Keutuhan NKRI
Momen Saat Sam Ratulangi dan Johannes Latuharhary Tolak Penerapan Piagam Jakarta
Ada saat-saat di mana Romo Magnis, sapaan akrabnya, melihat peran umat Islam begitu menentukan dalam mempertahankan keutuhan NKRI.
Tokoh lain yang sangat sentral pasca rezim Orde Baru adalah Profesor Amien Rais, mantan Ketua Muhammadiyah yang saat itu menjabat Ketua MPR terpilih.
Amien Rais memainkan peran penting dalam menjaga keutuhan NKRI karena memungkinkan lahirnya amandemen yang menjamin hak-hak asasi manusia.
Apa yang diperbuat Amien Rais itu membuat Indonesia terbuka dan mewujudkan demokrasi pasca Orde Baru.
"Tokoh-tokoh Muslim tidak memakai situasi kacau dan berbahaya sesudah Pak Harto turun untuk membangun negara Islam, tetapi membuat Indonesia demokratis atas dasar Pancasila," ucap Romo Magnis.
Momen lain yang jelas menunjukkan bahwa umat Islam memainkan peran penting adalah masa kini.
Memang ada kejadian-kejadian intoleransi atau terorisme berbasis agama, ada juga radikalisme. Tetapi secara garis besar, Romo Magnis, sebagai umat Katolik, mengaku dapat hidup dengan aman tanpa rasa takut sama sekali di tengah lautan umat Islam.
"Di negara Indonesia kita tetap terjamin, Pancasila tetap ada. Saya terus terang, penting bagi umat Islam Indonesia menyadari hal itu," tutur Romo Magnis.
Dalam menghadapi radikalisme ada satu hal yang harus dihindari. Yaitu tidak menempatkan keindonesiaan dan keagamaan seakan-akan berhadapan.
Seakan-akan makin Indonesia makin kurang beragama, makin beragama makin kurang Indonesia.
Romo Magnis menegaskan, pandangan demikian jelas tidak benar. Siapapun bisa 100 persen Indonesia dan 100 persen beragama.
"Bagi Katolik itu dirumuskan cukup termasyhur oleh Uskup Indonesia pertama, Soegijapranata pada tahun 1945, 100 persen katolik dan 100 persen Indonesia. Itu tentu berlaku, dan harusnya berlaku bagi semua," ucap Romo Magnis.
Kebangsaan itu bukan saingan keagamaan, melainkan salah satu lapisan sosial manusia sebagai warga negara, sebagai keluarga, ayah, kakak-adik, kulit putih dan sebagainya. Siapapun di Indonesia adalah anggota keluarga, rumpun tetangga, punya kelompok, teman sekolah dan golongannya masing-masing.
"Kita barangkali orang Minang atau orang Jawa, tapi kita satu sebagai orang Indonesia. Dan kita semua sebagai orang beragama," ujar Romo Magnis.
Moderasi beragama berarti melihat diri dalam ketertanaman pada realitas sosial yang nyata, bukan dalam suatu eksklusivitas ideologis. Romo Magnis berharap umat Islam Indonesia mau meneruskan apa-apa yang sudah terbukti menjadi sumbangannya bagi keutuhan NKRI.
"Mengawal Indonesia yang inklusif, terbuka, yang tidak menakutkan bagi siapapun, melainkan menjadi tanah air, tanah tumpah darah yang mendukung dan menyelamatkan," ujar Romo Magnis.