Nasional
Kondisi Terkini Perawat RS Siloam yang Dianiaya, Alami Trauma Berat, Mau Nikah Oktober
CRS bahkan harus mendapat perawatan intensif.Menurut pihak RS Siloam Palembang, CRS juga mengalami trauma berat.
TRIBUNMANADO.CO.ID-Penganiayaan yang dialami oleh CRS perawat di RS Siloam cukup berdampak pada kesehatannya.
Saat ini CRS mendapatkan perawatan intensif.
Ia dijaga oleh sang ibu, dan ternyata derita yang diperoleh CRS cukup parah.
Ibunda dari perawat yang mengalami penganiayaan di RS Siloam Sriwijaya Palembang
mengadu kepada Gubernur Suimatera Selatan, Herman Deru.
Baca juga: BREAKING NEWS Seorang Penambang Ditemukan Tewas Terapung di Laut Minahasa Utara, Ini Identitasnya
DPW PPNI Sumsel dan DPD PPNI Kota Palembang saat menjenguk kondisi Perawat korban penganiyaan keluarga pasien di RS Siloam Sriwijaya. (SRIPO/RAHMALIYA)
Seperti diketahui, CRS (28) menjadi korban penganiayaan oleh ayah pasien, JT.
Akibat tindakan JT, CRS mengalami luka di sejumlah bagian tubuhnya.
CRS bahkan harus mendapat perawatan intensif.
Menurut pihak RS Siloam Palembang, CRS juga mengalami trauma berat.
"Saat ini perawat tengah kami rawat untuk menyembuhkan bukan hanya fisik tapi juga psikisnya.
Baca juga: Sosok Probosutedjo, Adik Soeharto, Pengusaha dan Politikus Sukses Orde Baru, Ring Dekat Presiden
JT pelaku penganiayaan perawat insial CRS saat berada di Polrestabes Palembang, Sabtu (17/4/2021). (KOMPAS.COM/AJI YK PUTRA)
Karena memang beliau (korban,red) mengalami trauma yang cukup hebat.
Tapi tadi siang saya sudah bicara dengan perawat paling tidak dia sudah baikan dari kemarin.
Kita berdoa, pelan-pelan nanti beliau bisa berkerja kembali seperti biasa merawat pasien lagi,"jelas Direktur RS Siloam Sriwijaya Palembang, dr Bona Fernando.
Kondisi CRS pun mendapat perhatian dari Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru.
Herman menghubungi CRS lewat video call.
Baca juga: Kisah Scott Alfaz Anak Jalanan Sukses Raih S2 di Eropa, Didiagnosis HIV, Disumpahi Guru SMP
Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Herman Deru melakukan video call bersama perawat RS Siloam Sriwijaya berinisial CRS (28) yang dilakukan oleh seorang keluarga pasien, Sabtu (17/4/2021) .(TRIBUN SUMSEL/SHINTA DWI ANGGRAINI )
"Halo selamat siang menjelang sore, bagaimana kabar kamu," ujar Deru
Ia berjanji akan mengawal kasus ini agar berjalan sebagaimana mestinya.
"Dari pihak kepolisian sudah menangkap pelakunya.
Terpenting kamu tabah dan tetap konsentrasi pada penyembuhan," ujarnya.
Dalam video call selama 2 menit 30 detik tersebut, raut sumringah dari CRS dan keluarga terlihat jelas dalam layar kamera.
CRS terlihat masih menjalani perawatan di rumah sakit guna mengobati luka-luka akibat penganiayaan yang dialaminya.
Sementara ibunda perawat yang dianiaya mengungkap bahwa CRS berencana akan menikah tahun ini.
"Rencananya anak saya mau nikah bulan 10 tahun ini Pak," ujar ibu CRS.
Mendengar kabar baik rencana pernikahan CRS, Herman Deru langsung menanggapinya dengan positif.
"Oh ya mau nikah. Nanti undang-undang saya ya kalau nikah nanti ya," ujar Herman Deru
Memang penyebab dan kronologi penganiayaan oleh JT terhadap CRS masih simpang siur.
Pihak RS Siloam maupun istri JT, memiliki argumentasi masing-masing.
Melisa berkukuh pihaknya tak sepenuhnya bersalah.
Melisa masih ingat betul perlakukan CRS kepada anaknya.
Menurut Melisa, perawat CRS memperlakukan anaknya dengan tak baik.
"Saya mau klarifikasi di sini, kejadian tersebut bermula karena adanya ketidak profesionalan
seorang suster rumah sakit dalam melayani pasien.
Menurut saya sebagai orang tua bisa berakibat fatal, apalagi anak saya masih balita," ungkap Melisa dikutip TribunnewsBogor.com dari Sripoku.com.
Menurut Melisa, perlakuan perawat RS Siloam sudah tak mengenakan sejak awal.
Mulai dari nada bicara, hingga ucapannya saat menangani anak Melisa.
"Sebenernya jujur, dari awal di situ perasaan saya sudah tidak enak melihat sikap suster itu.
Dari nada bicaranya saja agak ketus saat menangani anak saya yang rewel,
juga nyeletuk 'Ini (anaknya) rewel terus, harusnya kalau siang jangan ditidurin jadi malem ngga rewel terus'.
Yah saya jadi tidak enaklah dengernya, kok bisa seorang suster tega ngomong seperti itu," kata Melisa.
Melisa mengatakan, cara perawat mencabut infus anaknya begitu kasar.
"Ternyata bener kejadian kan, udah dia nyabutnya kasar darah sampai kemana-mana di baju, lantai, kasur," kata Melisa.
Melisa mengaku malah disalahkan ketika banyak darah yang keluar.
"Eh, malah saya disalahin katanya, sebaiknya ibu-ibu jangan gendong anak," tuturnya.
Melihat yang terjadi pada anaknya, Melisa panik.
"Sebagai orangtua saya pikir wajar jika kita panik,
apalagi setelah liat anak saya sampai keluar darah si suter itu tidak mau meminta maaf,
Masih ada bekas darahnya di baju, semua saya foto," kata Melisa.
Saat darah keluar, menurut Melisa perawat di RS Siloam hanya diam saja.
Ia baru mendapat penanganan ketika mengadukannya ke kepala perawat.
"Fatal darah itu, saya sampai ngadu ke kepala perawat baru ditangani darah tersebut di kasih plester,
Sama suster itu darah anak saya cuma ditutul-tutul aja pakai tissu toilet.
Saya ga bohong saya berani bersaksi nanti di pengadilan," kata Melisa.
Melisa pun menyarankan agar RS Siloam memperbaiki pelayanannya.
"Saya minta pihak Rumah Sakit apalagi Rumah Sakit Siloam punya record sebagai rumah sakit bagus,
pertimbangkan lagi kejadian ini jangan sampai terjadi ke pasien yang lain apalagi balita karena bisa membahayakan,"
"Menurut saya sikapnya sangat tidak profesional dan sangat tidak layak bekerja di rumah sakit manapun.
Nursing Development & Clinical Operations Division Head RS Siloam Sriwijaya,
Benedikta Betty Bawaningtyas mengatakan anak JT memang rencananya akan pulang.
Menurutnya, perawat mencabut infus sudah sesuai SOP.
“Jadi kemarin (kamis,red) itu rencana anak pasien mau pulang,
pada saat mau melepas infus sekitar jam 10 hampir jam 11 siang.
Pada saat perawat kami melepas infus sudah dilakukan sesuai SOP
menggunakan kapas alkohol kemudian diplester,”ungkap Tata dikutip dari Sripoku.com.
Hanya saja karena terlalu banyak bergerak, plester di tangan anak itu lepas.
“Tapi karena anak umur dua tahun, sedang aktif-aktifnya dan langsung digendong
jadi darahnya keluar plesternya lepas,”sambung Tata.
Sementara itu Kapolrestabes Palembang Kombes Pol Irvan Praiwra mengatakan
perawat CRS sudah memperingatkan istri JT untuk tidak menggendong anaknya dulu.
"'Jangan digendong bu, nanti berdarah'. Namun setelah infus itu dilepas korban,
istri pelaku menggedong anaknya, saat itulah tangan anak pelaku berdarah," kata Irvan di Polrestabes Palembang, Sabtu (17/4/2021) dikutip dari Kompas.com.
Melihat tangan anaknya berdarah, istri pelaku langsung menghubungi JT.
Ketika tiba di ruangan anaknya, pelaku langsung marah-marah dan memukul korban.
Perawat lain yang berada di sana sempat mencoba melerai.
Namun, JT masih emosi dan menendang perawat itu ketika CRS meminta maaf.
"Istri pelaku menelepon suaminya yang ada di luar mengabarkan tangan anaknya berdarah.
pelaku panik langsung datang dan menganiaya korban,
ponsel milik teman korban yang merekam juga dibanting pelaku," ujar Kapolres.
Pelaku yang berada di luar langsung emosi dan mendatangi rumah sakit.
JT pun mengakui perbuatannya salah dan mengaku tersulut emosi saat itu.
"Saya saat itu tidak di TKP pak. Lalu ditelepon istri,
yang mengatakan bahwa tangan anak saya keluar darah usai dilepas infus.
Nah mengetahui hal itu saya langsung cepat -cepat menuju kamar ruang anak
saya di 6026 lantai 6 RS Siloam Palembang," ungkapnya.
Artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Perawat Trauma Dianiaya Keluarga Pasien Jelang Menikah, Ibunda Ngadu ke Gubernur : Nikah Tahun Ini
Berita lain terkait penganiayaan perawat RS SIloam