Nasional
Pengangguran Naik Pesat 2020, 'Semua Tak Bisa Kerja', Ramalan Pak Harto 25 Tahun Lalu Terbukti Benar
Angka pengangguran di Indonesia naik pesat tahun 2020. Orang banyak tak bisa kerja. Ramalan Soeharto benar tak meleset. Tonton videonya.
Penulis: Frandi Piring | Editor: Frandi Piring
TRIBUNMANADO.CO.ID - Krisis Ekonomi kini melanda Indonesia di tengah Pandemi Covid-19 yang mulai sejak medio awal tahun lalu, tepatnya Maret 2020.
Ekonomi di Indonesia menurun drastis seiring berjalannya waktu.
Ratusan orang buruh pekerja kehilangan pekerjaan, kena PHK atau pengurangan karyawan.

Pihak pemerintahan pun mencari solusi dan melakukan beberapa metode untuk menyelamatkan Indonesia dari krisis ekonomi ini.
Harapan dari Pemerintah disuarakan Presiden Jokowi, dengan mendorong untuk membuka lapangan kerja baru bagi pekerja yang kini tak ada pekerjaan atau tak bisa bekerja.
"Kita tetap harus optimis mendorong ekonomi kembali bergerak, membuat para pekerja kembali bekerja
dan membuka makin banyak lapangan kerja baru," ujar Jokowi dalam acara peringatan Hari Ulang Tahun Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia ( KSPSI ) ke-48 secara daring, Senin (22/2/2021) seperti yang dikutip dari Kompas.com.
Upaya-upaya pemerintah masih terus dilakukan hingga sekarang.
Hal tersebut disampaikan Presiden Jokowi terkait angka pangangguran naik pesat pada tahun lalu di tengah Pandemi Covid-19.
Akibatnya banyak orang pekerja buruh tak bisa bekerja karena kehilangan pekerjaan.
Melansir dari Kompas.com, angka pengangguran pada Agustus 2020 berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS),
melaporkan jumlah pengangguran periode Agustus 2020 mengalami peningkatan sebanyak 2,67 juta orang.
Dengan demikian, jumlah angkatan kerja di Indonesia yang menganggur menjadi sebesar 9,77 juta orang.
Melihat angka pengangguran pada medio Agustus 2020 bertambah pesat,
siapa sangka Presiden Soeharto pernah meramalkan soal kondisi Indonesia di tahun 2020.

Ya, ini terungkap lewat sebuah unggahan yang dibagikan Siti Hardijanti Rukmana atau yang akrab disapa Tutut Soeharto.
Lewat Instagram pribadinya @tututsoeharto pada Kamis (21/11/2019), putri sulung Presiden Soeharto itu membagikan sebuah video singkat berisi pidato sang negarawan, dilansir dari Grid.ID (grup TribunJatim.com).
Rupanya pidato tersebut disampaikan sang presiden tatkala menghadiri Pencanangan Gerakan Nasional Pelestarian dan Pengamalan Nilai Kepahlawanan di Surabaya pada 23 November 1995 silam.
Bukan sembarangan, ucapan demi ucapan Presiden Soeharto dalam pidato tersebut seolah terasa bagaikan firasat.
Bagaimana tidak, pidato tersebut nyatanya mampu memprediksi kondisi bangsa Indonesia 24 tahun setelahnya.
Dalam unggahannya, Tutut Soeharto menuliskan penjelasan singkat tentang apa yang disampaikan sang ayah dalam pidatonya.
Tak main-main, Presiden Soeharto ternyata sudah memperingatkan soal hantaman globalisasi bahkan sejak tahun 1995!
“Bapak sejak tahun 1995 sudah mengingatkan akan situasi globalisasi di mana banyak serbuan produk asing.”
“Salah satu bentengnya adalah cinta produk dalam negeri, agar produsen dalam negeri tidak mati.”
“Mari kita hidupkan kembali nasionalisme kita, dengan mencintai,
membeli dan menggunakan produk dalam negeri," tulis Tutut Soeharto di kolom caption, dikutip TribunJatim.com, Senin (27/1/2020).
Seperti inilah isi pidato Presiden Soeharto di acara Pencanangan Gerakan Nasional Pelestarian dan Pengamalan Nilai Kepahlawanan di Surabaya pada 23 November 1995 silam.
Di awal penuturan, sang presiden memperingatkan kaum muda untuk mencintai Tanah Air, khususnya produk dalam negeri.
“Anak-anak pelajar sekarang harus disiapkan sekarang untuk mencintai Tanah Air, untuk mencintai produk dalam negeri.”
“Jika kelak di kemudian hari dalam rangka mempersiapkan kompetisi bersaing dengan negara besar lain kita masih kurang baik, kurang sempurna untuk menghadapi banjirnya daripada barang-barang itu.”
“Maka hanya dengan mencintai Tanah Air maka para remaja yang akan hidup tahun 2020 akan menjadi benteng daripada kelangsungan hidup negara dan bangsa,” ungkapnya.
Bak firasat, Presiden Soeharto seolah mampu meramalkan kaum muda Indonesia di masa depan bakal lebih menyukai produk asing lantaran dibanderol dengan harga yang lebih murah.
“Kalau daripada para pemuda nanti kesengsem daripada produk yang murah yang baik tapi hasil di luar negeri hancur daripada bangsa ini.”
“Apa? Produknya nggak ada yang membeli.
Kalau nggak ada yang membeli pabriknya tutup lantas semua tidak bisa bekerja, tidak bisa makan,” sambungnya kemudian.
Tak ayal, Presiden Soeharto mengharap pihak perguruan tinggi untuk mempersiapkan diri sebelum menghadapi persaingan globalisasi.
“Ini merupakan salah satu yang perlu kita siapkan, jadi daripada semua pendidikan,
lebih-lebih semua perguruan tinggi harus mampu mempersiapkan.
Bukan kita curang, tidak. Tapi kita menyelamatkan negara.”
“Kita sekarang harus meningkatkan daya saing kita yang tinggi.
Dan pasti kita dapet. Kita yakin!”
“Tapi andaikan tidak, senjatanya mulai sekarang adalah nasionalisme.
Mencintai Tanah Air, mencintai produk dalam negeri harus mulai sekarang,” tandasnya.
(fra-tribunmanado.co.id/kompas.com/tribunnews.jatim.com)
Simak videonya: