Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Nasional

Bank Dunia Umumkan Indonesia Turun Level, Asa Jadi Negara Maju Terhambat, Kini Setara Timor Leste

Bank Dunia umumkan Indonesia kini masuk sebagai negara (lower middle income) alias negara berpenghasilan menengah ke bawah.

Editor: Frandi Piring
Gambar Peta Ekonomi Khusu Indonesia/kek.go.id
Bank Dunia Umumkan Indonesia Turun Level. Kini jadi negara berpenghasilan menengah ke bawah, setara dengan Timor Leste. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Bank Dunia mengumumkan Indonesia resmi turun kelas dari negara berpenghasilan menengah kini menjadi negara menengah ke bawah.

Indonesia kini masuk sebagai negara ( lower middle income ) alias negara berpenghasilan menengah ke bawah.

Hal ini diumumkan oleh Bank Dunia melalui situs resminya per 1 Juli.

Bank Dunia.
Bank Dunia. (setkab.go.id)

Akibat penurunan pendapatan ini membuat langkah Indonesia menjadi negara maju terhambat, karena penurunan kelas ekonomi.

Berdasarkan data, hal ini disebabkan oleh Pandemi Covid-19 yang berdampak pada ekonomi Indonesia.

Pandemi yang terjadi selama hampir 1,5 tahun lebih ini telah membuat Indonesia dilanda krisis hebat.

Indonesia harus berulang kali melakukan uapaya pencegahan Covid-19,

yang berakibat pada penurunan sektor pendapatan dan ekonominya.

Sehingga ini membuat penurunan pendapatan, hingga turun kelas menjadi negara menengah ke bawah.

Laporan resmi Bank Dunia juga mencatat tak hanya Indonesia yang mengalaminya.

Beberapa negara lain seperti Iran, dan Samoa, juga mengalami kondisi yang sama dengan indonesia.

Menurut data yang dihimpun Bank Dunia, Indonesia mengalami penurunan pendapatan atau Gross National Income (GNI).

Pendapatan nasional bruto Indonesia tahun lalu sekitar 4.050 dollar AS per kapita (Rp58 juta) menjadi 3.979 dollar AS (Rp57 juta) per kapita.

Posisi Indonesia ini kini setara dengan, negara Asia Tenggara lainnya seperti Timor Leste, Myanmar, Kamboja, Papua Nugini.

Mereka memiliki GNI, di bawah 1.800 dollar (Rp26 juta) per kapita.

Kemudian, Vietnam dan Filipina keduanya memiliki pendapatan 2.700 dollar AS (Rp39 juta) dan 3.400 dollar AS (Rp49 juta) per kapita.

Sementara Malaysia masih unggul dari Indonesia, dan berada di kelas menengah

dengan 10.600 dollar AS (Rp154 juta) per kapita, bersama dengan Thailand 7.100 dollar AS (Rp103 juta) per kapita.

Negara yang memiliki pendapatan tertinggi adalah Singapura dengan GNI 54.900 dollar AS (Rp798 juta) per kapita.

Orang Kaya di Indonesia Semakin Bertambah di Tengah Pandemi Covid-19

Warga masyarakat yang kaya dan super kaya di Indonesia tercatat mengalami penambahan di tengah pandemi Covid-19.

Pembangunan apartemen di kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan, Kamis (9/1). Pertumbuhan sektor properti tahun ini diperkirakan turun dibandingkan tahun lalu. Pelemahan nilai tukar rupiah dan tahun politik menjadi beberapa faktor penyebabnya.
Pembangunan apartemen di kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan, Kamis (9/1). Pertumbuhan sektor properti tahun ini diperkirakan turun dibandingkan tahun lalu. Pelemahan nilai tukar rupiah dan tahun politik menjadi beberapa faktor penyebabnya. (KOMPAS/IWAN SETIYAWAN)

Diketahui kondisi ekonomi di Indonesia yang menurun drastis karena pandemi saat ini.

Namun data menunjukkan, orang kaya di tanah air bertambah banyak.

Dilansir dari data lembaga keuangan Credit Suisse,

terlihat dari jumlah penduduk dengan kekayaan bersih US$ 1 juta atau lebih yang tercatat sebanyak 171.740 orang pada tahun 2020. 

Jumlah ini meningkat 61,69% year on year (yoy) dari jumlah pada tahun 2019 yang sebanyak 106.215 orang.

Pun meningkat dari jumlah pada tahun 2014 yang hanya 98.487. 

Lembaga tersebut juga mencatat, jumlah orang Indonesia sangat kaya

atau dengan kekayaan tercatat lebih dari US$ 100 juta pada tahun 2020

sebanyak 417 orang atau meningkat 22,29% yoy dari jumlah pada tahun 2019. 

“Kami melakukan perhitungan dengan pendekatan berbasis regresi untuk 144 negara di dunia.

Regresi terpisah dijalankan untuk meneliti aset keuangan serta aset

dan kewajiban non-keuangan,” ujar lembaga tersebut dalam laporannya, seperti dikutip Senin (12/7). 

Untuk Indonesia sendiri, lembaga tersebut menggunakan sistem survei,

daripada data HBS. Karena bila tidak menggunakan survei,

maka seringkali data kekayaan yang muncul malah jauh lebih rendah.

Selain itu, lembaga tersebut juga membuat tiruan untuk menangkap data per wilayah. 

Tak hanya itu, lembaga tersebut juga membuat perhitungan untuk mengukur guncangan perekonomian terhadap Indonesia,

seperti krisis keuangan global atau tren lain yang bisa mengguncang perekonomian dan sistem keuangan. 

Ekonom senior INDEF Faisal Basri turut menanggapi akan hal ini.

Menurutnya, ini adalah suatu yang kontras, apalagi pandemi Covid-19 mengakibatkan perekonomian gonjang-ganjing dan jatuh ke dalam jurang resesi. 

“Pandemi ini mengakibatkan perekonomian Indonesia merosot (kontraksi).

Namun, jumlah orang dewasa dengan kekayaan di atas US$ 1 juta juga naik tajam sebesar 61,7%,” ujar Faisal dalam laman Twitter pribadinya, @FaisalBasri seperti dikutip Senin (12/7). 

(Intisari Online/Kontan.co.id)

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved