat Kabul dikepung Taliban. Ghani pergi beberapa jam setelah Taliban memerintahkan anggotanya mengepung Kabul dari pinggiran.

Setelah itu, lantas mendeklarasikan bahwa perang di Afghanistan telah berakhir.

 Pernyataan tersebut disampaikan Naeem beberapa saat setelah Taliban memasuki ibu kota Afghanistan, Kabul.

Biden dan pejabat tinggi lainnya terkejut oleh kecepatan Taliban dalam mengambil alih Afghanistan.

Masuknya Taliban ke Kabul menandai kembali berkuasanya kelompok tersebut setelah digulingkan invasi pasukan koalisi pimpinan AS pada 2001.

Naeem berujar bahwa tidak akan ada badan diplomatik atau kantor pusat yang menjadi sasaran.

Dia menuturkan, Taliban meyakinkan semua orang bahwa mereka akan memberikan keamanan bagi warga negara dan misi diplomatik.

"Kami siap untuk berdialog dengan semua tokoh Afghanistan dan akan menjamin perlindungan yang mereka perlukan," kata Naeem.

Dia mengungkapkan, kelompok itu membuat setiap langkah secara bertanggung jawab dan ingin berdamai dengan semua orang.

TAUTAN AWAL: Mantan Presiden AS George W. Bush Ungkap Kesedihan Mendalam atas Apa yang Terjadi di Afghanistan  dan Kronologi Runtuhnya Pemerintah Afghanistan: Hengkangnya Pasukan AS hingga Jatuhnya Kabul ke Taliban

Berita Terkait Afghanistan

Ikuti Berita Tribun Manado di google

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved