Soeharto Mundur
20 Mei 1998 Malam, Satu Hari Jelang Lengsernya Soeharto, Suasana Cendana Hening dan Redup
Suasana di ruang tamu kediaman Presiden Soeharto, Jalan Cendana, menteng, Jakarta Pusat, pada 20 Mei 1998 malam begitu berbeda.
Saat itu, Soeharto mengatakan bahwa ia akan mundur jika MPR menghendaki.
Digambarkan Probosutedjo, perangai Soeharto kala itu tetap tenang sekalipun eskalasi terus meninggi.
Probosutedjo tak heran lantaran kakaknya itu cukup berpengalaman menghadapi gejolak politik.
• Kesaksian Toto Penjaga Rumah Soeharto, Gamelan Bunyi Sendiri Jam 02:00 hingga Gergaji Patah 6 Kali
20 Mei 1998 malam
Sekitar pukul 18.30 WIB, Probosutedjo kembali mendatangi Cendana untuk menemui Soeharto.
Malam itu Cendana amat sunyi. Probosutedjo tetap memberanikan diri untuk masuk.
Ia menjumpai sang kakak duduk di ruang tamu bersama putrinya, Siti Hardijanti Rukmana atau Tutut.
"Suasana hening dan nampak redup," kata Probosutedjo.
Probosutedjo duduk bergabung dan berusaha memberikan semangat untuk kakaknya.
Namun, kala itu Tutut memintanya untuk tidak lagi berupaya meluruskan keadaan.
Tutut lantas menyodorkan surat pengunduran diri 14 menteri Soeharto ke hadapannya.
Saat itu, Tutut mengatakan bahwa ayahnya sudah bulat untuk mundur.
Berdasarkan penuturan Tutut kepada Probosutedjo, Soeharto begitu terkejut menerima surat pengunduran diri 14 menterinya.
"Ia sangat kecewa, itu jelas. Ditinggalkan para menterinya adalah pukulan hebat bagi presiden mana pun," kata dia.