Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kisah Inspiratif

Kisah Guru Dian di Pedalaman Bolmong, Jadi Guru Sekaligus Orang Tua Bagi Siswa Miskin

Para Laskar Pelangi bimbingan Bu Mus, guru yang jadi salah satu tokoh sentral novel tersebut, harus berjuang keras melawan segala keterbatasan.

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
BangkaPos
Para pemain Laskar Pelangi. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Membaca novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata seperti membuka kotak pandora realitas pendidikan di daerah terpencil. 

Para Laskar Pelangi bimbingan Bu Mus, guru yang jadi salah satu tokoh sentral novel tersebut, harus berjuang keras melawan segala keterbatasan untuk bisa sekedar sekolah.

Dari kemiskinan, ketiadaan fasilitas belajar, kekurangan guru hingga stigma.

Di dunia nyata, realitas jauh lebih kejam. Seperti pengalaman Dian Praharsini Abdullah, guru di SDN Kolingangaan, Desa Kolingangaan, Kecamatan Bilalang, Kabupaten Bolmong, Provinsi Sulut.

Guru muda ini diuji dengan berbagai macam keterbatasan, dari jalan yang super rusak, cuaca dingin, sinyal yang nihil, air yang harus ditimba pada jarak ratusan meter hingga rasa skeptisme orang tua.

Dian Praharsini Abdullah
Dian Praharsini Abdullah (Tribun Manado/Arthur Rompis)

Yang terakhir ini adalah perjuangan terbesar Dian. Jika ia berhasil membujuk orang tua agar tetap menyekolahkan anaknya, itulah kemenangan terbesar Dian.

"Itu lebih berharga dari apapun. Obat paling manjur dari segala kepedihan yang ada," kata Dian kepada Tribun Manado. 

Sosok Dian pernah meraih award Reinventing Local Heroes dari Tribun Institute. 

Penghargaan tersebut diberikan atas dedikasi yang diberikan guru SDN Kolingangan, Kecamatan Bilalang, Kabupaten Bolmong, di bidang pendidikan untuk membangun Sulawesi Utara. 

Dian dinyatakan memenuhi syarat bersama puluhan peraih award lainnya.

Dian Praharsini Abdullah dan anak-anak didik di Pedalaman Kabupaten Bolmong Sulut.
Dian Praharsini Abdullah dan anak-anak didik di Pedalaman Kabupaten Bolmong Sulut. (Istimewa)

Dalam acara penganugerahan tersebut yang digelar virtual akhir tahun lalu, namanya disebut oleh Menko PMK Muhadjir Effendy.

Menjadi guru adalah cita - cita Dian Praharsini Abdullah. 

Tapi bekerja di daerah terpencil adalah sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan.

Ketika diangkat menjadi PNS kabupaten Bolmong dan ditempatkan di Desa Kolingangaan, salah satu desa terpencil di Bolmong, sejuta tanya berkecamuk di pikirannya.

"Saya bahkan mengira Kolingangaan itu di Dumoga, ternyata di Bilalang," kata dia. Pengalaman pertama menuju ke desa itu sungguh mengerikan.

SD Laskar Pelangi, Kecamatan Gantung, Belitung Timur
SD Laskar Pelangi, Kecamatan Gantung, Belitung Timur (INSTAGRAM @explorebelitung)

Di atas sebuah kendaraan pick up, duduk di atas tumpukan kayu, dilaluinya jalan yang berbatu, penuh turunan, tanjakan dan tikungan sepanjang 9 kilometer.

Desa itu terletak jauh di dalam hutan.

Kepala Dian yang terus menerus kena sinar matahari sempat sakit.

Begitu pula sekujur tubuhnya akibat duduk dalam posisi yang salah selama berjam - jam.

Dian terkejut. Agak shock. Tapi ia tak menyerah.

Dia maju terus demi menggapai cita - citanya menjadi pendidik.

Periode mengajar dimulai dan seribu satu kesulitan ia alami, menggodanya untuk menyerah.

Dian harus menetap di sana. Rumah tinggalnya milik seorang aparat desa.

Air sulit. Harus ditimba sejauh ratusan meter.

 Jangan berharap hiburan dari android.

Daerah sinyal terdekat berjarak 5 kilometer.

Kontras dengan Lolak, daerah asal Dian yang panas membara, daerah itu dingin.

Di malam hari, selimut kadang tak sanggup membendung hawa dingin.

Tapi Dian tetap setia pada cita - citanya.

Berbagai pengalaman sulit itu membentuk karakternya jadi pendidik tangguh yang akan jadi sandaran hidup para siswanya.

Ia menjelma bagai pohon yang meneduhi mereka dari teriknya sinar matahari ataupun hujan lebat.

Sebut dia, SD tempatnya mengajar punya 30 siswa.

Ia menjadi guru kelas tiga.

"Jumlah muridnya hanya empat orang," kata dia.

Ia mengaku mencurahkan semua ilmunya pada murid - muridnya.

Dia ingin mengantar mereka ke gerbang pengetahuan masing - masing dan menggapai cita - cita.

"Saya mengajar mereka pengetahuan dan karakter. Mereka bak keluarga saya, siang saya mengajar, malam mereka datang ke rumah, ada yang nginap karena orang tua mereka pergi ke kebun selama berhari - hari," ujarnya.

Dikepung seribu satu kesulitan, ia tak resah. Keresahannya muncul tatkala para siswanya tidak lagi kelihatan di kelas.

Apalagi jika berembus kabar mereka akan berhenti sekolah dan mengikuti jejak orang tuanya sebagai petani.

"Saya pasti ke rumah orang tua siswa dan membujuk mereka agar sekolah lagi," kata dia.

Di masa Covid ini, pembelajaran terhenti. Ia pun lagi hamil.

"Saya rindu mereka," katanya masygul.

Dia tak sabar untuk segera mengajar.

Di usianya yang masih muda, di awal karirnya sebagai guru, Dian telah merintis sejarah untuk membebaskan anak - anak miskin di pedalaman dari putus sekolah.

Segenap daya ia kerahkan untuk tujuan itu, seperti halnya Ibu Muslimah dan Laskar Pelangi dalam Novel best seller yang dikarang Andrea Hirata. (art).

Perjalanan Hidup Seorang Jurnalis yang Akhirnya Dijuluki Bapak Pendidikan Nasional

Identitas Pengirim Sate Beracun yang Sebabkan Bocah 8 Tahun Meninggal Masih Misterius

Doa Hari ke-20 Sampai 30 Puasa Ramadhan 2021, Ya Allah Bukakanlah Bulan Ini Pintu-pintu Menuju Surga

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved