Berita Sulut
Antisipasi Varian Delta Masuk Sulut, Epidemiolog: Gorontalo Sudah Terbukti Miliki Varian Delta
varian baru covid-19 yakni Delta, dikabarkan sudah ada di Provinsi Gorontalo, menurut peneliti varian delta memiliki tingkat penularan yang cepat.
Penulis: Mejer Lumantow | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Potensi penyebaran Covid-19 varian Delta dikhawatirkan akan masuk di Sulawesi Utara. Belum lagi angka kasus positif covid-19 mulai bertambah secara signifikan.
Terkini, varian baru covid-19 yakni Delta, dikabarkan sudah ada di Provinsi Gorontalo, menurut peneliti varian delta memiliki tingkat penularan yang sangat cepat dibanding kasus-kasus sebelumnya.
Menanggapi hal ini, Epidemiolog Sulut Jonesius Manoppo tak menampik, bahwa Provinsi Gorontalo sudah terbukti memiliki varian delta dari surveilens genomic mereka.
Menurutnya, artinya disini adalah dari sampel yang diambil beberapa minggu lalu sudah ada hasil laboratorium yang membuktikan kebenarannya, hanya kita di Sulut dalam kurun waktu tersebut ada beberapa hari tidak terdapat laporan positif.
"Dari informasi memang Satgas masih menunggu hasil yang dikirim beberapa hari terakhir. Dan pembuktiannya harus menunggu 2-3 minggu kedepan," ujar Manoppo kepada Tribun Manado.
Dosen Epidemiologi dari Unima ini mengatakan, soal adanya kluster tersebut memang merupakan pukulan besar bagi stabilitas penanganan covid-19 di sulut.
Kendati begitu, kata Manoppo, ini merupakan hal yang baik karena kluster bisa ditemukan dengan cepat lewat 3T, artinya fungsi testing rutin berjalan dengan baik, dan itu bisa memutus rantai penularan sehingga perluasan penyebaran bisa dihentikan.
"Kita masih bisa melakukan tracing kepada kontak erat secara aktif dengan mencari berdasarkan hasil rekaman CCTV, siapa saja yang datang berbelanja beberapa hari sebelum swab dilakukan di swalaya tersebut, bisa juga secara pasif dengan menyebarkan himbauan agar masyarakat yang pernah berbelanja/beraktivitas di swalayan tersebut untuk melaporkan diri di fasilitas kesehatan terdekat untuk kemudian di test swab dan melakukan protokol isolasi mandiri," terang Manoppo.
Selain itu, Dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat FIK Unima ini juga menyarankan, PPKM mikro perlu diberlakukan, pembatasan lalulintas orang antar pulau perlu juga diawasi dengan ketat, pemberlakuan test antigen bagi pelaku perjalanan udara dan laut terutama yang keluar dari pulau perlu diterapkan dengan ketat.
"Dengan adanya penambahan yang signifikan maka beberapa daerah berubah status zonasinya, ini merupakan tanda awas bagi daerah tersebut, penularan aktif sementara terjadi, memang dibutuhkan tindakan tegas dari pemerintah," ujar Manoppo.
Namun untuk kondisi saat ini, sebaiknya yang diperketat adalah promosi kesehatan dengan pendekatan persuasif kepada dunia usaha, yaitu dengan mendorong penerapan 3M yang ketat, tanpa harus mengurangi jam operasional.
Untuk itu selain tim pengendali covid yang sudah terbentuk di tempat" usaha, perlu juga kehadiran pemerintah disana, dalam hal ini aparat, agar nyata bahwa pemerintah benar-benar peduli dan hadir untuk mengawasi pelaksanaan protokol ini.
Disatu sisi, Lanjut Manoppo, Untuk mencegah masuknya berbagai varian baru ke sulut, bukan hanya varian delta saja tapi varian lain juga, kita perlu memperketat pemeriksaan dan pemantauan terhadap pendatang terutama yang berasal dari daerah yang tingkat kasus aktinya tinggi.
"Penting juga untuk memperlengkapi laboratorium kita di sulut agar bisa memeriksa varian baru tanpa harus mengirim ke luar daerah, hal ini menghemat waktu tunggu untuk mendapat kepastian," sebutnya.
Sementara itu, terkait vaksinasi tambah Manoppo, pemerintah memang terlihat sedang sibuk dengan kampanye vaksinasi, namun kebanyakan tenaga kesehatan sedang difokuskan dalam kegiatan ini, sehingga edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya 3M ini agak surut.