Peringatan Dini BMKG
Peringatan Dini Gelombang Tinggi 4-6 Meter dari BMKG: Diminta Kewaspadaan Masyarakat, Ini Lokasinya
BMKG mengumumkan peringatan dini gelombang tinggi, diminta masyarakat waspada. Angin kencang hingga kilat dan petir. Ini lokasinya.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Peringatan dini gelombang tinggi diumumkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
BMKG menjelaskan sewaktu-waktu dapat terjadi gelombang sangat tinggi dapat mencapai ketinggian 4-6 meter di wilayah perairan Samudera Hindia.
Hujan lebat, angin kencang hingga kilat dan petir serta bencana alam tanah longsor dan banjir diminta BMKG agar masyarakat waspada.
BMKG juga menambahkan penjelasan terkait adanya perkembangan Siklon Tropis Odette, yang berawal dari bibit siklon 90s di Samudera Hindia.
(Foto: Gelombang tinggi. Peringatan Dini BMKG. Hujan lebat, angin kencang hingga kilat/petir. Masyarakat diminta BMKG agar waspada./Istimewa)
Di sisi lain, posisi Siklon Tropis Odette, dipantau pada pukul 07.00 WIB saat ini berada di 14 derajat Lintang Selatan (LS) dan 107 derajat bujur Timur (BT), atau sekitar 780 km selatan barat daya dari Cilacap.
"Kami sampaikan kepada masyarakat Indonesia untuk mengantisipasi dampak tidak langsung, karena posisinya sudah cukup jauh sekitar 780 kilometer,
tetapi masih dapat memberikan dampak tidak langsung ke wilayah Indonesia," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers virtual yang dipantau di Jakarta, Jumat (9/4/2021).
Terutama, kata Dwikorita Karnawati, berupa gelombang sangat tinggi dapat mencapai ketinggian 4-6 meter di wilayah perairan Samudera Hindia.
Dwikorita Karnawati mengatakan, dampak Siklon Tropis Odette tersebut mengakibatkan gelombang perairan di sebelah barat Bengkulu hingga sebelah barat Lampung.
Kemudian, sebelah selatan Jawa mulai dari Jawa Barat sampai Jawa Timur, sebelah selatan Bali, dan sebelah Selatan Nusa Tenggara Barat.
Dampak dampak berupa gelombang sangat tinggi tersebut dapat terjadi sewaktu-waktu mulai 9 April- 11 April
Kenapa BMKG tidak menyampaikan sebelumnya, karena hak untuk mengumumkan lahirnya bibit siklon tersebut berada pada Tropical Cyclone Warning Center di Perth.
"Kami baru saja mendapatkan informasi tersebut," ujar Rita.
Selanjutnya, masyarakat Indonesia diminta waspada dampak tidak langsung lainnya dari Siklon Tropis Odette berupa curah hujan intensitas sedang hingga lebat, yang dapat disertai angin kencang dan kilat petir.
Terutama pada 24 jam mendatang, dimulai siang atau sore hari.
Wilayah yang diperkirakan terdampak diantaranya Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat.
"Diminta kewaspadaan masyarakat di wilayah-wilayah provinsi tersebut untuk 24 jam dari saat ini, potensi hujan sedang hingga lebat angin kencang dan kilat petir yang dapat memicu longsor atau banjir bandang, kemudian di perairan adalah gelombang sangat tinggi 4-6 meter," ujar dia.
Apa Itu Siklon Tropis Savannah Hingga Sebabkan Cuaca Ekstrim?
Sementara itu pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan penyebab munculnya cuaca ekstrim dari siklon tropis savannah.
(Foto: Peringatan Dini BMKG gelombang tinggi. Hujan lebat, angin kencang hingga kilat/petir. Masyarakat diminta BMKG agar waspada./Antara Foto/Rivan Awal Lingga)
Kali ini, siklon tropis savannah yang ada di Samudera Hindia kini tengah terjadi di Jawa Tengah atau Jateng serta Yogyakarta.
Sebelumnya diketahui, siklon tropis savannah menjadi faktor utama cuaca ekstrim di sejumlah wilayah Pulau Jawa beberapa hari terkahir ini.
Melansir TribunJogja, penjelasan BMKG mengenai siklon tropis savannah sebabkan cuaca ekstrim di Jateng dan Yogyakarta.
Berdasarkan data BMKG, siklon tropis savannah yang ada di samudera Hindia jadi satu diantara faktor penyebab hujan ekstrim terjadi di sejumlah wilayah di Jawa beberapa hari terakhir.
Tak terkecuali hujan tak henti-henti di Jawa Tengah dan Yogyakarta dan sekitaranya.
Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, hujan deras yang mengguyur dengan intensitas lama pada Minggu (17/3/2019) ialah imbas dari siklon tropis savannah yang ada di samudera Hindia.
Saat ini, siklon tersebut cenderung bergerak menjauh dari Indonesia.
Namun demikian, menurut Dwikorita bagian ekornya menyebabkan udara semakin rendah.
Sehingga zona siklon ini bisa berpotensi terjadi adanya tekanan udara yang cukup drastis.
Kondisi tersebut mengakibatkan adanya aliran udara atau angin yang juga membawa uap-uap air dari Samudera Hindia.
Uap itu kemudian membentuk awan hujan.
Terakumulasi di wilayah Jawa Tengah bagian tengah dan Jawa barat bagian selatan.
"Sehingga curah hujan menjadi lebih tinggi dari seharusnya," kata Dwikorita ditemui saat meninjau tanah longsor di Imogiri, Bantul, Senin (18/3/2019).
Pergerakan siklon savannah di samudera Hindia, lanjut dia, cenderung semakin ke arah barat daya.
Alhasil yang terkena dampak dari siklon ini berada di Jawa Tengah bagian tengah, termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Barat bagian selatan.
Siklon ini membuat cuaca berubah menjadi sangat ekstrem.
Bahkan curah hujan mencapai 148 milimeter perhari.
"Padahal yang namanya ekstrem itu 50 milimeter perhari. Nah, hujan tadi malam (Minggu malam) hampir 3 kalinya ekstrem," terang dia.
Masih Bisa Terjadi
Kepala Stasiun Mlati Yogyakarta, Reni Praningtyas mengungkapkan cuaca ekstrim dampak dari siklon tropis savannah sampai beberapa hari kedepan, berpotensi masih akan terjadi.
Sejumlah daerah perlu kewaspadaan.Di antaranya wilayah selatan dan juga Jawa Tengah bagian Tengah.
"Termasuk DIY dan Imogiri ini masih berpotensi terjadi curah hujan tinggi karena memang puncak musim hujan di Indonesia pada Februari namun memasuki Maret masih turun hujan," terangnya.
Bahkan, potensi hujan ekstrem, kata Reni dimungkinkan bisa terjadi sampai April mendatang.
Hal itu disebabkan karena permukaan laut di Jawa tengah masih hangat sehingga memunculkan low pressure area atau daerah tekan rendah yang masih bermunculan di sekitar pesisir laut selatan.
"Ini berpotensi memunculkan hujan ekstrem yang sifatnya sesaat," ungkap dia.
Musim Kemarau 2019
Dilansir siaran pers BMKG, musim kemarau 2019 diawali dengan peralihan Angin Baratan (Monsun Asia) menjadi angin Timuran (Monsun Australia).
Peralihan peredaran angin monsun itu akan dimulai dari wilayah Nusa Tenggara pada Maret 2019, lalu wilayah Bali dan Jawa pada April 2019.
Kemudian sebagian wilayah Kalimantan dan Sulawesi pada Mei 2019 dan akhirnya Monsun Australia sepenuhnya dominan di wilayah Indonesia pada bulan Juni hingga Agustus 2019.
Dari total 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 79 ZOM (23.1%) diprediksi akan mengawali musim kemarau pada bulan April 2019 yaitu di sebagian wilayah Nusa Tenggara, Bali dan Jawa.
Wilayah-wilayah yang memasuki musim kemarau pada bulan Mei sebanyak 99 ZOM (28.9%) meliputi sebagian Bali, Jawa, Sumatera dan sebagian Sulawesi.
Sementara itu 96 ZOM (28.1%) di Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Papua akan masuk awal musim kemaraunya di bulan Juni 2019.
BMKG mengingatkan masyarakat bahwa perlu diwaspadai wilayah-wilayah yang akan mengalami musim kemarau lebih awal yaitu di sebagian wilayah NTT, NTB,
Jawa Timur bagian Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat bagian tengah dan Selatan, Sebagian Lampung, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan dan Riau serta Kalimantan Timur dan Selatan.
Kewaspadaan dan antisipasi dini juga diperlukan untuk wilayah-wilayah yang diprediksi akan mengalami musim kemarau lebih kering dari normalnya
yaitu di wilayah NTT, NTB, Bali, Jawa bagian Selatan dan Utara, Sebagian Sumatera, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Merauke.
Secara umum Puncak Musim Kemarau 2019 diprediksi akan terjadi pada bulan Agustus - September 2019. (Antaranews)
Artikel ini tayang di WartaKotaLive.com dengan judul "BREAKING NEWS: Siklon Tropis Odette Bertumbuh, BMKG Ingatkan Waspada Gelombang Setinggi 4-6 Meter"