Terungkap, 2 Polisi Rela Berkhianat Jual Senjata pada KKB Papua Karena Alasan Ini
Ada dua puncuk senjata yang hendak dijual. Satu pucuk revolver merupakan standar, sementara satu lagi senjata rakitan jenis laras panjang
TRIBUNMANADO.CO.ID - Terungkap alasan dua Polisi pengkhianat yang menyuplai senjata ke Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua.
Kedua prajurit Korps Bhayangkara menjual senjata ke warga sipil yang berperan sebagai perantara, kata Kabid Humas Polda Papua Barat, Kombes Adam Erwindi.
Adam menerangkan kedua Polisi itu sengaja menjual senjata karena kekurangan uang.
"(Alasan menjual senjata) masalah ekonomi, dibayar saja," sebut Adam dikutip Tribun Timur, Selasa (23/2/2021).
Sebelumnya, kepolisian menangkap distribusi senjata ke KKB Papua.
Kabid Humas Polda Papua Barat, Kombes Adam Erwindi menjelaskan alasan 2 polisi pengkhianat menjual senjata ke KKB. (Polda Papua Barat)
Kepala Bidang Humas Polda Maluku Komisaris Besar M Roem Ohoirat mengatakan, ada dua puncuk senjata yang hendak dijual.
Itu terdiri dari satu pucuk revolver merupakan standar, sementara satu lagi senjata rakitan jenis laras panjang.
”Untuk senjata rakitan itu nanti akan dilihat nomor serinya,” ujar Roem.
Menurut Roem, keterlibatan anggota Polri dalam upaya penjualan senjata ke kelompok KKB di Papua mencoreng nama baik institusi Polri yang selama ini membantu TNI memerangi kelompok tersebut.
”Tidak ada toleransi sedikit pun bagi anggota yang bertindak seperti itu,” katanya.
Berdasarkan catatan medio 2018 hingga Agustus 2019, serangkaian penembakan yang dilakukan kelompok pimpinan Egianus Kogoya tersebut telah menewaskan setidaknya 10 prajurit TNI dan 4 anggota Kepolisian.
Konflik KKB Papua dan Aparat
Konflik yang terjadi antara masyarakat sipil dan aparat dengan Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua. masih terus terjadi.
Setelah terjadi kontak tembak yang menewaskan Prajurit Satgas Yonif R 400, BR Prada Ginanjar Arianda disusul dengan penembakan 3 anggota KKB, ratusan warga di Kampung Mamba Distrik Sugapa Intan Jaya memilih meninggalkan kampungnya dan mengungsi ke Ibu Kota Sugapa.