Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Nasional

Inilah Penyebab Perceraian Terjadi, Simak Penjelasan Psikolog

Inilah yang menjadi penyebab perceraian terjadi. Simak penjelasan lengkap psikolog berikut ini. 

Kolase Tribun Manado/pixabay
ilustrasi perceraian 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Inilah yang menjadi penyebab perceraian terjadi. 

Simak penjelasan lengkap psikolog berikut ini. 

Ada banyak hal yang menjadi penyebab perceraian terjadi, satu di antaranya adalah tidak punya kemampuan untuk berkomunikasi yang baik. 

Baca juga: Prakiraan Cuaca di Manado Sabtu 14 Agustus 2021, Info Terkini BMKG Hujan di Siang Hari 

Baca juga: Ingat Nabilah Ayu, Gadis Cantik yang Dulunya Personel JKT 48? Ini Kabar Terbarunya, Sudah Hijrah

Baca juga: Cuaca Esktrem Sabtu 14 Agustus 2021 Hujan Lebat dan Angin Kencang di Daerah Ini, Info Terkini BMKG

Ilustrasi perceraian. (myjewishlearning.com)

Banyak variabel yang menjadi penyebab terjadinya perceraiaan suami istri selama pandemi covid-19.

Misalnya, masalah relasi. Karena selalu berada di rumah sejak PPKM, maka terjadi sebuah pertengkaran.

"Satu sama lain jadi tahu dengan kebiasaan lain, yang terkadang merasa tidak cocok," kata psikolog klinis Anna Surti Ariani S.Psi., M.Si., Psi, kepada Tribunnews.com, Jumat (13/8/2021).

Selanjutnya, menurut dia, pasangan itu tidak dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.

Di sisi lain karena selalu bersama di dalam rumah, antara suami dan istri punya idealisme berbeda tentang mengasuh anak.

"Jadi yang tadinya mereka masih bisa keluar untuk istirahat dari pasangan, PPKM memaksa di rumah saja lebih dari sebelumnya. Semakin tinggi tekanannya secara relasi," ungkapnya pada Tribunnews, Jumat (13/8/2021).

Ilustrasi perceraian. (michaellovell.com)

Ada juga akibat ketidaksetiaan seperti perselingkuhan. Namun, Anna menyebut, konflik tersebut bisa berasal dari diri sendiri.

"Dalam artian orang punya ketidakmampuan untuk mengkomunikasikan. Tidak punya kemampuan untuk memecahkan masalah, mengatur emosi pribadi dan memaafkan," pungkasnya.

Tekanan keuangan pun turut berperan. Selama PPKM ini ada perusahaan kesulitan sehingga harus memangkas karyawan.

Hal ini tentunya menjadi memicu permasalahan dalam rumah tangga. Kemudian kondisi kesehatan keluarga.

"Intinya tidak ada penyebab tunggal dari perceraian. Kemungkinan besar sudah banyak dan semakin membeludak di masa PPKM dan karena tidak bisa menanggung tekanan itu lalu memutuskan untuk bercerai," tuturnya.

Angka Perceraian di Manado Meningkat 

Angka perceraian tahun 2020 lebih meningkat dibandingkan tahun 2021.

Berikut ini data perceraian tahun 2020 dan 2021 yang diperoleh tribunmanado.co.id dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) kota Manado, Rabu (12/8/2021).

- Januari ada 37 keluarga.

- Februari 29 keluarga.

- Maret 17 keluarga.

- April 21 keluarga

- Mei 23 keluarg.

- Juni 27 keluarga.

- Juli 45 keluarga.

- Agustus 35 keluarga.

- September 40 keluarga.

- Oktober 16 keluarga.

- November 37 keluarga.

- Desember 27 keluarga.

Dari jumlah keseluruhan selama tahun 2020 adalah 354 keluarga.

Namun jika dibanding dengan tahun 2021 ini dari Januari hingga Juli ada peningkatan.

Januari hingga Juli tahun 2020 ada 199 kasus jumlah perceraian.

Sedangkan tahun 2021 dari Januari hingga Juli angka perceraian berjumlah 266 dengan rincian.

- Januari 42 keluarga

- Februari 28 keluarga.

- Maret 40 keluarga.

- April 43 keluarga

- Mei 39 keluarga.

- Juni 44 keluarga.

- Juli hingga tanggal 28 berjumlah 30 keluarga.

Dr Meiske Liando Dosen PPs/FIP Unima ketika dihubungi Rabu (11/8/2021) mengatakan, angka perceraian pada masa pandemi covid-19 meningkat bukan hanya di Manado, tapi hampir seluruh daerah bahkan dunia.

"Jika membaca beberapa sumber ternyata penyebab utamanya adalah faktor ekonomi.

Terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menimpa para suami merupakan pemicuh konflik dalam rumah tangga yang berujung perceraian," kata Meiske.

Menurutnya, meningkatnya tuntutan dan kebutuhan rumah tangga yang acap kali mengundang perdebatan antara pasangan suami membuat emosi keduanya tidak stabil dan tak jarang mencari ketenangan dengan cara mereka sendiri.

"Ketika hal ini terjadi di Manado semua berpangkal dari gaya hidup, banyak yang ingin merubah tatanan dengan hadirnya Covid-19," ucapnya.

Meiske mencontohkan, misalnya bertemu dengan komunitas ditempat-tempat tertentu, sampai larut malam bahkan sampai nginap, ngumpul-ngumpul itu banyak resiko, terjadi interaksi yang tidak terduga karena keseringan pertemuan dengan lawan jenis berkedok relasi, berkedok reunian dengan alasan mencari hiburan karena sumpek di rumah dan lain sebagainya.

Menjamurnya komunitas a, b dan c di daerah nyiur melambai ini baginya, justru menimbulkan pertanyaan besar ada yang positif tapi ada juga yang nyinyir ketika menyaksikan tingkah segelintir kelompok yang mestinya menghindari berkumpul justru justru sebaliknya.

"Ketidakseimbangan aktivitas dan waktu bersama kekerasan dalam rumahtangga, berubah pola komunikasi dan faktor rasa dalam membina rumah tangga menjadi semu," katanya.

Untuk itu Meiske sampaikan, jika masih bisa dikendalikan sebaiknya pasangan suami istri lebih banyak memberi atau menciptakan ruang dalam hubungan rumah tangga yang sangat fleksibel, tidak kaku atau pun emosional, berpikir positif.(fis)

Berita Terkait Nasional

SUMBER:

https://www.tribunnews.com/lifestyle/2021/08/13/penyebab-perceraian-selama-pandemi-menurut-psikolog-klinis-masalah-relasi-hingga-ekonomi

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved