Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Nasional

Sosok Kamaruddin Askar, Ketua IDI Bekasi Meninggal Akibat Covid-19, Punya Komorbid Diabetes

Kamaruddin Askar sebagai seorang dokter panutan yang rajin bekerja, cepat dan sigap dalam menangani situasi apapun di dalam pemerintahan.

Editor: Rhendi Umar
Istimewa
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Kota Bekasi, Kamaruddin Askar, meninggal dunia pada Selasa (6/7/2021) pagi tadi, akibat terpapar Covid-19. 

Senada dengan Yunis, epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman juga mengatakan pemberian dosis ketiga diperlukan. Ini mengingat munculnya varian virus corona yaitu Delta bahkan Delta Plus, yang lebih menular dan berbahaya.

"Pemberian vaksin ketiga, booster ini penting sekali untuk tenaga kesehatan, kalau memungkinkan lansia (dan) juga komorbid (disuntik dosis ketiga) karena masalah varian baru ini, untuk meningkatkan proteksi," kata Dicky.

Dicky mengatakan, usulan ini muncul karena belum adanya data yang memadai atas efektivitas vaksin yang ada dalam melawan varian baru.

"Booster ini sangat diperlukan untuk memperkuat respons antibodi terhadap varian baru, terutama Delta dan mungkin Delta plus. Selain meningkatkan imunitas, juga meningkatkan efikasinya dari ancaman varian baru," kata Dicky.

Epidemiologi dari Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, mendukung pemberian vaksin dosis ketiga, namun terdapat dua hal yang perlu diperhatikan.

"Pertama, persoalan stok vaksin yang terbatas, karena targetnya adalah menciptakan kekebalan kelompok, jadi apakah efektif memvaksin mereka yang sudah dapat atau memberikan ke mereka yang belum divaksin?" kata Windhu.

Kedua, apakah vaksin Sinovac efektif dalam menangkal varian baru, sehingga perlu dilakukan penelitian terlebih dahulu.

"Seperti contoh di Bangkalan, Madura, ada lima nakes yang meninggal, mereka sudah dapat dua dosis vaksin. Saya curiga ini karena varian baru, contoh mungkin varian Delta dari India yang memiliki daya tular tinggi dan kemampuan menghindari antibodi," kata Windhu.

"Nah kalau divaksin dosis ketiga, keempat, tidak ada gunanya jika variannya berbeda dengan vaksin ini [Sinovac] yang varian Wuhan. Sehingga perlu diriset dulu dengan pengurutan keseluruhan genom (whole genome sequencing), varian apa sebenarnya," tambah Windhu.

Tiga kemungkinan meninggal setelah divaksin

Dokter spesialis paru-paru dari Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta, Faisal Yunus, mengatakan terdapat tiga kemungkinan mengapa tenaga kesehatan yang telah mendapatkan vaksin namun tetap meninggal akibat Covid-19.

Kemungkinan pertama, nakes tersebut terkena virus sebelum atau saat proses vaksinasi sehingga vaksin belum membentuk antibodi.

"Vaksin pertama itu belum punya daya tahan antibodi. Itu baru mengkondisikan atau mempersiapkan antibodi. Vaksin kedua baru mulai memproduksi antibodi dan hasil maksimal itu setelah satu bulan," kata Faisal.

Kedua, adalah pengaruh varian baru di mana vaksin dibuat untuk melawan varian lama sehingga ada kemungkinan vaksin tidak berfungsi dengan baik.

Faktor ketiga adalah karena vaksin yang digunakan tidak efektif dalam melawan virus corona, terutama varian baru.

Sumber: Tribunnews
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved