Partai Golkar
Golkar Babak Belur di Sulawesi Utara, Ini Penyebabnya Menurut Pakar
Di Pemilihan Gubernur Sulawesi Utara, PDIP dan koalisinya berhasil mempecundangi Golkar dengan memenangkan pasangan Olly Dondokambey-Steven Kandouw
Pertama, Golkar belum memiliki struktur kelembagaan yang kuat dan solid.
“Konflik internal terus mendera parpol itu. Perbedaan pendapat tidak dimanage secara profesional. Kader yang tidak sejalan dengan elit begitu dengan mudah dikesampingkan,” ujar Ferry Liando.
Ia menambahkan, bahkan sejumlah tokoh-tokoh besar seperti Vreke Runtu, Jimmy Rimba Rogi, Marhany Pua dan Dolvie Angkow dikesampingkan dari struktur parpol.
“Padahal figur-figur ini memiliki nama besar dan banyak pengikut. Harusnya mereka ini adalah aset parpol yang harus dijaga bukan didepak,” ujarnya.
Kedua, Partai Golkar kerap menyampingkan kader-kader militan di parpol untuk diusung sebagai calon.
“Malahan parpol itu dimanfatakn pihak lain yang bukan kader untuk maju sebagai calon,” ujar Liando.
Lanjutnya, pengalaman Pilkada di Tomohon dan Manado menjadi sebuah pembelajaran.
“Apalagi berdasarkan pengakuan salah satu calon bahwa dirinya sempat menyetorkan uang pada elit partai yang diduga sebagai kompensasi karena diusung sebagai calon dan itu tidak dibantah oleh sejumlah elit di partai,” terang Liando.
Ketiga, runtuhnya Partai Golkar di Sulut disebabkan juga karena pesaing utama yaitu PDIP sedang dalam kondisi yang bagus.
“Kelembagaan PDIP sangat kuat, jarang ada riak-riak konflik dan karena pengaruh individu-individu tertentu seperti sosok dwitunggal Olly Dondokambey-Steven Kandouw yang menjadi daya tarik pemilih,” jelasnya.
Tambahnya, Olly-Steven menjadi salah satu contoh pasangan pemimpin karena tetap harmonis selama 5 tahun menjabat.
“Kebanyakan pasangan walikota/bupati dan wakilnya di Sulut tidak harmonis dan selalu dilanda konflik. Birokrasi terpecah pada dua gerbong akibat adanya 2 matahari,” katanya.(*)