Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Ayah Anak Gugur Saat Tugas, Letda Rhesa Sigar di KRI Nanggala-402, Letkol Simson Sigar di Helikopter

Rhesa Sigar mengikuti jejak ayahnya gugur dalam tugas sebagai Prajurit TNI dan masih punya hubungan darah dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto

Penulis: Finneke Wolajan | Editor: Finneke Wolajan
Instagram @sierra.india.golf.alfa.romeo
Letda Laut (T) Rhesa Tri Utomo Sigar dan sang ayah, Letkol (Inf) Simson Godfried Sigar, gugur dalam tugas 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kisah ayah dan anak gugur dalam tugas sebagai Prajurit TNI di balik peristiwa KRI Nanggala-402 terungkap.

Sang ayah tewas dalam peristiwa helikopter jatuh sementara anaknya tenggelam di lautan.

Dialah sosok Letda Laut (T) Rhesa Tri Utomo Sigar satu di antara 53 awak KRI Nanggala-402 yang gugur.

Sementara sang ayah, Letkol (Inf) Simson Godfried Sigar tewas dalam kecelakaan helikopter 

Ternyata Rhesa Sigar mengikuti jejak ayahnya gugur dalam tugas sebagai Prajurit TNI dan masih punya hubungan darah dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto 


Letda Laut (T) Rhesa Tri Utomo Sigar (Istimewa)

Dikutip dari berbagai sumber, Rhesa Sigar ini masih kerabat dekat dengan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto dari trah Sigar Minahasa , Sulawesi Utara

Hubungan keluarga Letda Laut (T) Rhesa Tri Utomo Sigar dengan Prabowo Subianto adalah sebagai keponakan Prabowo Subianto dari garis ibunya.

Kakek Rhesa Sigar merupakan sepupu ibu Prabowo Subianto, Dora Sigar yang berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara.

Letda Laut (T) Rhesa Tri Utomo Sigar yang memegang tanggungjawab sebagai Kepala Divisi Mesin KRI Nanggala-402 

Sosok ayah Rhesa Sigar adalah Letkol (Inf) Simson Godfried Sigar juga gugur di dalam misi di Timor Timur

Ayah Rhesa Tri Utomo Sigar gugur di Timor Timur pada 4 Juni 1998 dalam tugas negara.

Letkol Simson yang menjabat sebagai Kepala Seksi Operasi Korem 164/Wira Dharma Dili gugur dalam peristiwa helikopter jatuh.

Ayah Rhesa Sigar itu gugur bersama 11 TNI lainnya.

Termasuk Pangdam IX Udayana Mayjen TNI Yudomo Sastrosoehardjo dan Danrem 164.Wira Dharma Kolonel (Inf) Salamat Sidabutar.


Prabowo Subianto dan Letda Laut (T) Rhesa Tri Utomo Sigar

Kronologi Jatuhnya Helikopter

Dikutip Kompas.com dari Kompas Cetak 5 Juni 1998, pada Kamis 4 Juni 1998, helikopter jenis Bell-205 dengan nomor registrasi HA-5069 milik Dinas Penerbangan TNI AD jatuh dan terbakar di Kampung Liaruca, Desa Bahanue, Kabupaten Viqueque, Timor Timur (sekitar 100 km arah timur Kota Dili).

Pesawat naas itu jatuh pada koordinat 0340.3075.  

Keterangan resmi dari Kepala Staf TNI AD (KSAD) Jenderal TNI Subagyo Hadisiswoyo di Markas Besar TNI AD Jakarta mengatakan, jatuhnya pesawat ini diakibatkan cuaca buruk di sekitar lokasi kecelakaan.

"Segala kemungkinan kecelakaan memang bisa saja terjadi. Tapi untuk musibah ini terjadi karena cuaca buruk dengan jarak pandang hanya sekitar 200 meter," kata KSAD.

Kunjungan pertama Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad) Brigjen TNI I Dewa Putu Rai dalam keterangan persnya menyebutkan, Pangdam Udayana Mayjen Yudhomo hendak melakukan kunjungan kerja di sejumlah pos operasi penting di sektor timur Timtim.


