Imlek di Sulut
Perekonomian Pecinan Manado Loyo Selama Pendemi, Titip Doa Pada Dewa Dapur Agar Covid 19 Berakhir
Bunyi lonceng mengiringi langkah umat yang mamakai baju putih putih dan tidak mengenakan alas kaki.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID - Sebuah gulungan kertas sembahyang dibawa sejumlah umat Tridharma Kelenteng Kwan Kong ke sebuah tungku di halaman Kelenteng, Jumat pekan lalu.
Bunyi lonceng mengiringi langkah umat yang mamakai baju putih putih dan tidak mengenakan alas kaki.
Gulungan kertas itu dibakar dan ludes dalam tempo tak sampai semenit.
Itulah prosesi Sang Sin yakni mengantar Chou Kun Kong Sang Sin atau dewa dapur dan para Sin beng ke langit yang dilaksanakan sebelum Imlek.
Warga Tridharma percaya, dewa dapur akan menghadap Tuhan untuk melaporkan perbuatan baik dan buruk manusia.
Di masa pendemi Covid 19, umat Tridharma Manado menitipkan doa agar pendemi segera berakhir.
"Kita berdoa agar pendemi secepatnya berakhir," kata Wakil Ketua Kelenteng Kwan Kong Johan Rawung kepada Tribun Manado Selasa (9/2/2021) pagi di pecinan Manado.
Pecinan manado dikenal sebagai kawasan petro dolar. Uang yang berputar disana mencapai ratusan juta hingga miliaran tiap hari.
Pendemi Covid membuat perekonomian di kawasan tersebut loyo. Daya beli warga menurun. Berbagai pembatasan membuat pelaku usaha tak leluasa.
"Ini tahun yang sulit," kata Ci Lili salah satu pembuat kue di pasar Lili Loyor.
Menurut dia, penjualan kue keranjang menurut drastis tahun ini. Dari biasanya 50 potong menjadi 30 potong.
"Begitu pun kue lainnya yang biasa dipakai saat sembahyang. Menurun jauh sekali," ujarnya.
Ia menuturkan, banyak langganan memilih menahan uang di masa pendemi.
Hal itu ia ketahui dari pesan yang dikirimkan pelanggan.
"Ci tahun ini saya belum bisa beli," ujarnya.