Bacaan Alkitab
Bacaan Alkitab Kamis 29 Juli 2021, Kisah Para Rasul 5:7-8 : Kisah Ananias dan Safira
Karena isteri memiliki peran yang sangat sentral dan strategis dalam kehidupan keluarga, secara khusus dalam hubungan suami isteri.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Bagaimana rasanya kehilangan isteri? Pasti sangat sulit. Kita pasti berduka, bersedih dan seakan kehilangan semangat hidup. Segalanya terasa hampa.
Mengapa demikian? Karena isteri memiliki peran yang sangat sentral dan strategis dalam kehidupan keluarga, secara khusus dalam hubungan suami isteri. Bagi suami, isteri menjadi segalanya dalam hidupnya, apalagi untuk anak-anaknya.
Kisah Ananias dan Safira, mengungkapkan penting dan strategisnya peran istri dalam kehidupan suami isteri. Jika isteri jatuh dalam dosa, hancurlah suami dan keluarganya.
Bahkan jika isteri diam saja terhadap kekeliruan dan kejahatan suami, jatuhlah mereka secara bersama. Apalagi jika berkompromi dan berkolusi untuk berbuat jahat, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi.
Hal seperti itulah yang terjadi pada isteri bernama Safira. Dia bekerjasama dengan suaminya Ananias, untuk melakukan kejahatan bersama.
Dia tidak tahu bahwa kedok mereka telah terbongkar. Dia juga tidak tahu bahwa suaminya baru saja meregang nyawa, karena dusta bersama itu. Dia pun menegaskan lagi dusta mereka di depan para rasul dan jemaat.
Demikian Firman Tuhan hari ini. Kira-kira tiga jam kemudian masuklah isteri Ananias, tetapi ia tidak tahu apa yang telah terjadi.
Kata Petrus kepadanya: "Katakanlah kepadaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?" Jawab perempuan itu: "Betul sekian." (ayat 7, 8)
Sosok bernama isteri dalam kehidupan keluarga, sangat menentukan keamanan dan kenyamanan suami, juga keluarga. Jika isteri kompromistis dengan kejahatan suami, maka siap-siaplah menuai kehancuran. Apalagi jika isteri yang menjadi otak kejahatan suami, untuk memenuhi keinginan dan ambisinya. Kebinasaan akan menjadi warisannya.
Ketika isteri memaksakan kehendak kepada suami untuk memenuhi keinginan dan hasrat duniawinya, maka itu sama saja dia sedang menyiapkan penjara untuk suami dan dirinya sendiri. Kisah Ananias dan Safira cukup baik jadi pelajaran bagi kita untuk bagaimana seorang isteri harus bersikap dan berprilaku. Kalau saja Safira menolak permintaan Ananias untuk menipu para rasul sekaligus mendustai Roh Kudus, mereka tidak sampai menuai kebinasaan mengerikan seperti itu.
Isteri yang baik harus menjadi mitra kritis namun konstruktif bagi suaminya. Sementara suami sebagai mitra harus bersikap mengayomi, mengasihi dan meneduhkan hati isteri dalam kebenaran Allah.
Dalam situasi genting dan urgen, isteri harus kritis dan tegas. Harus berani berkata tidak terhadap rancangan dosa suami. Jangan justeru isteri jadi motor penggerak utama kejahatan suami atau suami-isteri. Sebaliknya, suami juga harus berani menolak keinginan isteri yang berlebihan, apalagi jika itu harus dilakukan dengan jalan kejahatan.
Sebagai suami isteri harus mawas diri. Jangan lupa diri. Jangan besar pasak dari pada tiangnya. Tapi harus realistis, dan dilandasi pada kasih Kristus. Segala sesuatu hendaklah diukur sesuai kata firman, bukan kata "birman" (tetangga) atau untuk "mengalahkan birman."
Sebagai isteri, jadilah tiang doa dalam keluarga. Hiduplah sebagai isteri yang baik. Jangan menyusahkan suami yang akhirnya juga menyusahkan diri sendiri. Lakukanlah yang baik, demi kebaikan bersama. Sebab, Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya. (Amsal 12:4)
Karena itu, siapa yang mendapatkan isteri yang cakap, sama seperti mendapatkan permata. Bahkan lebih lagi. Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata. (Amsal 31:10)