Berita Mitra
Perayaan Idul Adha Dijaga Ketat, Wajah Tumbak Berubah
Desa yang dikenal sebagai desa wisata ini nampak sepi. Padahal, desa ini merupakan salah satu desa yang paling ramai kegiatan saat perayaan hari besar
Penulis: Kharisma Kurama | Editor: Chintya Rantung
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Nuansa berbeda dirasakan umat muslim dalam perayaan Hari Raya Idul Adha dan Kurban 1442H/2021 ini.
Di tengah pandemi Covid-19, mereka harus rela tidak menjalankan sejumlah tradisi yang biasa dilakukan kala menyambut hari besar.
Hal itu seperti yang dirasakan Warga Tumbak Madani, Kecamatan Pusomaen, Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra).
Desa yang dikenal sebagai desa wisata ini nampak sepi.
Padahal, desa ini merupakan salah satu desa yang paling ramai kegiatan saat perayaan hari besar muslim.
Itu karena masyarakat Tumbak yang mayoritas muslim ini kerap menggelar tradisi silahturahmi antara rumah ke rumah, termasuk melalukan pesta rakyat.
Tak hanya itu, desa ini juga kerap ramai dikunjungi wisatawan.
Pantai yang indah serta keberadaan dua pulau eksotis mampu menghipnotis setiap mata yang menyambangi desa ini.
Tak hanya itu, di desa ini juga terdapat kawasan konservasi mangrove yang membuat desa ini menjadi destinasi wajib untuk berlibur.
Kini wajah Tumbak berubah. Ia tak lagi ramai dikunjungi. Pintu masuk dijaga ketat.
Menurut pemerintah desa setempat, ini dilakukan guna menekan penyebaran Covid-19.
"Kebijakan PPKM ini harus dilakukan, agar tidak ada warga yang terpapar Covid-19," ucap Hukum Tua Tumbak Madani, Muhamad Ibrahim saat ditemui di pos Covid-19, Selasa (20/7/2021).
Ia mengakui, masyarakat setempat sangat merasakan perbedaan nuansa hari raya di masa pandemi.
"Di masa pandemi ini kami dari pemerintah sudah mengimbau supaya tidak berkumpul dan tidak ada aktivitas ke luar," katanya.
Selain itu dirinya juga membatasi aktivitas orang ke luar masuk di daerah ini.