Nasional
Ramalan Soeharto Tak Meleset: 'Nasib Bangsa Indonesia Abad-21 Banyak Pengangguran Tak Bisa Bekerja'
Ramalan Soeharto itu diungkap sekitar 25 tahun yang lalu, tahun 1995. Prediksi nasib pemuda pada masa itu ada yang tak bekerja di tahun 2020.
Ramalan Soeharto Tak Meleset: 'Nasib Bangsa Indonesia Abad-21 Banyak Pengangguran Tak Bisa Bekerja'
TRIBUNMANADO.CO.ID - Sebuah prediksi atau ramalan Soeharto soal kondisi Indonesia kini di abad ke 21.
Pada satu kesempatan, Soeharto meramalkan nasib Republik Indonesia di abad ke 21, atau lebih tepatnya pada medio 2020.
Dalam ramalan Soeharto tentang kondisi Indonesia di tahun 2020 ada yang tak meleset.
Dikabarkan sebelumnya, ramalan Soeharto itu diungkap 25 tahun yang lalu, pada tahun 1995.
Apa isi prediksi penjelasan Pak Harto saat itu?
(Foto: Ramalan Soeharto soal Kondisi Indonesia tahun 2020./)
Tercatat, Soeharto ternyata pernah meramalkan kondisi Indonesia abad ke 21.
Ramalan Soeharto terdapat dalam buku "Sisi Lain Istana Dari Zaman Bung Karno sampai SBY", karangan J Osdar.
Dalam buku yang terbit pada tahun 2014 itu, Osdar mengungkapkan jika ramalan tersebut disampaikan Soeharto pada 5 September 1996.
Tepatnya, saat menyampaikan pidato pembukaan Pekan Kerajinan Indonesia ke-7, di Istana Negara, Jakarta.
Saat itu, Soeharto meramalkan pada abad ke-21 peranan utama dalam kehidupan, dan pembangunan bangsa Indonesia terletak di tangan rakyat.
"Beberapa tahun lagi abad ke-20 akan kita tinggalkan dan kita akan memasuki abad ke-21.
Berbeda dengan abad ke-20, abd ke-21 yang akan datang adalah zaman yang mengharuskan semua bangsa meningkatkan kerja sama yang erat.
Di lain pihak, juga merupakan zaman yang penuh dengan persaingan yang ketat," tulis Osdar menirukan ucapan Soeharto saat itu.
Lebih lanjut, menurut Soeharto saat itu pada tahun 2003 kawasan Asia Tenggara akan menjadi kawasan perdagangan bebas.
Selain itu, pada tahun 2010, kawasan Asia Pasifik akan membuka diri bagi masuknya barang dan jasa dari negara-negara berkembang sebagai wujud kerja sama APEC.
"Tahun 2020 kita harus membukA lebar-lebar pasar kita bagi produk-produk negara maju.
"Perkembangan ini akan membawa pengaruh besar bagi kehidupan dan pembangunan bangsa kita," kata Soeharto.
Soeharto seolah ingin menunjukkan pentingnya mengembangkan industri kecil dan kerajinan rakyat untuk menghadapi abad ke-21.
Namun, dalam kenyataannya Soeharto jatuh sebelum memasuki abad ke-21.
Terkait dengan buku tersebut, pengamat buku Sukardi Rinakit menyatakan ramalan Soeharto itu benar adanya.
Menurutnya, krisis segala bidang pada tahun 1998 telah mencapai puncaknya.

(Foto: Soeharto ramal soal Kondisi Indonesia tahun 2020. (Youtube HM Soeharto)
Namun, ekonomi bisa selamat karena kreativitas rakyat dalam usaha kecil dan menengah.
"Krisis ekonomi 1998 teratasi karena kreativitas rakyat dalam usaha kecil dan menengah lagi.
"Berkat penyelamatan itu, usaha besar juga bisa tumbuh," ujar Sukardi.
Baca juga: Tahukah Anda Video Call Sudah Diramalkan di Tahun 69? Terbukti Ada Sekarang, Peramalnya Siswi SD
Meski masa kepimpinannya berakhir pada tahun 1998, siapa sangka Presiden Soeharto pernah meramalkan soal kondisi Indonesia di tahun 2020.