Ilustrasi kecelakaan helikopter (Shutterstock)

Kunjungan ini merupakan kunjungan kerja pertamanya sebagai Panglima setelah menerima tugasnya pada 27 Mei 1998 lalu menggantikan Mayjen TNI Syahrir MS.

Rombongan lepas landas dari Pangkalan Udara (Lanud) Dili pukul 07.16 Wita menuju Kabupaten Baucau, dan tiba pukul 08.10 Wita.

Di sini Pangdam beserta rombongan melakukan tatap muka dengan sejumlah perwira di jajaran Kodim (Komando Distrik Militer) Baucau.

Pukul 09.00 Wita, rombongan berangkat ke Kabupaten Viqueque yang berada sekitar 70 km arah tenggara Baucau, dan tiba pukul 09.45 Wita.

Di pos operasi ini, Yudhomo dan rombongan bertemu jajaran Kotisdenpur (Komando Taktis Detasemen Tempur) III di Liaruca, Desa Bahanue, Viqueque, yang sedang melakukan operasi teritorial.

Setelah melakukan serangkaian pertemuan dengan para prajurit di daerah operasi itu, pada pukul 10.15 Wita Pangdam dan rombongan kembali naik ke heli bermaksud menuju Batalyon Tempur Teritorial (BTT) 401 dan Kodim 1630 Venilale, Viqueque.

Enam menit kemudian atau pukul 10.21, saat heli berada pada ketinggian sekitar 400 meter, muncul angin ribut dari arah barat, ditambah kabut tebal.

Heli kehilangan kendali dan akhirnya menabrak pohon di tebing di depannya, membelok ke selatan kemudian jatuh dan terbakar.

Semua badan pesawat turut terbakar, kecuali bagian ekor masih kelihatan bentuknya.

Pangdam IX Udayana Mayjen TNI Yudhomo Sastrosoehardjo gugur dalam tugas setelah helikopter yang ditumpanginya jatuh di Timtim.

Selain Pangdam Udayana, anggota TNI yang juga gugur pula dalam peristiwa itu adalah Komandan Korem 164/Wira Dharma Dili Kol (Inf) Salamat Sidabutar dan 10 orang lainnya.

Yakni Asisten Operasi Kasdam IX Udayana Kol (Inf) Satria Buana, Asisten Intelijen Kasdam IX Udayana Kol (Inf) Pangandaran Napitupulu, Komandan Sektor A Kolakops (Komando Pelaksana Operasi) Timtim Kol (Inf) Jodi Kusuma, Kepala Seksi Operasi (Kasiops) Korem 164/WD Letkol (Inf) Simson G Sigar, Kapten CPL Kusmayadi (pilot), Kapten CZI Mawi Asmawi (kopilot), Letda (Inf) Arifin (Ajudan Pangdam), Serka Supardi, dan Sertu Sutardjo (teknisi pesawat).

Sedangkan Komandan Satuan Tugas Penerangan Korem (Dansatgaspen) 164/WD Kapten (Inf) Muhammad, yang sebelumnya mengalami luka berat, akhirnya meninggal dalam perjalanan.

Sejumlah saksi mata yang berada di tempat kejadian jatuhnya heli naas menuturkan, ketika jatuh dan terbakar, terdengar tangisan dan jeritan dari dalam pesawat yang sedang jatuh.

Kapten Muhammad, ketika pesawat dalam posisi jatuh, dengan cepat mencoba melompat keluar melalui jendela pesawat dan membuang badan ke arah utara yang penuh rumput.

Ia mengalami luka pada kaki dan tangan yang cukup berat, tetapi kemudian tewas saat perjalanan evakuasi.

Semua prajurit yang memberi hormat saat keberangkatan rombongan itu dan akan lepas landas terlihat gemetar ketika mengetahui pesawat heli itu jatuh.

Mereka kemudian secara serentak berlari menuju tempat kejadian, tetapi para korban tidak sempat diselamatkan.

Ada korban yang masih sempat berteriak setelah tertimbun reruntuhan pesawat, tetapi kemudian ikut gugur.  (tribunmanado.co.id/finneke wolajan)

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved