Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Masih Ingat Bayi Kembar Siam Adam dan Aris? Ditangani 50 Dokter dan Sempat Kritis, Ini Kabar Terbaru

Bayi kembar siam Adam dan Aris berhasil dipisahkan oleh tim yang berisi lebih dari 50 dokter di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik

Editor: Finneke Wolajan
Tribun Medan / Victory
Kondisi Bayi kembar siam Adam dan Aris yang berhasil dipisahkan di RSUP Haji Adam Malik telah sadarkan diri dan lepas dari alat pernafasan, Senin (1/2/2021). 

"Setelah operasi pemisahan bayi diberikan di ruang intensif anak.

Selama 12 hari rawatan ada beberapa kondisi yang distabilisasi namun sampai saat ini relatif stabil.

Dan sampai ssaat ini dalam proses penyembuhan luka," pungkasnya.

Cerita Tim Dokter yang Pisahkan Bayi Kembar Siam Adam dan Aris

Dr. Erjan F, SpBA (K) menceritakan proses pemisahan <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/bayi' title='bayi'>bayi</a> kembar siam Adam dan Aris di <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/rsup-haji-adam-malik' title='RSUP Haji Adam Malik'>RSUP Haji Adam Malik</a>.
Dr. Erjan F, SpBA (K) menceritakan proses pemisahan bayi kembar siam Adam dan Aris di RSUP Haji Adam Malik (KOMPAS.COM/DEWANTORO)

Bayi kembar siam Adam dan Aris berhasil dipisahkan oleh tim yang berisi lebih dari 50 dokter di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik, Medan, Sumatera Utara, Rabu (20/1/2021).

Saat ini, bayi kembar asal Dusun Sei Kelapa II, Desa Tanjung Haloban, Kecamatan Bilah Hilir, Labuhanbatu itu kondisinya masih stabil, walaupun belum sadar.

Tim dokter yang menangani Adam dan Aris berbagi cerita tentang proses operasi kali ini yang waktunya lebih lama dibandingkan operasi terhadap 6 bayi kembar siam sebelumnya.

Pengalaman panjang dokter

Erjan F yang merupakan salah satu dokter Adam dan Aris mengatakan, operasi kali ini mengingatkannya pada operasi yang sama pada 1988, di Rumah Sakit Umum Daerah Pirngadi Medan.

Dia kemudian menyebut nama Prof Suwandi sebagai guru yang mendidiknya dan yang pertama kali melakukan operasi kembar siam pada tahun 1988.

"Tahun 1988 di Pirngadi, bayi Adi Suhendra dan Adi Suhendri. Waktu itu saya masih co-assistant. Mungkin itu juga lah yang bikin saya pengin jadi dokter bedah. Saya tengok, hebat kali dokter itu. Kemudian saya masuk bedah ke bedah anak. Kemudian saya dapat kesempatan didikan langsung dokter Asmui, waktu itu bayi Mariana-Mariani," kata dia.

Saat itu, dokter Erjan sedang sekolah di Bandung. Namun, dirinya secara khusus dipanggil oleh dokter Asmui untuk membantu operasi kembar siam bayi Sahira dan Fahira.

Dia mengatakan, saat itu dirinya masih gamang.

Namun, dia terus diberikan semangat oleh dokter lainnya.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved