News
Siswi SMP Meninggal karena Doyan Main Game Online, Siang Malam Nonstop sampai Tak Mengenali Dirinya
Seorang siswi meninggal dunia karena sering main game online. Alami gangguan saraf hingga tak mengenali dirinya sendiri.
TRIBUNMANADO.CO.ID - "Pasien tersebut didiagnosis gangguan mental organik dan encephalitis.",
seorang siswi kelas 1 SMP asal Desa Pageralang, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah,
disebut kecanduan Game Online seperti Mobile Legend, Free Fire dan PUBG, sehingga sarafnya terganggu dan akhirnya meninggal dunia.

Bahkan, anak remaja berstatus siswi berinisial E (12) itu disebut sampai tak mengenali dirinya sendiri, karena larut dalam karakter game online.
Siswi tersebut dikabarkan meninggal dunia setelah mengalami gangguan saraf akibat kecanduan Game Online, Selasa (25/5/2021).
Saat dikonfirmasi, Kepala Desa Pageralang, Sumadi mengatakan, berdasarkan keterangan pihak keluarga, sebelum meninggal E sempat dibawa ke RSUD Banyumas.
"Saya kemarin juga sempet jenguk ke rumah duka.
Keterangan dari ibunya, siang malam tidak terlepas dari ponsel," kata Sumadi kepada wartawan, Rabu (26/5/21).
Namun ia mengaku tidak mengetahui secara pasti apakah anak tersebut mengalami Gangguan Saraf
akibat kecanduan game online atau bukan.
"Begitu saja keterangannya, lalu dibawa ke rumah sakit, katanya (ada gangguan) saraf," ujar Sumadi
Menurut Sumadi, sebelumnya E sempat merasa tidak enak badan.
Namun kondisinya memburuk, sehingga keluarga memutuskan membawa ke rumah sakit.
Terpisah, Wakil Direktur Pelayanan RSUD Banyumas dr Rudi Kristiyanto membenarkan E sempat dirawat di RSUD Banyumas pada tanggal 16-17 Mei 2021.
Namun tim medis belum dapat memastikan apakah anak tersebut sakit akibat kecanduan Game on Oline atau bukan.
"Pasien tersebut didiagnosis gangguan mental organik dan encephalitis.
Itu berdasarkan rapat bersama antara dokter spesialis jiwa dengan dokter spesialis anak," kata Rudi.
Tim medis rencananya akan melakukan CT scan untuk memastikan diagnosis tersebut.
Pasien juga telah diberi obat-obatan sesuai dengan diagnosis tim medis.
"Tapi untuk kasus ini, pasien tidak jadi dilakukan CT scan karena, penolakan CT scan.
Pasien meninggalnya di rumah, karena menolak tindakan untuk penegakkan diagnosis," ujar Rudi.
Rudi menjelaskan, dalam dunia medis memang ada gangguan akibat kecanduan game.
Gangguan itu didefinisikan dalam revisi ke-11 dari Klasifikasi Penyakit Internasional (ICD-11),
yaitu sebagai pola perilaku bermain game yang ditandai dengan gangguan kontrol atas game.
Gangguan tersebut menimbulkan konsekuensi negatif pada pola perilaku,
kerusakan signifikan dalam bidang fungsi pribadi, keluarga, sosial, pendidikan, pekerjaan atau penting lainnya.

Kondisi itu biasanya akan terbukti setidaknya selama 12 bulan.
(Tribunmanado.co.id)