Keterisian Kargo Direct Call Manado-Tokyo Belum Maksimal
Kepala Perwakilan BI Sulut, Arbonas Hutabarat mengatakan, keterisian kargo direct call Manado-Tokyo belum diutilisasi maksimal.
Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Charles Komaling
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Bank Indonesia terus mendorong agar aktivitas direct call (ekspor langsung) ke Jepang bisa dimaksimalkan.
Kepala Perwakilan BI Sulut, Arbonas Hutabarat mengatakan, keterisian kargo direct call Manado-Tokyo belum diutilisasi maksimal.
"Dari kapasitas kargo yang mencapai 35 ton, rata-rata keterisian kargo baru di angka 15,77 ton," ujar Arbonas dalam FGD Peluang Ekspor Komoditas Perikanan dari Kawasan Timur Indonesia (KTI) ke Jepang yang berlangsung via Zoom Meeting, Kamis (25/03/2021).
Ekspor langsung ini membawa komoditas perikanan dan pertanian dari Sulut dan daerah sekitar seperti Malut, Maluku dan Gorontalo.
Di Sulut sendiri, direct call Manado-Tokyo telah menampung 44,92 persen ekspor Sulut ke Jepang yang dikirim melalui angkutan udara.
Arbonas bilang, melihat capaian selama ini, perlu didorong agar jalur interkoneksi dari Manado ke KTI bisa dimaksimalkan.
"Tidak bisa lagi bergantung hanya dari Sulut, Malut, Maluku dan Gorontalo. Ke depan bisa ambil komoditas dari Papua, Papua Barat dan Sulteng. Konektivitas udaranya ada," ujar Arbonas.
Menurutnya dia, selama ini jalur koneksi udara itu belum dimaksimalkan untuk meningkatkan ekspor ke Jepang.
Sejauh ini, ketersediaan penerbangan langsung dari dan ke Manado ke sejumlah provinsi di KTI, yakni Manado-Gorontalo, Manado-Ternate, Manado-Sorong, Manado-Halmahera Utara (Kao) dan Manado-Timika.
Jam berangkat pesawat Garuda Indonesia pada pukul 23.30 Wita setiap hari Rabu justru merupakan kesempatan besar untuk meningkatkan volume ekspor.
"Komoditas perikanan dari daerah-daerah KTI itu bisa dikirim pagi hingga sore karena pesawatnya berangkat malam," ujarnya.
Keberadaan Bandara Sama Ratulangi yang menjadi hub di KTI sangat potensial karena memiliki jarak tempuh yang lebih singkat ke Jepang.
Di sisi lain, Arbonas bilang, terbuka potensi pengembangan ekspor komoditas lain di luar perikanan.
Pasar Jepang terbuka untuk komoditas rempah, sayuran, buah, ikan hias, produk hasil perkebunan bahkan general cargo.
FGD tersebut, bertujuan mendorong pelaku usaha ekspor, termasuk di dalamnya UMKM untuk memanfaatkan fasilitas yang sudah terbuka melalui direct call ke Jepang.
Tujuan akhirnya, bagaimana mendorong peningkatan ekspor yang ujung-ujungnya bermuara pada peningkatan permintaan bahan baku di masyarakat
"Pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Arbonas. (*)