Ya, ini terungkap lewat sebuah unggahan yang dibagikan Siti Hardijanti Rukmana atau yang akrab disapa Tutut Soeharto.
Lewat Instagram pribadinya @tututsoeharto pada Kamis (21/11/2019), putri sulung Presiden Soeharto itu membagikan sebuah video singkat berisi pidato sang negarawan, dilansir dari Grid.ID (grup TribunJatim.com).
Rupanya pidato tersebut disampaikan sang presiden tatkala menghadiri Pencanangan Gerakan Nasional Pelestarian dan Pengamalan Nilai Kepahlawanan di Surabaya pada 23 November 1995 silam.
Bukan sembarangan, ucapan demi ucapan Presiden Soeharto dalam pidato tersebut seolah terasa bagaikan firasat.
Bagaimana tidak, pidato tersebut nyatanya mampu memprediksi kondisi bangsa Indonesia 24 tahun setelahnya.
Dalam unggahannya, Tutut Soeharto menuliskan penjelasan singkat tentang apa yang disampaikan sang ayah dalam pidatonya.
Tak main-main, Presiden Soeharto ternyata sudah memperingatkan soal hantaman globalisasi bahkan sejak tahun 1995!
“Bapak sejak tahun 1995 sudah mengingatkan akan situasi globalisasi di mana banyak serbuan produk asing.”
“Salah satu bentengnya adalah cinta produk dalam negeri, agar produsen dalam negeri tidak mati.”
“Mari kita hidupkan kembali nasionalisme kita, dengan mencintai, membeli dan menggunakan produk dalam negeri," tulis Tutut Soeharto di kolom caption, dikutip TribunJatim.com, Senin (27/1/2020).
Seperti inilah isi pidato Presiden Soeharto di acara Pencanangan Gerakan Nasional Pelestarian dan Pengamalan Nilai Kepahlawanan di Surabaya pada 23 November 1995 silam.
Di awal penuturan, sang presiden memperingatkan kaum muda untuk mencintai Tanah Air, khususnya produk dalam negeri.
“Anak-anak pelajar sekarang harus disiapkan sekarang untuk mencintai Tanah Air, untuk mencintai produk dalam negeri.”
“Jika kelak di kemudian hari dalam rangka mempersiapkan kompetisi bersaing dengan negara besar lain kita masih kurang baik, kurang sempurna untuk menghadapi banjirnya daripada barang-barang itu.”
“Maka hanya dengan mencintai Tanah Air maka para remaja yang akan hidup tahun 2020 akan menjadi benteng daripada kelangsungan hidup negara dan bangsa,” ungkapnya.
Bak firasat, Presiden Soeharto seolah mampu meramalkan kaum muda Indonesia di masa depan bakal lebih menyukai produk asing lantaran dibanderol dengan harga yang lebih murah.
“Kalau daripada para pemuda nanti kesengsem daripada produk yang murah yang baik tapi hasil di luar negeri hancur daripada bangsa ini.”
“Apa? Produknya nggak ada yang membeli. Kalau nggak ada yang membeli pabriknya tutup lantas semua tidak bisa bekerja, tidak bisa makan,” sambungnya kemudian.
Tak ayal, Presiden Soeharto mengharap pihak perguruan tinggi untuk mempersiapkan diri sebelum menghadapi persaingan globalisasi.
“Ini merupakan salah satu yang perlu kita siapkan, jadi daripada semua pendidikan, lebih-lebih semua perguruan tinggi harus mampu mempersiapkan. Bukan kita curang, tidak. Tapi kita menyelamatkan negara.”
“Kita sekarang harus meningkatkan daya saing kita yang tinggi. Dan pasti kita dapet. Kita yakin!”
“Tapi andaikan tidak, senjatanya mulai sekarang adalah nasionalisme. Mencintai Tanah Air, mencintai produk dalam negeri harus mulai sekarang,” tandasnya.
Seperti diketahui, Indonesia bakal menghadapi pasar bebas di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) tahun depan.
Mengutip Kompas.com (26/08/2014), masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan memberlakukan perdagangan bebas untuk sektor perbankan akan dimulai pada tahun 2020. (Puput Akad Ningtyas Pratiwi)
(*)
Tautan: TribunJatim.com