Sejarah
Sejarah Kelahiran PSSI di Masa Hindia Belanda, Bermula dari Seorang Sarjana Lulusan Jerman
Sepak bola di Indonesia semakin berkembang saat Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) didirikan pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta.
Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Sepak bola masih ke Indonesia pada tahun 1914. Kala itu, Indonesia masih diperintah Hindia Belanda.
Sepak bola di Indonesia semakin berkembang saat Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) didirikan pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta.
Karena dilahirkan di zaman pergerakan nasional untuk kemerdekaan Indonesia, kelahiran PSSI juga erat kaitannya dengan kegiatan politik menentang penjajahan.
PSSI lahir karena dibidani politisi bangsa yang baik secara langsung maupun tidak, menentang penjajahan dengan strategi menyemai benih - benih nasionalisme di dada pemuda-pemuda Indonesia.
PSSI didirikan oleh seorang sarjana insinyur sipil bernama Soeratin Sosrosoegondo. Soeratin menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman pada tahun 1927 dan kembali ke tanah air pada tahun 1928.
Ketika kembali ke tanah air Soeratin bekerja pada sebuah perusahaan bangunan Belanda "Sizten en Lausada" yang berpusat di Yogyakarta.
Di sana ia merupakan satu-satunya orang Indonesia yang duduk dalam jajaran petinggi perusahaan konstruksi yang besar itu.
Akan tetapi, didorong oleh jiwa nasionalis yang tinggi Soeratin mundur dari perusahaan tersebut.
Setelah berhenti dari "Sizten en Lausada" ia lebih banyak aktif di bidang pergerakan.
Soeratin yang gemar bermain sepak bola pun melihat olahraga tersebut sebagai wahana terbaik untuk menyemai nasionalisme di kalangan pemuda, sebagai tindakan menentang Belanda.
Kemudian, Soeratun mengadakan pertemuan demi pertemuan dengan tokoh-tokoh sepak bola di Solo, Yogyakarta dan Bandung.
Pertemuan dilakukan dengan kontak pribadi menghindari sergapan Polisi Belanda (PID).
Lalu, gagasan pembentukan organisasi sepak bola nasional semakin matang setelah diadakan pertemuan di hotel kecil Binnenhof di Jalan Kramat 17, Jakarta dengan Soeri, ketua VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta) bersama dengan pengurus lainnya.
Selanjutnya dilakukan juga pematangan gagasan tersebut di kota Bandung, Yogya dan Solo yang dilakukan dengan tokoh pergerakan nasional seperti Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, A Hamid, Soekarno (bukan Bung Karno), dan lain - lain.
Sementara dengan kota lainnya dilakukan kontak pribadi atau kurir seperti dengan Soediro di Magelang (Ketua Asosiasi Muda).