Tokoh Nasional
Pengusaha Ini Dilempari Asbak Oleh Presiden Soekarno, Lantaran Permintaan Ini
Bujukan itu datang dari dua pengusaha yang juga disebut sebagai orang dekat Soekarno, Hasjim Ning dan Dasaad.
Usul itu pun ditolak Presiden Soekarno.
Soekarno melempar asbak
Menurut penuturan Asvi, mengutip dari buku biografi Alamsjah,
Soekarno sempat marah sampai melempar asbak kepada Hasjim.
Saat itu Soekarno membentak, "Kamu juga sudah pro-Soeharto."
"Soekarno sangat marah waktu itu, dan menurut Hasjim Ning, Soekarno sempat melemparkan asbak ke dirinya.
Proses itu diceritakan dalam biografi Hasjim Ning dan Alamsyah,
walaupun mereka memberikan tanggal yang berbeda," ucap Asvi.
Upaya membujuk Soekarno, seperti diakui Hasjim Ning dan Alamsjah Ratu Perwiranegara, gagal.
Kemudian, terjadilah peristiwa pada 11 Maret 1966.
Saat itu, tiga jenderal mendatangi Soekarno di Istana Bogor.
Soeharto mengirim petinggi Angkatan Darat, yaitu Mayjen Basuki Rachmat,
Brigjen Muhammad Jusuf, dan Brigjen Amirmachmud.
Ketiga jenderal itu meminta Soekarno mengeluarkan surat perintah yang kemudian dikenal sebagai Supersemar.
Dengan Supersemar, Soeharto menjalankan kekuasaannya jauh dari sekadar mengatasi keadaan.
Sehari setelah menerima Supersemar, Soeharto langsung membubarkan Partai Komunis Indonesia.
Padahal, seperti ditegaskan Soekarno dalam pidato 17 Agustus 1966, Supersemar bukan surat transfer of authority (pengalihan kekuasaan).
Supersemar hanya surat perintah pengamanan.
"Jika melihat rangkaian peristiwa sebelum 11 Maret, artinya sudah ada upaya membujuk melalui orang-orang terdekat Soekarno.
Karena gagal, dicoba lebih keras lagi melalui demonstrasi dari mahasiswa dan tentara, kemudian mengirim tiga jenderal," tutur Asvi.
Direncanakan dan penuh tekanan
Menurut Asvi, pertemuan sebelum 11 Maret 1966 itu menunjukkan adanya peristiwa yang tidak spontan,
melainkan direncanakan dan penuh nuansa tekanan.
"Ada serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Soeharto. Semua itu tidak ada di buku sejarah.
Bukan melemahkan lagi, tapi menghabisi kekuasaan Soekarno," ucap Asvi.
Akan tetapi, mengutip arsip Harian Kompas terbitan 31 Maret 1982,
Amirmachmud mengaku tidak tahu menahu soal peristiwa pertemuan kedua pengusaha itu dengan Soekarno.
Menurut Amirmachmud, Supersemar tidak pernah direncanakan, disusun konsepnya, atau didiskusikan terlebih dulu.
"Karena itu saya selalu mengatakan, SP 11 Maret adalah pemberian Tuhan yang mencintai bangsa Indonesia," kata Amirmachmud yang saat itu menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri.
Sedangkan dalam buku Jenderal M Jusuf, Panglima Para Prajurit (2006),
Jusuf mengaku bahwa Hasjim Ning pernah menceritakan pertemuan itu. Namun, Jusuf tidak mau bercerita lebih jauh mengenai pertemuan itu.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ketika Soekarno Dibujuk Dua Pengusaha, Serahkan Kekuasaan ke Soeharto"