Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Bacaan Alkitab

Bacaan Alkitab Senin 8 Maret 2021, Kisah Para Rasul 7:55-56 : Menikmati Kemuliaan Allah

Stefanus yang berarti mahkota, mendapatkan keistimewaan dari Allah. Dia dimuliakan Allah.

Editor: Aldi Ponge
Istimewa
Renungan Harian 

Sahabat Kristus, kita juga akan melihat kemuliaan Allah dalam hidup kita. Bahkan kita bukan hanya melihat, tapi akan menikmati kemuliaan Allah.

Kita akan dimuliakan Allah dalam hidup kita. Bukan nanti di sorga, tapi selama berada di dunia.

Asal kita setia dan taat kepada Tuhan, serta menjaga kekudusan hidup dalam kebenaran dan kasih kepada Allah dan kepada manusia, sesuai pengajaran dan keteladanan Kristus, Tuhan kita.

Bisakah kita melihat kemuliaan Allah? Di mana dan kapan kita bisa melihat kemuliaan Allah? Pasti bisa.

Setiap saat dan di mana saja. Ketika kita melihat diri kita sendiri, sesungguhnya kita sementara melihat kemuliaan Allah.

Lihatlah, isteri, suami, anak-anak, orangtua, keluarga dan sesama kita di mana saja. Itu adalah kemuliaan Kristus.

Demikian juga alam semesta dan semua yang terkandung di dalamnya. Itu adalah kemuliaan Allah.

Sebab, semuanya itu, berasal dari Allah dan merupakan ciptaan Allah yang mulia dan dikaruniakan-Nya bagi kita sebagai ciptaan-Nya yang termulia.

Kita adalah makhluk yang paling mulia, jadi diri kita ini juga adalah kemuliaan Allah.

Sebab, kita diciptakan menurut gambar Allah. Bahkan kita dibela Allah sampai mengorbankan Putera-Nya yang tunggal untuk keselamatan kita. tulah kemuliaan Allah bagi kita di dunia ini.

Sayangnya, kemuliaan Allah ini, banyak kali kita rusak dan hancurkan untuk kesenangan sesaat, sehingga hilanglah kemuliaan Allah dari diri kita. Maka siap-siaplah kita menerima penghukuman dari Allah.

Namun, jika kita mampu menjaga kekudusan hidup di hadapan Allah, maka kita akan menikmati kebahagiaan dan kedamaian dari padanya.

Kemuliaan Allah akan dikaruniakan-Nya bagi kita. Mata jasmani dan iman kita akan melihat kemuliaan Allah, seperti yang terjadi pada Stefanus.

Orang lain tidak mampu melihat dengan mata jasmani akan pemuliaan Allah bagi kita, seperti orang Yahudi yang membenci Stefanus yang tidak dapat melihat kemuliaan Allah.

Tapi kita sendiri dengan mata jasmani dan iman, akan melihat, menerima dan merasakan bahkan menilmati kemuliaan dan pemuliaan Allah bagi hidup kita.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved