Kartel Narkoba
Seorang Presiden Dituding Terima Suap Kartel Narkoba Sebanyak Rp 3,5 Miliar
Seorang terpidana penyelundup dan mantan pemimpin kartel narkoba di Honduras, bersaksi di pengadilan federal Amerika Serikat,
TRIBUNMANADO.CO.ID - Presiden Honduras Juan Orlando Hernández dituding menerima suap dari pemimpin kartel narkoba.
Mantan pemimpin kartel Cachiros, Devis Leonel Rivera Maradiaga mengungkapkan kesaksian di pengadilan federal Amerika Serikat, Kamis (11/3/2021).
Juan Orlando Hernández dituduh menerima AS$ 250.000 atau sekitar Rp 3,5 miliar.
Dia menyuap agar dirinya tidak ditangkap pada tahun 2012.
Devis Leonel Rivera Maradiaga melakukan pembayaran tunai melalui salah satu saudara perempuan Hernández, Hilda Hernández,
Imbalannya perlindungan, sehingga polisi militer dan polisi pencegahan tidak bisa menangkapnya di Honduras.

Dia mengatakan juga membayar agar dia tidak diekstradisi ke AS dan perusahaannya telah melakukan pencucian uang. Rivera Maradiaga juga mengaku terlibat dalam 78 pembunuhan.
Pada saat dugaan suap terjadi, Juan Orlando Hernández masih menjadi pemimpin Kongres Honduras, namun sudah mulai mengincar kursi presiden, yang akhirnya dimenangkannya pada 2013.
Ia mulai menjabat pada Januari berikutnya.
Hilda Hernández, yang kemudian bertugas di pemerintahannya, meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter pada tahun 2017.
Fuentes Ramírez ditangkap pada Maret 2020 di Florida. Dia didakwa dengan perdagangan narkoba dan kepemilikan senjata.
Mantan Presiden Honduras Ditahan di Bandara Karena Bawa Uang Banyak
Kasus lainnya menimpa Mantan Presiden Honduras, Manuel Zelaya ditahan di Bandara Internasional Toncontin setelah kedapatan membawa uang dengan jumlah besar.
Zelaya diketahui membawa uang sebesar 18.000 dolar AS atau setara Rp253 juta, Jumat (27/11/2020) waktu setempat.
Namun, pria yang menjabat sebagai Presiden Honduras pada periode 2006 hingga 2009 itu, membantah uang tersebut adalah miliknya.
“Saya tak tahu darimana asalnya uang itu. Jelas seseorang meletakannya di dalam tas saya,” ujarnya dikutip dari Al-Jazeera.
“Saya telah melakukan 400 perjalanan dan tahu Anda tak bisa berpergian dengan sejumlah uang. Sangat penting untuk menginvestigasi siapa yang meletakannya di tas saya,”lanjut Zelaya.
Zelaya juga sempat menyatakan dirinya telah ditahan secara tidak adil di Twitter miliknya.
“Alasannya adalah tas dengan uang sebanyak 18.000 dolar AS, yang bukan milik saya. Dan barang itu kini berada di tangan jaksa,” tulisnya.
Zelaya mengungkapkan dia diberhentikan saat berada di ruang kontrol imigrasi Bandara Toncontin, setelah tasnya diperiksa.
Namun, juru bicara Kejaksaan Umum Honduras, Yuri Mora menegaskan bahwa Zelaya tidak ditahan.
“Apa yang terjadi sesuai dengan hukum, yaitu dengan mendokumentasikan (apa yang terjadi), dan ketika semua sudah selesai dan ditandatangani oleh Zelaya, bahwa uang itu bukan miliknya, dia dipersilakan pergi,” tuturnya.
Zelaya dikabarkan tengah akan melakukan perjalanan ke Houston, Texas, Amerika Serikat (AS), dengan destinasi terakhir Meksiko, ketika dirinya diperiksa.
Semasa menjabat sebagai Presiden Honduras, Zelaya merupakan rekan dari mantan Presiden Venezuela, Hugo Chavez.
Dia dilengserkan militer pada Juni 2009 melalui kedueta ketika tengah menyiapkan referendum untuk pemilihan Presiden.
Pihak oposisi mengatakan Zelaya tengah berusaha melakukan sebuah plot untuk mempertahankan kekuasannya.
SUMBER: