Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kudeta Parta Demokrat

SBY Dituding Bukan Pendiri Partai Demokrat dan Hanya Sumbang Rp 100 Juta

Jhoni Allen Marbun muncul dalam sebuah video yang menuding Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono

Editor: Aldi Ponge
(INSTAGRAM @agusyudhoyono)
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan ucapan selamat hari ayah untuk Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Parta Demokrat memecat sejumlah kadernya di antaranya Marzuki Ali dan Jhoni Allen Marbun.

Jhoni Allen Marbun muncul dalam sebuah video yang menuding Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY) hanya menyumbang Rp 100 juta dalam Pemilu 2004.

"(SBY) Hanya menyumbang uang Rp 100 juta dalam bentuk empat lembar travel cheque di hotel di Bogor," kata Jhoni dalam pernyataan video yang diterima Kompas.com, Senin (1/3/2021).

Adapun pernyataan tersebut ia sampaikan dalam sebuah video berdurasi lebih kurang sembilan menit.

Video itu diberi judul "Jhoni Allen: Siapa Kudeta Demokrat?".

Ilustrasi logo Partai Demokrat
Ilustrasi logo Partai Demokrat (logo-partai-demokrat)

Lebih lanjut, Jhoni yang hingga kini tercatat merupakan anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Demokrat itu menyebut, SBY baru bergabung ke Demokrat setelah partai lolos verifikasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mengikuti Pemilu 2004.

Jhoni juga mengatakan bahwa ketika Partai Demokrat lolos verifikasi KPU, SBY menjadikan istrinya yaitu almarhumah Ani Yudhoyono sebagai salah satu Wakil Ketua Umum Partai Demokrat.

"SBY bergabung dengan Partai Demokrat setelah lolos verifikasi KPU dengan memasukkan almarhumah Ibu Ani Yudhoyono sebagai salah satu Wakil Ketua Umum," jelasnya.

Tak sampai di situ, Jhoni juga menuding bahwa SBY baru muncul di permukaan partai usai menyatakan mundur sebagai Menko Polhukam era Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri.

Berdasarkan pengakuannya, SBY baru muncul bergabung dalam acara yang digelar Partai Demokrat di Hotel Kinasih, Bogor, Jawa Barat.

 "Pak SBY setelah mundur dari kabinet Ibu Megawati baru muncul pada acara Partai Demokrat di Hotel Kinasih di Bogor. Di mana saat itu saya ketua panitianya. Ini menegaskan bahwa SBY bukanlah pendiri Partai Demokrat," terangnya.

Sebelumnya Jhoni juga menuding bahwa SBY tidak berkeringat dalam Pemilu 2004.

Hal itu, menurutnya tidak sesuai dengan apa yang disampaikan SBY dalam berbagai kesempatan.

"Demi Tuhan saya bersaksi, bahwa SBY tidak berkeringat sama sekali. Apalagi berdarah-darah sebagaimana pernyataannya di berbagai kesempatan," ujarnya.

Demokrat sebut Jhoni manipulasi sejarah

Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pesan kepada rakyat Indonesia dalam peringatan HUT Ke-75 RI.
Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pesan kepada rakyat Indonesia dalam peringatan HUT Ke-75 RI. (Istimewa)

Tak berselang lama video itu beredar, muncul tanggapan dari DPP Demokrat melalui Kepala Badan Komunikasi Strategis Herzaky Mahendra Putra.

Ia membantah apabila SBY disebut tidak berkeringat dalam meloloskan Partai Demokrat saat Pemilu 2004.

"Ini namanya manipulasi sejarah kalau bilang enggak ada keringat Pak SBY mendirikan partai. Gagasan membentuk partai ini dimulai ketika SBY kalah dari Hamzah Haz untuk menjadi calon wakil presiden Megawati Soekarnoputri dalam pemilihan di Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2001," kata Herzaky dalam rilis yang diterima Kompas.com, Senin.

Herzaky menjelaskan, saat itu Ventje Rumangkang menyarankan SBY agar mendirikan partai.

Hal ini karena menurut Ventje, banyak orang yang menginginkan SBY menjadi pemimpin nasional, termasuk menjadi wakil presiden.

"Namun realitas politik tak memungkinkan lantaran SBY ketika itu tak mempunyai partai. Setelah berdiskusi dengan Ibu Ani, Bapak SBY kemudian mengamini usulan Ventje," ucap Zaky.

"SBY pula yang kemudian menciptakan nama, logo, bendera, mars, hingga manifesto politik Partai Demokrat. Partai ini pun didirikan pada 9 September 2001, mengambil tanggal yang sama dengan hari ulang tahun SBY pada tanggal 9 bulan sembilan," kata dia.

Herzaky juga menilai, pernyataan Jhoni Allen hanya merupakan ekspresi kekecewaan usai dipecat. Menurutnya, pemecatan dilakukan karena kesalahan Jhoni Allen sendiri.

"Anda-anda dipecat karena tindakan Anda sendiri, terlibat dalam Gerakan Pengambilalihan Kepemimpinan Partai Demokrat dan bekerja sama dengan oknum kekuasaan melakukan abuse of power serta mencederai demokrasi Indonesia," ucap dia.

Jhoni Allen Marbun.
Jhoni Allen Marbun. (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Sejarah Demokrat

Partai Demokrat merupakan salah satu partai papan atas Tanah Air. Pertama kali ikut pemilu pada 2004, partai ini mengantarkan Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden dua periode, 2004-2009 dan 2009-2014.

Pada Pemilu 2019, Demokrat mendapatkan nomor urut 14. Mendapat nomor urut terakhir, Demokrat akan bersaing memperebutkan suara masyarakat dengan 13 parpol peserta pemilu lainnya.

Bicara soal Demokrat tidak bisa dilepaskan dari sosok ketua umumnya, Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY).

Bahkan, ketika pesona SBY sudah memudar, kini mulai dimunculkan figur putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono.

Berikut profil dan perjalanan singkat Partai Demokrat yang dirangkum Kompas.com:

Sejarah

Sejak awal pembentukannya, Partai Demokrat memang ditujukan untuk membawa SBY menjadi presiden.

Dikutip dari demokrat.or.id, Partai Demokrat didirikan atas inisiatif SBY karena terilhami oleh kekalahannya pada pemilihan calon wakil presiden dalam Sidang MPR tahun 2001.

Dari perolehan suara dalam pemilihan cawapres dan hasil poling publik , SBY memiliki popularitas yang cukup tinggi.

Akhirnya, pada tanggal 12 Agustus 2001, diadakan rapat yang dipimpin langsung oleh SBY di Apartemen Hilton. Rapat tersebut membentuk tim pelaksana yang mengadakan pertemuan secara maraton setiap hari.

Tim itu terdiri dari: Vence Rumangkang, Drs. A. Yani Wahid (Alm), Achmad Kurnia, Adhyaksa Dault, Baharuddin Tonti, dan Shirato Syafei. 

Pada tanggal 9 September 2001, bertempat di Gedung Graha Pratama Lantai XI, Jakarta Selatan, di hadapan notaris Aswendi Kamuli, SH., 46 dari 99 orang menyatakan bersedia menjadi Pendiri Partai Demokrat dan hadir menandatangani Akte Pendirian.

Sebanyak 53 orang selebihnya tidak hadir, tetapi memberikan surat kuasa kepada Vence Rumangkang.

Subur Budhisantoso dipercaya sebagai ketua umum pertama Partai Demokrat. Sementara posisi Sekjen diserahkan kepada Irsan Tandjung.

Pada tanggal 10 September 2001 pukul 10.00 WIB, Partai Demokrat didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM RI.

Pemilu 2004

Cita-cita Demokrat untuk membawa SBY menjadi presiden tercapai dengan mulus.

Pada Pemilihan Legislatif 2004, Demokrat berhasil meraih 8.455.225 suara masyarakat atau 7,45 persen. Suara itu dikonversi menjadi 55 kursi DPR.

Modal itu lalu digunakan untuk mengusung SBY sebagai calon presiden berpasangan dengan Jusuf Kalla. 

Demokrat mendapatkan tambahan kekuatan dari Partai Keadilan dan Persatuan Pembangunan dan Partai Bulan Bintang.

Pasangan SBY-JK saat itu harus bersaing dengan 4 pasangan calon lainnya. Pasangan ini lolos di putaran pertama bersama pasangan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi.

Pada putaran kedua, pasangan SBY-JK keluar sebagai pemenang dengan perolehan 69.266.350 suara rakyat 60,62 persen.

Pemilu 2009

Pada Pemilu 2009, Demokrat keluar sebagai parpol pemenang pemilu.

Perolehan suara partai berlambang mercy itu naik pesat dengan perolehan suara 21.703.137 (20,85) persen. Perolehan ini membuat Demokrat menempatkan 150 wakilnya di Senayan.

Pada Pilpres 2009, Demokrat kembali mengusung SBY menuju periode kedua. Kali ini, SBY menggandeng Boediono, yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Perekonomian.

Sementara, Jusuf Kalla maju sebagai capres berpasangan dengan Wiranto.

Pesaing lainnya, Megawati Soekarnoputri yang maju berpasangan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. 

Hasilnya, SBY kembali keluar menjadi pemenang dalam satu putaran  dengan memperoleh 73.874.562 suara (60,80 persen).

Pemilu 2014

Pada Pemilu 2014, suara Demokrat menurun. Kasus korupsi yang menjerat sejumlah kader di partai ini membuat perolehan suaranya turun drastis yaitu 12.728.913 masyarakat (10,19 persen).

Dampaknya, Demokrat kehilangan 87 kursi di Senayan.

Dari partai pemenang pemilu, kini perolehan suara dan kursi Demokrat hanya berada di peringkat empat, di bawah PDI-P, Golkar, dan Gerindra.

Pada kompetisi pilpres, SBY yang sudah menjabat selama dua periode, tak bisa lagi mencalonkan diri.

Demokrat akhirnya memilih tak mengusung pasangan manapun pada Pilpres 2014.

Peran sebagai partai penyeimbang terus dilanjutkan oleh Partai Demorkat selama masa pemerintahan Jokowi-JK.

Pemilu 2019

Pada Pemilu 2019, Demokrat mulai mencari sosok penerus SBY. Putera SBY, Agus Harimurti Yudhoyono mulai terus dimunculkan.

Nama AHY muncul sejak Pilkada DKI 2017. Ia memilih pensiun dini dari karir militer untuk terjun ke politik praktis.

Meski sejak putaran awal kalah dari pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, sorotan media terhadap Pilkada DKI tetap membuat nama AHY melejit.

Pasca Pilkada DKI, kader Demokrat menggadang AHY sebagai calon pemimpin masa depan. Spanduk AHY sebagai "The Next Leader" terpampang di mana-mana.

Peran SBY di Partai Demokrat pelan-pelan dilimpahkan kepada AHY. Terakhir, SBY mengukuhkan AHY sebagai Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) untuk Pilkada 2018 dan Pilpres 2019.

SBY juga tak menghadiri pengundian nomor urut di KPU dan menyerahkan panggung tersebut kepada putra sulungnya.

Hasil survei Poltracking Indonesia pada 27 Januari-3 Februari menunjukkan AHY menjadi kandidat calon wakil presiden dengan elektabilitas tertinggi.

AHY mengungguli nama-nama lain, baik saat dipasangkan dengan Joko Widodo maupun Prabowo Subianto.

https://nasional.kompas.com/read/2021/03/01/15142721/jhoni-allen-tuding-sby-hanya-sumbang-rp-100-juta-untuk-pemilu-2004?page=all#page2

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved