Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Profil Tokoh Daerah

Sosok Marsekal Pertama Satriyo Utomo, Danlanud Samrat Manado, Peraih 1.000 Jam Terbang Hawk MK-53

Marsekal Pertama Satriyo Utomo adalah alumnus Akademi Angkatan Udara (AAU) 1995. Satriyo Utomo  penerbang pesawat tempur memiliki callsign Serpent.

Penulis: Aldi Ponge | Editor: Aldi Ponge
ISTIMEWA
Marsekal Pertama Satriyo Utomo, Komandan Lanud Sam Ratulangi Manado 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Inilah sosok Marsekal Pertama Satriyo Utomo, Komandan Lanud Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara.      

Komandan Lanud Sam Ratulangi baru saja dinaikkan pangkat. Sebelumnya posisi ini dijabat seorang Kolonel, kini dijabat seorang Marsekal Pertama.  

Sehingga Satriyo Utomo pun mengalami kenaikan pangkat menjadi bintang satu.

Laporan Korps Kenaikan Pangkat kepada Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (17/3/2021).

Pangkoopsau II Marsda TNI Minggit Tribowo telah melantik Komandan Lanud Sam Ratulangi Satriyo Utomo pada 9 Maret 2021.

Kenaikan pangkat Danlanud tertuang dalam Surat Perintah Panglima TNI Nomor Sprin/615/III/2021 tanggal 15 Maret 2021.


(FOTO: Komandan Lanud Sam Ratulangi Manado, Marsma TNI M. Satriyo Utomo SH resmi menyandang pangkat bintang satu/Istimewa)

Lanud Sam Ratulangi Manado sendiri telah menjadi Lanud tipe A sehubungan dengan adanya Validasi Organsasi dari Lanud Tipe B menjadi Lanud Tipe A. 

Lanud Sam Ratulangi Manado haruskah seorang jenderal bintang satu. 

Validasri ini berdasarkan Peraturan Panglima TNI Nomor 48 tahun 2020 dan Peraturan Kasau Nomor 56 dan 57 tahun 2020 dan nomor 2 tahun 2021. 

Pangkalan udara tipe A terdapat beberapa skadron udara dan skuadron teknik serta depo pemeliharaan, hingga detasemen satuan Pasukan Khas TNI AU dan satuan Polisi Militer TNI AU

Siapa Satriyo Utomo?

Satrio Utomo lahir di Tarakan, Kalimantan Utara pada 10 Desember 1973

Dia menikah dengan Reni Triwijayanti atau Reni Satriyo Utomo

Marsekal Pertama Satriyo Utomo adalah alumnus Akademi Angkatan Udara (AAU) 1995. 

Kini dia menjadi Komandan Lanud Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara.

Sebelumnya, Satriyo Utomo menjabat sebagai Danlanud Sultan Iskandar Muda, Aceh.

Satriyo Utomo menjadi Komandan Lanud Sam Ratulangi Manado menggantikan Kolonel Pnb Abram Tumanduk.


(FOTO: Komandan Lanud Sam Ratulangi Manado, Marsma TNI Satriyo Utomo/Istimewa)

Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara II (Pangkoopsau II) Marsekal Muda (Marsda) TNI Minggit Tribowo SIP menjadi inspektur upacara serah terima jabatan Danlanudsri Manado yang berlangsung di Gedung Suryadi Surya Dharma, Markas Komando Operasi TNI Angkatan Udara II. Selasa, (09/03/2021).

Satriyo Utomo  penerbang pesawat tempur yang memiliki callsign “Serpent”. 

Raih 1.000 Jam Terbang Hawk MK-53

Satriyo Utomo mencapai puncak karier sebagai Penerbang Tempur.

Satriyo Utomo peraih 1.000 jam terbang menggunakan pesawat tempur Hawk MK-53.

Hal ini diraih ketika melaksanakan latihan ISL/ASL dari Lanud Iswahjudi, Magetan ke wilayah Yogyakarta di atas ketinggian 8.000 feets.

Bagi seorang penerbang tempur, meraih 1.000 jam terbang merupakan hal yang sangat membanggakan sekaligus tantangan.

Tidak semua penerbang tempur dapat meraih 1.000 jam terbang, di samping membutuhkan waktu yang lama juga perlu kerja keras dan latihan yang terus menerus dan butuh profesionalitas yang tinggi.

Sejarah Pangkalan Udara Sam Ratulangi

Dilansir, situs tni-au.mil.id, Pangkalan TNI Angkatan Udara Sam Ratulangi terletak di Kota Manado, Sulawesi Utara

Berdirinya Lanud Sam Ratulangi ini berawal pada tahun 1939 pemerintah Belanda membangun Lapangan Udara untuk kepentingan militernya di ujung selatan danau Tondano daerah Celebes.

Lapangan Udara berukuran panjang 1650 m dan lebar 90 m tersebut dikenal dengan nama Lapangan Udara Kalawiran.

Pada saat Perang Dunia II tahun 1941, Belanda memusatkan kekuatan penerbangannya di Lapangan Udara Kalawiran.

Kemudian tahun 1942 Kalawiran jatuh ke tangan tentara Jepang.

Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu tahun 1944, Kalawiran dialihkan kembali penguasaannya kepada pemerintah Belanda yang kemudian dijadikan Markas Komando Pasukan Cadangan (Reserve Corps). Periode 1957-1958 terjadi pemberontakan Permesta.

Dalam kurun waktu itu, Kalawiran hancur akibat serangan udara Permesta. Pada saat itu, Permesta menguasai lima Lapangan Udara di sebagian wilayah udara Indonesia Timur, yaitu Mapanget, Tasuka, morotai, Jailolo dan Tolotio.

Dalam usaha menumpas pemberontakan Permesta, TNI melaksanakan operasi gabungan memakai nama sandi ”Operasi Merdeka”.

Operasi tersebut bertujuan merebut Sulawesi Utara sebagai ibukota Manado dan daerah sekitarnya seperti Gorontalo, Sangir Talaud, Morotai, Jailolo, Palu dan Donggala.

Komandan Operasi Gabungan Letkol Rukminto Hendraningrat dengan Wakil I Letkol (L) Hunhols dan Wakil II Mayor Udara Leo Watimena.

Ketika Lapangan Udara Mapanget diduduki oleh AURI (PGT) maka saat itu juga fungsi sebagai Pangkalan penunjang operasi udara beralih di Mapanget dengan Staf Komando berada pula di Mapanget bersama Komandan Kompi PGT Letnan Udara Satu Moestam.

Selanjutnya Staf Komando dipindahkan ke kota Manado (Perumahan Dinas Kantor Pos dan Giro) dengan status Detasemen Angkatan Udara Manado serta jabatan Komandan diserahkan kepada Letnan Udara Satu Ronggo Mulato tahun 1959.

Kemudian Detasemen Angkatan Udara Manado dirubah statusnya menjadi Pangkalan Udara Sam Ratulangi Manado dengan Keputusan DPRD Dati I Propinsi Sulut nomor : Kepts 17/DPRD-Sul/70 dan Radiogram Ass Ops DKT No.2327/Ops/70.

Staf Komando kemudian dipindahkan kembali ke Mapanget dengan menggunakan bangunan tua peninggalan Belanda (Kantin Garuda) sebagai sarana perkantoran.

Selain Mako Lanud Sam Ratulangi di Mapanget, masih terdapat aset Lanud Sam Ratulangi di Kalawiran, Tasuka, Gorontalo yang dulunya direbut dari Permesta.. (Aldi Ponge/Tribun Manado)

Berita Terkait Lanud Sam Ratulangi

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved