Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Bom Depan Katedral Makassar

Apa itu JAD? Jamaah Ansharut Daulah Organisasi Teroris di Indonesia, Dalang Bom Katedral Makassar

JAD dibentuk pada 2015 silam oleh 21 organisasi teror yang mendeklarasikan kesetiaan pada Islamic State, seperti Majelis Indonesia Timur dan Barat,

Penulis: Aldi Ponge | Editor: Aldi Ponge
ISTIMEWA
Dua terduga pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Minggu (28/3/2021), tertangkap kamera CCTV. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Apa itu JAD atau Jamaah Ansharut Daulah, organisasi teroris di Indonesia?

JAD sering terlibat dalam banyak aksi teror di Indonesia.

Kali ini terlibat dalam bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021) pagi.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan dua pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar masih terkait dengan 20 kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang diamankan tim Densus 88 Anti-teror pada 6 Januari lalu.

"Mereka (dua pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar) adalah bagian dari kelompok (teroris) beberapa waktu yang lalu. Ada kurang lebih 20 orang dari kelompok JAD yang kita amankan. Mereka bagian dari itu," ujar Listyo Sigit dilansir Tribunnews.com dari live Kompas TV.

Sementara itu, pengamat terorisme dari Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh, Al Chaidar, menduga, serangan tersebut merupakan balas dendam kelompok JAD atas penangkapan puluhan anggotanya dan tewasnya dua orang dari kelompoknya oleh Densus 88 Antiteror Polri pada awal Januari lalu di Makassar.


(FOTO: Aman Abdurrahman inisiator Jamaah Ansharut Daulah (JAD) (twitter/tribunnews)

"Jadi daripada tertangkap atau tewas maka mereka segera melakukan serangan amaliyah," ujar Al Chaidar kepada Quin Pasaribu yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, hari Minggu (28/03/2021).

"Mereka menyasar gereja karena mereka kelompok Wahabi Takfiri yang christophobia atau tidak menyukai orang-orang non-Muslim," sambungnya.

Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Muhammad Syauqillah, juga menduga pelaku pengeboman di Gereja Katedral Makassar terkait dengan kelompok JAD yang kerap menyasar tempat ibadah.

Namun demikian, aksi itu tidak semata dilakukan atas dasar balas dendam tapi sebagai "amaliyah (aksi) menjelang bulan Ramadan".

"Mereka mengganggap bulan suci Ramadan adalah waktu yang tepat karena di bulan-bulan inilah amal dilipatgandakan," tutur Muhammad Syauqillah kepada BBC News Indonesia.Ini bulan yang sakral untuk kelompok itu." 

Sejarah JAD

JAD dibentuk pada 2015 silam oleh 21 organisasi teror yang mendeklarasikan kesetiaan pada Islamic State, seperti Majelis Indonesia Timur dan Barat, Ikhwan Mujahid Indonesia fil Jazirah al-Muluk, Khilafatul Muslimin, dll.

Sejak itu organisasi ini sudah berulangkali melancarkan serangan di tanah air.

JAD antara lain bertanggungjawab atas serangan bom Thamrin dan Kampung Melayu, bom di Polres Surakarta, penyerangan Mapolres Banyumas, bom panci di Bandung, baku tembak di Tuban, Jawa Timur, penyerangan pos kepolisian di Banten dan pengeboman Gereja Oikumene di Samarinda.

Pertautan Aman dengan ISIS mulai tercium publik ketika dia mengeluarkan fatwa jelang serangan bom Thamrin 2016 silam.

"Berhijrahlah ke negara Islam dan jika tidak mampu, maka berjihadlah di negara masing-masing," tulisnya.

Sejak 2017 silam pemerintah AS menempatkan JAD dalam daftar organisasi teror dan melarang semua perusahaan AS berurusan dengan kelompok tersebut.

Dalam aksinya JAD berulangkali menggandeng organisasi teror lain, Jamaah Ansharut Tauhid alias JAT yang merupakan kelompok pecahan Jemaah Islamiyah.

JAT yang dibentuk tahun 2008 oleh Abu Bakar Ba'asyir diyakini beranggotakan hingga 2.000 orang.

Namun menyusul penangkapan terhadap Ba'asyir, polisi mengklaim aktivitas JAT banyak berkurang.

Kali ini JAD diyakini menyiapkan rencana besar untuk menggandakan operasinya di Indonesia.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengklaim JAD telah mendapat perintah dari Afghanistan terkait pemindahan operasi dari Filipina.

"Kalian harus tahu di dalam perintah dari Kabul, mereka akan memindahkan Marawi ke sini," ujarnya seperti dilansir Kompas.

(FOTO: Fakta-fakta teror bom di Makassar. Pelaku bom bunuh diri di depan, pernyataan saksi hingga Kapolri puji satpam Gereja Kathedral Makassar/Foto Kolase Istimewa)

Diinisiasi Aman Abdurrahman dari Dalam Lapas

Terpidana mati kasus terorisme Aman Abdurrahman pada 2014 memanggil sejumlah pengikutnya untuk melakukan pertemuan di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan, Cilacap.

