Berita Manado
Cerita Lusye Pemulung di TPA Sumompo, Sebut Masker dan Sampah Medis Jangan Dibuang Tapi Dibakar
Lusye Dalukan salah satu pemulung yang beratahan hidup dari tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumompo, Manado
Penulis: Fistel Mukuan | Editor: Chintya Rantung
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Lusye Dalukan salah satu pemulung yang beratahan hidup dari tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumompo, Manado, Sulawesi Utara.
Selama kurang lebih 19 tahun Ia hidup bersama keluarga dan membesarkan anak-anaknya disana.
Mencari sampah plastik seperti botol dan dijual lagi adalah tugas Lusye setiap hari.
Tak hanya itu, makanan sisa pun diembat untuk dijual kembali sebagai makanan ternak.
Sehari penghasilnya bisa sampai Rp 100 ribu dan paling sedikit Rp 20 ribu per hari.

Baginya itu sudah cukup.
"Sebelum jam 6 pagi dan sampai sore sekitar jam 5 saya berada di TPA," sebutnya.
Lusye menyebutkan mungkin banyak orang diluar menganggap tempatnya bekerja busuk, tapi saya bangga dan luar biasa.
"Mungkin banyak yang bilang kalau tempatnya hina. Tapi saya tetap bangga dan mensyukuri hidupnya sebagai pemulung.
Karena pekerjaan ini sangat menolong keluarga dan menghidupi anak-anaknya," cerita Lusye kepada Tribunmanado.co.id, Kamis (22/7/2021).
Tak hanya dirinya yang bekera sebagai pemulung, suaminya pun sama-sama mengais rejeki dari tumpukan sampah di TPA Sumompo.
Ia memiliki tiga orang anak. Anak pertama sudah menikah, kedua baru selesai studi SMK dan satunya masih duduk di kelas lima SD.
Biaya ketiga anak, semuanya dari hasil jual sampah.
Sembari menberitakan, Lusye pun mengaku selama masa pandemi covid 19 seperti sekarang ini, dirinya sering melihat banyak masker bekas dan sampah medis seperti suntik dan selang infus yang dibuang.
"Secara pribadi takut dengan adanya masker dan alat medis ini, apalagi ini bisa saja menularkan bahaya ke diri kami, tapi mau bagaimana lagi sudah begini pekerjaan kami," keluhnya.