Nasional
Cerita Istri Pesiunan Polisi, Jadi Pemulung Untuk Hidupi 7 Anak dan 10 Cucu, Atap Rumah Bocor
Dulu hidup berkecukupan, istri pensiunan polisi kini harus jadi pemulung.Kisah hidup penuh perjuangan itu harus dilakukan Erni Marliana (61)
"Kapolda Jabar telah memberikan bantuan untuk pembangunan rumah
yang tidak layak huni kepada istri pensiunan Polri (warakawuri) Saudari Eli Marliana
yang pekerjaan sehari-harinya sebagai pemulung untuk menghidupi keluarganya," kata Eko.
Eko mengatakan, pekerjaan sebagai pemulung dilakukannya Erni karena dia tidak mempunyai pekerjaan tetap.
Sementara itu, ke-7 orang anaknya tidak bekerja sehingga Erni menjadi tulang punggung keluarga.
Pembangunan rumah Erni, kata Eko, sudah dilaksanakan sejak tiga hari
yang lalu dan pembangunannya ditargetkan bisa selesai pada 12 April 2021.
"Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Kapolda yang telah membantu warakawuri
yang berada di wilayah Sumedang. Semoga amal baiknya di terima oleh Allah Swt," ucap Eko.
Pemulung Sukses Sekolahkan Anak hingga PNS
Nama aslinya Suparno (69), tetapi warga asli bantaran Kali Ciliwung di Manggarai, Jakarta Selatan, biasa memanggilnya Pak Kentir.
Entah lah alasan Suparno dipanggil Kentir.
Barangkali panggilan itu dinobatkan kepadanya lantaran di usia yang senja ini, ia masih kuat bekerja demi sesuap nasi.
Soalnya, kakek yang tampak ringkih bertubuh kurus itu masih turun ke dalam derasnya kali Ciliwung
nan butek demi mengangkuti sampah. Tak heran bila warga memanggilnya kentir alias agak edan.
Saat ditemui di bawah kolong jembatan Kali Ciliwung, Pak Kentir sedang menepikan pelampung di pinggir kali.
Pelampung milik Pak Kentir dibuat sederhana hanya bermodalkan busa dari kulkas bekas.
Seusai menambatkan tali tambang di tepi kali,
kedua tangannya memilah-milah berbagai sampah hasil pulungan ke dalam karung goni putih.
Di atas pelampung itu, terdapat sejumlah barang hasil tangkapannya.
Di antaranya seng bekas, pipa paralon, besi tua dan karung berisi beragam sampah.
Saat senja hendak berganti malam, pria paruh bayah itu sudah berlabuh di kolong Jembatan
untuk mengangkat hasil pulungannya ke gerobak.
Sambil memilah sampah ke karung goni, ia bercerita bahwa pekerjaan ini sudah dilakoni sejak tahun 1987.
Setiap pagi, Pak Kentir bekerja mengais sampah yang teronggok di kali Ciliwung.
Biasanya, ia mulai turun di daerah Cawang untuk mencari sampah.
Budaya warga sekitar membuang sampah ke kali menjadi rezeki Pak Kentir.
Sesudah sampah terkumpul di gerobak, ia membawanya ke pengepul tak jauh dari bantaran kali.
"Jam 8 pagi saya sudah mulai kerja naik Bajaj (ke Cawang)," ujarnya pada Jumat (12/3/2021).
Selama bertahun-tahun bergelut di kali keruh, Pak Kentir sempat mengambil sejumlah temuan.
Yang paling teringat, ia pernah menemukan 'harta karun' berupa emas seberat 2 gram di kali.
Pak Kentir tak begitu jelas menerangkan emas itu dalam bentuk perhiasan atau yang lainnya.
"Kuningan ya segala macem, perabotan. emas juga pernah pas lagi banjir. Emas 2 gram pernah," katanya.
Ia kini hidup sebatang kara di bawah kolong jembatan.
Istrinya sudah lama tutup usia sedangkan ketiga anaknya sudah berkeluarga di luar kota.
Pak Kentir mengaku bahwa dua anaknya sudah menjadi pegawai negeri
sedangkan satunya bekerja di sebuah dealer kendaraan.
Salah satu warga sekitar yang sudah lama hidup di sana tak begitu mengetahui latar belakang Pak Kentir.
Namun, warga itu membenarkan bahwa ia sudah lama bekerja sebagai pemulung sampah di kali.
Kakek asal Desa Gadu, Jombang, Jawa Timur itu hidup di gerobak usangnya. Ia tak memiliki tempat tinggal.
Kemiskinan masih saja membelit hidupnya.
Penghasilannya pun terbilang pas-pasan dalam sehari yang rata-rata sekitar Rp 50 ribu.
Uangnya sudah terkuras habis untuk beli rokok dan ongkos bajaj sehari-hari.
Kesejahteraan tampaknya masih sulit diraih Pak Kentir. Namun, hidup harus terus berjalan.
Pak Kentir menolak menyerah dalam keadaan. Bekerja lebih baik ketimbang hanya meratapi nasib.
"Saya enggak betah kalau enggak kerja. Saya juga enggak mau merepotkan anak-anak saya di kampung.
Kalau saya sudah berkaki tiga (pakai tongkat) mungkin saya berhenti," ceritanya duduk di sebelah gerobaknya sambil merokok santai.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Dulu Hidup Berkecukupan, Kini Istri Pensiunan Polisi Jadi Pemulung Demi Bertahan Hidup