Aman memanggil Abu Musa, Zainal, M Fachri, dan Khaerul Anwar.

Dalam pertemuan itu, Aman disebut menyampaikan beberapa hal terkait telah berdirinya Khilafah Islamiyah di Suriah, serta kewajiban umat Muslim mendukung baiat kepada Abu Bakar Al Bagdadi.

Dalam pertemuan itu, Aman juga menyampaikan perlunya membentuk wadah jemaah yang ada di Indonesia sebagai pendukung Khilafah Islamiyah.

Tujuannya, mewadahi orang-orang yang bersimpati dengan daulah Islamiyah yang ingin bergabung untuk menyamakan manhaz atau pemahaman dengan manhaz daulah Islamiyah.

Aman menunjuk Abu Musa menjadi pemimpin atau dikenal dengan amir jemaah pusat guna membentuk wadah tersebut. Sedangkan Zainal ditunjuk sebagai amir jemaah Jawa Timur.

Abu Musa dan Zainal ditunjuk karena dinilai keduanya memiliki jemaah yang cukup banyak.

JAD terbentuk

Usai pertemuan tersebut, Abu Musa mulai memikirkan wadah untuk mengakomodir permintaan Aman. Tak berselang lama, sebuah wadah bernama JAD terbentuk.

Tujuan JAD untuk mendukung daulah Islamiyah yang ada di Suriah dengan melakukan kegiatan penyebaran dakwah khilafah, melaksanakan hijrah, dan berjihad.

Pada November 2014, Zainal mulai membentuk struktur JAD Jawa Timur yang memiliki kepengurusan ketua, sekretaris, bendahara, hingga kehumasan. Zainal juga membentuk pimpinan JAD di sejumlah wilayah di Jawa Timur.

Setelah membentuk struktur kepengurusan, Zainal membuat program kerja serta bidang yang membawahinya, di antaranya bidang askary untuk mengadakan idad/tadrib askari, dauroh internal (amaliyah), bidang i'lam untuk pembuatan website dan tablight akbar, serta bidang maliyah guna penggalangan dana.

Melantik pemimpin JAD berbagai wilayah

Pada September 2015, Abu Musa mengundang sejumalah pendukung daulah/khilafah Islamiyah Indonesia ke Cilacap. Dalam pertemuan itu, Abu Musa menyampaikan akan menggelar dauroh dai nasional yang akan digelar pada November 2015.

Abu Musa meminta kesediaan Zainal untuk menjadi pimpinan JAD menggantikan dia yang akan berangkat ke Suriah bergabung dengan kelompok teroris ISIS.

Zainal kemudian membentuk panitia pelaksana. Kegiatan tersebut digelar selama 3 hari bertempat di vila yang berada di kawasan Batu, Malang.

Sejumlah kegiatan yang dilakukan pada acara tersebut yaitu mengadakan taklim atau kajian mengenai tauhid, khilafah, dan jihad. Digelar juga teleconfrence dengan Aman dari Nuskambangan, dengan menggunakan ponsel milik Zainal yang didengarkan oleh seluruh anggota JAD yang hadir.

Adapun saat acara yang sama, di lantai II vila, Zainal membentuk kepengurusan dan menunjuk sejumlah pemimpin JAD di berbagai wilayah di Indonesia.

JAD Aktif di media sosial

Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan hal tersebut berbeda dengan kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) yang lebih terstruktur di lapangan.

"JAD tidak terstruktur di lapangan, beda dengan JI yang terstruktur di lapangan. Mereka terstrukturnya secara virtual," ujar Dedi, di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (14/10/2019) lalu.

Ia menjelaskan kelompok JAD akan memberi kabar terlebih dahulu apabila hendak melakukan aksi amaliyah.

Kabar itu diberikan melalui media sosial, dimana Telegram menjadi salah satu media sosial yang dimanfaatkan kelompok teroris tersebut.

"Intensitas komunikasinya di media sosial terstruktur dan sistematis. Kalau mau melakukan amaliyah, mereka akan sampaikan di Telegram maupun media sosial lainnya, misalnya 'Saya akan melakukan amaliyah pada hari ini'," kata dia.

Tapi dalam komunikasinya dia tidak akan menyebutkan secara detail siapa yang menjadi targetnya termasuk waktu dan tempatnya.

"Dia cukup men-declare akan melakukan amaliyah, mohon doanya, langsung dilakukan," katanya.

Lebih lanjut, mantan Wakapolda Kalimantan Tengah itu menuturkan bahwa aksi amaliyah yang dilakukan anggota kelompok tersebut sesuai dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing.

"Bergerak melakukan amaliyah dengan kemampuan masing-masing, kalau kemampuan membuat bom ya contohnya suicide bomber," katanya.

Mastermind JAD

Pada 2019 lalu, Mabes Polri mengungkap masih mengejar seorang terduga teroris bernama Saefullah alias Daniel alias Chaniago.

Penjaga perpustakaan Ponpes Ibnu Mas'ud itu bahkan masuk ke dalam daftar pencarian orang (DPO).

Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan Saefullah mengendalikan dan memberi perintah kepada sejumlah terduga teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Indonesia.

Salah satunya kepada terduga teroris N atau Novendri yang ditangkap di Padang, Sumatera Barat.

Saefullah mengarahkan N untuk mengirim uang kepada Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

"N ini ada pengendalinya, mastermind-nya saat ini atas nama Saefullah alias Daniel alias Chaniago. Yang bersangkutan sudah diterbitkan DPO oleh Densus 88 sebagai mastermind," ujar Dedi, di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (23/7/2019).

"Saat ini yang bersangkutan diduga berada di satu wilayah di Khorasan Afghanistan. Kenapa ada di situ, (karena) pasca-kekalahan ISIS di Suriah, Al Baghdadi langsung pecah kekuatannya. Saat ini kekuatan ISIS sudah mengarah ke suatu daerah, yaitu di Khorasan Afghanistan. Ini daerah abu-abu, daerah perbatasan yang tidak bisa dikontrol oleh satu pemerintah, itu sebabnya mereka kuat di situ," imbuhnya.

Selain itu, Saefullah mengontrol beberapa pelaku yang ada di Indonesia, antara lain tersangka Yoga dari JAD Kalimantan Timur yang ditangkap Juni 2019.

Yoga sendiri berperan menggantikan Andi Baso, sebagai jembatan penghubung antara kelompok ISIS atau JAD di Indonesia dan Filipina.

Menurut Dedi, Saefullah berencana mengirimkan uang kepada Yoga untuk membeli senjata di Filipina, untuk nantinya dikirim ke Indonesia.

Saefullah juga disebut sebagai orang yang mengatur perjalanan Muhammad Aulia beserta 11 orang Indonesia lain yang berencana berangkat ke Khorasan Afghanistan.

Namun, mereka dideportasi dari Bangkok dan kemudian ditangkap Densus 88 di Bandara Kualanamu, Medan.

Terkait dengan penangkapan ratusan terduga teroris?

Juru bicara Mabes Polri, Argo Yuwono, berkata masih belum bisa memastikan apakah serangan teror yang terjadi pada rangkaian perayaan Paskah di Makassar kemarin dampak dari penangkapan ratusan terduga teroris di Indonesia sepanjang tahun ini.

Kata dia, peristiwa ini akan menjadi evaluasi tim Densus 88 Antiteror Polri.

"Ini bagian daripada evaluasi penyidik Densus nanti kita akan lihat sejauhmana yang kita lakukan penangkapan mulai dari beberapa daerah apakah ada kaitannya dengan yang ini [Makassar], nanti kita temukan setelah mendapatkan data," imbuh Argo Yuwono kepada wartawan di Jakarta, Minggu (28/03).

Sepanjang 2021, sudah ada ratusan teruga teroris yang ditangkap Densus 88 Antiteror di beberapa wilayah di Indonesia.

Pada awal Januari lalu misalnya, Densus menangkap 20 terduga teroris di sebuah villa di Kelurahan Bulurokeng, Kecamatan Biringkanayya, Makassar.

Dari 20 orang, dua di antaranya disebut melawan sehingga ditembak anggota Densus hingga meninggal.

Menurut Polri, keduanya diketahui menyatakan berbaiat kepada ISIS pada 2015 di pondok pesantren Arridho pimpinan Basri yang meninggal di Lapas Nusakambangan.

Polri juga menyebut, mereka terlibat dalam pengiriman dana ke pelaku bunuh diri di gereja di Jolo, Filipina.

Akhir Januari, Densus kembali menangkap lima terduga teroris di Provinsi Aceh. Kelimanya diduga terlibat dalam jaringan bom Polrestabes Medan dan terafiliasi dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) sama seperti terduga teroris yang ditangkap di Makassar.

Kemudian pada Februari, Densus menangkap sejumlah terduga teroris di Kalimantan Barat yakni Pontianak, Kubu Raya, dan Singkawang.

Masih di bulan yang sama, 22 terduga teroris ditangkap di Jawa Timur. Mereka teridentifikasi dengan Jamaah Islamiyah.

Kemudian Densus juga menangkap 22 orang terduga teroris di Jakarta, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Puluhan orang ini diketahui berafiliasi dengan jaringan Jamaah Islamiyah.

Penangkapan tersebut merupakan hasil pengembangan operasi Densus di Jawa Timur yang juga menyita 31 kotak amal yang diduga dipakai untuk mendanai kegiatan terorisme.

Terakhir pada Maret, satu terduga teroris ditangkap di sebuah perumahan di Kabupaten Tangerang, Banten. (Aldi Ponge/Rhendi Umar/Tribunmanado/tribunnews.com)

SUMBER SEBAGIAN:

 https://www.tribunnews.com/nasional/2021/03/29/mengenal-jad-kelompok-teroris-dalang-bom-di-depan-gereja-katedral-makassar-dikenal-jago-di-medsos?page=all

Berita Terkait Bom Katedral Makassar

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved