Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Heboh

Apa Itu Awan Cumulonimbus? Disebut Sebagai Penyebab Berbagai Bencana, Dilaporkan Terlihat di Manado

Ada yang heboh sore menjelang malam ini di Manado. Muncul awan cumulonimbus. Terlihat dari Kawasan Megamas. 

Penulis: Handhika Dawangi | Editor: Handhika Dawangi
Kolase Tribun Manado/Fistel Mukuan
Awan yang mengeluarkan petir atau kilat. Terlihat di Manado sore menjelang malam ini Senin 28 Juni 2021. 

Awan cumulonimbus juga dikenal sebagai thunderheads atau kepala petir karena bentuknya yang unik menyerupai jamur.

Saat tetesan air yang terionisasi di awan saling bergesekan, maka di jantung awan cumulonimbus ini akan muncul kilatan-kilatan. Muatan statis yang terbentuk itu menciptakan petir.

Terbentuknya awan cumulonimbus ini membutuhkan kondisi yang hangat dan lembab.

Dalam beberapa kasus, thunderhead dengan energi yang cukup dapat berkembang menjadi supercell yang dapat menghasilkan angin kencang, banjir bandang, dan banyak petir.

Bahkan, beberapa di antaranya dapat menghasilkan angin tornado atau puting beliung, jika kondisinya tepat.

Kendati hujan deras yang dihasilkan oleh cumulonimbus, biasanya menyebabkan curah hujan hanya berlangsung sekitar 20 menit.

Hal ini disebabkan karena awan tidak hanya membutuhkan banyak energi untuk terbentuk, tetapi juga mengeluarkan banyak energi.

Namun, ada pengecualian, yakni ada juga badai petir kering yang dapat berupa awan cumulonimbus, yang mana curah hujan tidak menyentuh tanah.

Jenis ini umum terjadi di Amerika Serikat bagian barat, di mana tanahnya lebih kering dan biasanya sering disebut sebagai penyebab kebakaran hutan.

Cumulonimbus adalah awan yang sering dikaitkan dengan berbagai penyebab cuaca ekstrem. Dampak awan cumulonimbus ini bisa menyebabkan berbagai bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang, badai petir, dan curah hujan yang tinggi.

Awan cumulonimbus adalah contoh sempurna tentang bagaimana perbedaan ketinggian dapat memengaruhi pembentukan awan.

Awan ini terbentuk di bagian bawah troposfer yakni lapisan atmosfer yang paling dekat dengan permukaan Bumi. Karena penguapan dan efek rumah kaca, maka wilayah ini menghasilkan udara hangat yang memungkinkan terciptanya awan cumulus dan awan cumulonimbus.

Turbulensi yang diciptakan oleh gesekan antara udara dan permukaan bumi dikombinasikan dengan panas yang tersimpan dari matahari, sehingga membantu mendorong sebagian besar cuaca.

Cumulonimbus juga sering disebut sebagai salah satu penyebab utama kecelakaan pesawat. Salah satunya, meski masih diselidiki penyebab pastinya, namun jatuhnya pesawat Sriwijaya Air JT 182 kemungkinan akibat faktor cuaca terkait dengan keberadaan awan cumulonimbus.

Penjelasan dalam Al Quran

Sumber: Tribun Manado
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved