Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Bacaan Alkitab

Renungan Harian Kristen Kamis 27 Mei 2021, Kisah Para Rasul 2:8 : Bahasa Menunjukkan Bangsa

Ketika seseorang biasa berbicara dalam bahasa Tountemboan, misalnya, pasti diyakini dia adalah orang atau berasal dari Minahasa, sub etnis Tountemboan

Editor: Aldi Ponge
ilustrasi 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Bahasa, menunjukkan bangsa. Demikian ungkapan populer yang kita sering dengar. Ketika seseorang berbahasa Indonesia, maka pasti dia diidentikkan sebagai orang Indonesia.

Demikian juga dengan bahasa daerah. Pasti menunjukkan dia berasal dari suku bangsa tertentu.

Ketika seseorang biasa berbicara dalam bahasa Tountemboan, misalnya, pasti diyakini dia adalah orang atau berasal dari Minahasa, sub etnis Tountemboan.

Hal normal atau biasa seperti itu, tidaklah berlaku dalam peristiwa Pentakosta, yang terjadi Yerusalem.

Orang-orang yang berbicara dalam berbagai bahasa itu, bukan berarti mereka berasal dari suku bangsa bahasa yang mereka gunakan atau ucapkan itu.

Tidak! Apalagi, yang berbicara itu adalah orang-orang yang mereka sudah kenal sebelumnya, yakni dari Galilea dan semuanya murid atau pengikut Yesus.

Yah, para rasul dan orang-orang percaya yang berbicara dalam berbagai bahasa itu adalah orang-orang Galilea, dan orang-orang sederhana yang tidak belajar baik secara formal maupun non formal, beberapa bahasa yang mereka gunakan ketika itu. Tetapi itulah kisah nyata tapi langkah pada waktu itu.

Demikian firman Tuhan hari ini.
"Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita:" (ayat 8)

Fakta Alkitab dan kisah nyata 2000 tahun lalu telah membuktikan keajaiban kuasa, kasih Allah yang tiada bertara.

Hal yang di luar kemampuan manusia akal kepikiran manusia, telah terjadi, nyata dan terbukti benar adanya.

Mujizat itu nyata. Kasih Tuhan sempurna adanya.

Yah, para rasul dan orang-orang percaya yang berbicara dalam berbagai bahasa itu adalah orang-orang sederhana yang mereka kenal dan tahu keberadaan serta latar belakang mereka, terutama peketjaan mereka yang kebanyakan adalah nelayan dan tukang kayu itu.

Termasuk pendidikan dan pengetahuannya. Mereka juga tahu bahwa para rasul itu idak belajar tentang bahasa mereka di negeri asal mereka masing-masing. Sehingga kenyataan itu sulit mereka percayai, tapi nyata terjadi.

Anehnya, mereka mendengar dan melihat sendiri peristiwa ajaib itu. Sungguh suatu keajaiban besar telah terjadi.

Mujizat menjadi nyata. Yang tidak mungkin menjadi mungkin, yang mustahil pun terlaksana, tanpa terjangkau "akal sehat" manusia.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved