Lawan Covid19
Dampak Positif Program PEN Dirasakan Masyarakat dan Pelaku Usaha, Ini Rencana Pemerintah Selanjutnya
Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sudah dirasakan pelaku usaha dan masyarakat. Dan tentu dampaknya positif.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sudah dirasakan pelaku usaha dan masyarakat.
Dan tentu dampaknya positif. Hal itu diungkapkan seorang pengusaha.
Teddy Yulianto, pengusaha pemilik Cut The Crub, mengakui di saat pandemi, pemerintah hadir di tengah situasi sulit.
Bantuan program PEN yang sempat dirasakannya berbentuk bantuan langsung tunai (BLT) BPJS yang turut membantu karyawan Cut The Crab yang berpenghasilan di bawah Rp5 juta.
“Dari sisi bantuan pemerintah, karyawan pun sudah mendapatkan dukungan positif,” terangnya.
“Meski terdampak pandemi, dengan manajemen keuangan yang baik di masa pandemi, pelaku usaha makanan minuman seperti kami masih cukup bisa menjaga arus kas sampai punya ruang untuk membuka cabang,” tambah Teddy lebih lanjut.
Rencana Pemerintah Selanjutnya
Pemerintah terus berusaha memulihkan ekonomi secara nasional.
Satu di antara tindakan yang sudah dilakukan adalah dengan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Pemerintah menyiapkan PEN, khusus untuk menekan dampak buruk pandemi Covid-19 terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat.
Berikut ini penjelasan lengkap mengenai program PEN tersebut.
Program PEN bertujuan untuk menstimulasi perekonomian nasional sekaligus mempertahankan daya beli masyarakat, serta menyokong sektor perekonomian penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) seperti sektor UMKM dan lainnya.
Hasilnya, tren perekonomian Indonesia sudah menunjukkan ke arah kebijakan yang tepat.
“Saat ini kita fokus dengan penanganan kesehatan dan di saat bersamaan mengatasi dampak sosial ekonomi akibat Covid-19," ungkap Yustinus Prastowo, Staf Khusus Kementerian Keuangan RI dalam Dialog Produktif KPCPEN yang disiarkan di FMB9ID_IKP, Rabu (30/6/2021).
Yustinus menjelaskan, di saat seperti ini, lewat program PEN, negara hadir mengambil alih sebagian besar tanggung jawab perekonomian dengan meluncurkan berbagai stimulus ekonomi.
Yustinus menjelaskan, Pemerintah terus memperkuat stimulus ekonomi kepada pelaku UMKM dan industri, juga memperkuat perekonomian masyarakat kelas menengah ke bawah dengan menggelontorkan jaring pengaman sosial dengan beragam skema dan saluran.
“Sektor yang masih bisa bergeliat, kami fasilitasi. Sedangkan sektor yang terdampak berat, kita beri dukungan,” ujar Yustinus.
40 Juta KK Sudah Mendapatkan Jaring Pengaman Sosial
Yustinus menambahkan, mereka yang mampu beradaptasi dengan baik, merekalah yang akan bertahan.
Negara juga melakukan hal yang sama, sehingga anggaran belanja negara kita realokasi dan fokuskan ulang untuk anggaran penanganan Covid-19.
Sebanyak 40 Juta KK atau sekitar 120-140 juta jiwa di seluruh Indonesia saat ini sudah mendapatkan jaring pengaman sosial dengan beragam skema,” terang Yustinus.
Untuk program PEN, kata Yustinus, sudah banyak digelontorkan kepada masyarakat.
“Untuk bantuan produktif bagi UMKM berupa modal, subsidi bunga dan penundaan pembayaran kredit bisa menghubungi Kementerian Koperasi dan UKM, lembaga keuangan seperti Pegadaian, bank-bank BUMN, dan lain-lain.
Kemudian untuk intensif perpajakan bisa menghubungi Ditjen Pajak Kemenkeu, sedangkan bantuan-bantuan lain tersebar di berbagai kementerian dan lembaga lainnya,” jelas Yustinus.
Sisi Positif Pandemi Covid-19 Menurut Perencana Keuangan
Rista Zwestika, Perencana Keuangan mengajak masyarakat dan pelaku usaha untuk mengambil sisi positif di masa pandemi seperti ini.
“Sisi positif yang bisa kita ambil dari pandemi Covid-19 ini adalah kita dibangunkan dari zona nyaman karena adanya risiko yang harus kita hadapi.
Sehingga merencanakan keuangan pribadi maupun keuangan bisnis menjadi sangat diperlukan,” ujar Rista.
Rista menganjurkan, untuk saat ini, arus keuangan harus diurutkan sesuai skala prioritas demi memenuhi kewajiban pembayaran, belanja kebutuhan hidup, baru kemudian memenuhi keinginan.
“Di level selanjutnya, kita perlu merencanakan keuangan ini untuk memitigasi risiko yang akan terjadi, baik memberi perlindungan jiwa dan kesehatan kita. Dengan kondisi pandemi sekarang ini ketika banyak dari kita kehilangan pendapatan, cobalah mengatur kembali keuangan kita,” sarannya.
Harus Punya Dana Darurat
Ketersediaan dana darurat sudah seharusnya dimiliki pekerja yang sudah berumah tangga maupun masih single.
"Harus punya dana darurat, kalau tidak punya dana darurat ketika risiko hadir seperti pandemi Covid, ini berbahaya untuk keberlangsungannya," kata perencana keuangan Rista Zwestika Reni dalam webinar Jaga Kebugaran Keuangan di Masa Pandemi, Rabu (30/6/2021).
Menurutnya, dana darurat untuk pekerja yang masih single yaitu enam kali dari total pendapatan atau pengeluarannya setiap bulan.
"Merencanakan keuangan itu sebuah seni yang memberikan kebebasan kepada kita untuk mengatur uang, bukan diatur uang," ucapnya.
Sedangkan untuk pekerja yang sudah menikah, tapi belum memiliki anak, idealnya dana darurat yang tersedia yaitu sembilan kali dari pendapatan atau pengeluarannya.
"Kalau sudah berumah tangga dan punya putra-putri, dana daruratnya 12 kali dari pendapatan. Ini harus dilakukan senyaman mungkin, jangan dibuat sulit merencanakan keuangan," paparnya.
"Kalau merencanakan keuangan, tidak bisa sedekah atau berbagi, itu salah juga. Hidup itu kan cuman sekali, harus dinikmati," sambung Rista.
Kemudian terkait utang, Rista mengingatkan utang yang baik yaitu maksimal 30 persen sampai 35 persen dari total pendapatannya. "Utang harus dipikir masak-masak, dengan pertimbangkan risiko juga, meski pendapatannya besar," ujar Rista.
SUMBER: