Kebakaran Balai Wartawan
Kebakaran Balai Wartawan Sulut, 8 Mobil Damkar Dikerahkan Padamkan Api
Api menjalar cepat di Gedung Balai Wartawan, bangunan RM Ria Ria Rio, rumah kos-kos di belakang RM dan satu bangunan lainnya.
Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Aldi Ponge
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Kebakaran hebat melanda Balai Wartawan Sulut dan bangunan lainnya di Manado, Sulawesi Utara, Kamis (13/05/2021) pagi.
Api mengamuk saat umat Muslim tengah Salat Ied Idul Fitri 1442 Hijriah dan umat Nasrani beribadah Kenaikan Yesus ke Surga.
Api menjalar cepat di Gedung Balai Wartawan, bangunan Rumah Makan Ria Rio, rumah kos-kos di belakang RM dan satu bangunan lainnya.
Dinas Kebakaran Manado mengerahkan 8 mobil damkar untuk memadamkan api yang menjalar cepat karena angin bertiup lumayan kencang saat kejadian.

Awalnya, dua unit damkar tiba. Petugas pemadam langsung berupaya memadamkan api di Balai Wartawan dan bangunan tempat usaha Mie Ceplok Arjuna.
Dua unit damkar disusul enam unit lainnya.
Baca juga: BREAKING NEWS Kebakaran Hebat di Balai Wartawan Sulut pada Kamis Pagi ini
Petugas damkar dibantu polisi dan prajurit TNI berupaya agar api tak menjalar ke gedung Bank Artha Graha, Hotel Sahid Kawanua dan sebuah ruko lainnya.
Herry Contra, Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Dinas Damkar Manado mengatakan, delapan unit itu disiagakan di kantor wali kota.
"Begitu informasi kita langsung bergerak," katanya.

Dinas Damkar Manado sendiri punya 18 armada mobil damkar. Sebagian disiagakan di kantor-kantor kecamatan.
"Kita belum bisa memastikan asal api dari mana. Nanti polisi yang melakukan penyelidikan," kata Contra.
Hingga berita dikirimkan ke Redaksi, petugas damkar masih berupaya memadamkan api.
Petugas sudah bisa mengisolir api sehingga tidak menjalar lebih jauh
Hendra Lintong (44), saksi mata mengatakan api diduga berawal dari bangunan rumah makan Ria Rio.
Sekuriti GMIM Sentrum Manado ini bilang, api diduga mulai menjalar sekitar pukul 06.45.
Saat kejadian ia tengah siaga di gereja.
"Kita curiga dengar ledakan, astaga pas lihat ini (Ria Rio) sudah menyala. Api besar dari atas (lantai dua)," kata pria 44 tahun itu.
Katanya, asap mengepul kencang dari atas atap rumah makan dan balai yang terbakar.
Panik, Hendra berlari mencari bantuan dengan menghubungi petugas yang dikenalnya.
"Tidak bisa mendekat, panas sekali," katanya
Herry dan beberapa petugas polisi dan TNI berupaya mendobrak pintu rumah makan mie ceplok tapi usaha gagal.
"Panas sekali tidak bisa," katanya.
Sementara itu, tatapan Darmadi (42) kosong, tubuhnya bergetar.
Pandangannya menatap ke arah puluhan petugas pemadam kebakaran, polisi dan TNI yang berupaya memadamkan api
"Ya Allah," katanya lirih. Ia lunglai menatap RM Ria Rio yang selama ini jadi tempat tinggal tengah dilahap jago merah.
Ia baru saja tiba dari selesai Salat Idul Fitri di Masjid Raya A. Yani Manado.
"Habis semua. Ijazah, KTP, surat-surat," kata pria lima anak asal Pemalang, Jateng.
Adi, sehari-hari koki di Restoran Wahaha Megamas. Ia tak pernah berpikir akan kena musibah di Lebaran.
"Saya rencananya mau istirahat saja. Nasib, sudah gak bisa mudik. Ya mau gimana," kata pria asal Pemalang, Jateng ini.
Adi cerita, ia dan Raja Siharanja, helper kokinya meninggalkan RM yang juga mess karyawan itu sekitar pukul 05.00 Wita.
"Kita sempat salat subuh baru keluar cari masjid, muter-muter juga karena biasanya di (Masjid) Firdaus," kata Raja.
Mereka tak punya firasat. "Kita tinggal semua listrik dicabut colokannya. Tidak ada kompor juga. Kulkas hanya di lantai satu," kata Raja.
Bangunan RM Ria Rio yang terbakar difungsikan sebagai rumah makan sekaligus mess karyawan.
Lantai satu untuk rumah makan dan lantai dua mess karyawan. Ada enam karyawan yang tinggal di bangunan tersebut.
Selain Adi dan Raja, penghuni lainnya pulang kampung karena libur Lebaran.