Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air

DPR Minta Dukun Cari Tahu Penyebab Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Penjelasan KNKT dan ATC

Anggota Komisi V DPR-RI Tamanuri memberikan usulan untuk mempercepat pencarian kotak hitam atau black box berisi CVR dengan menggunakan dukun.

Editor: Frandi Piring
Kolase Foto: Wikimedia Commons CC-BY-SA-4.0/medcom.id/istimewa
Penyebab Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di laut kepulauan Seribu. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Proses penyelidikan penyebab kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 terus dilakukan dan mulai terungkap.

Pihak terkait, KNKT hingga ATC memberikan penjelasan setelah melakukan rapat dengan Komisi V DPR, Rabu (3/2/2021).

Dari pihak Komisi V DPR RI memberikan usulan untuk pencarian rekaman CVR black box pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

Ketua Komisi Nasional Keselamatan Transportasi ( KNKT ) Soerjanto Tjahjono mengungkapkan pesawat Sriwijaya Air penerbangan SJ 182 tidak pecah di udara.

"Jadi ada yang mengatakan bahwa pesawat pecah di atas udara itu tidak benar. Jadi pesawat secara utuh sampai membentur air, tidak ada pecah di udara," kata Soerjanto dalam rapat kerja dengan Komisi V DPR, Rabu (3/2/2021).

Soerjanto menjelaskan beberapa alasan yang mendasari hal tersebut.

Pertama, berdasarkan data tim SAR gabungan, puing pesawat tersebar di wilayah sebesar 80 meter dan panjang 110 meter pada keadalaman 16 sampai 23 meter.

(Foto: Pesawat SJ Sriwijaya Air. DPR minta Dukun cari tahu penyebab kecelakaan Sriwijaya Air SJ 182)

Puing-puing yang ditemukan itu pun mewakili seluruh bagian pesawat dari depan hingga ke belakang, misalnya instrumen dari ruang kemudi, beberapa bagian roda pendarat utama, bagian dari sayap, bagian dari mesin, bagian dari kabin penumpang, dan bagian dari ekor.

"Luas sebaran yang ditemukan pesawat dari depan sampai belakang konsisten dengan bukti bahwa pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air," kata Soerjanto.

Ia melanjutkan, temuan pada turbin pesawat juga menunjukkan konsistensi bahwa mesin masih dalam keadaan hidup sebelum membentur permukaan air.

"Ini diindikasikan bahwa turbin-turbinnnya rontok semua, itu menandakan bahwa ketika mengalami impact dengan air mesin itu masih berputar," kata dia.

Soerjanto menambahkan, temuan awal data automatic dependent surveillance broadcast (ADS-B) juga masih merekam data pesawat saat berada di ketinggian 250 kaki dari permukaan laut.

"Hal ini mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa mesin masih dalam kondisi hidup atau menyala sampai sebelum pesawat membentur air," kata Soerjanto.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved