Terkini Nasional
Refly Harun Anggap Cuitan Islam Arogan Abu Janda Hanya Kritikan: Tidak Tau yang Lain
Kasus rasisme yang menyeret Permadi Arya alias Abu Janda, ikut ditanggapi oleh pakar hukum tata negara Refly Harun.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kasus rasisme yang menyeret Permadi Arya alias Abu Janda, ikut ditanggapi oleh pakar hukum tata negara Refly Harun.
Refly Harun pun menyinggung sosok kontroversial Abu Janda.
Hal itu diungkapkannya dalam kanal YouTube Refly Harun, Kamis (28/1/2021).
"Saya kalau mau membahas ini jadi agak speechless terus terang saja," tutur Refly Harun.
"Mau dibahas apa ya? Karena Abu Janda alias Permadi Arya ini sosok kontroversial."
Menurut Refly Harun, sebenarnya ada banyak pihak yang mendukung Abu Janda.
Namun di sisi lain, ia juga menduga ada banyak pihak yang kontra terhadap pria kontroversial tersebut.
"Banyak yang mendukungnya pasti banyak juga yang sebel," kata Refly Harun.
"Saya sendiri sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan."
"Hanya memang ada beberapa etika yang rasanya tidak pantas."
Lebih lanjut, Refly Harun menganggap tak semua cuitan Abu Janda adalah ujaran kebencian.
Terkait hal itu, ia lantas menyinggung soal cuitan Abu Janda yang membahas soal Islam.
"Saya pernah nonton berkali-kali atau cuitan Permadi Arya yang sangat kontroversial," kata dia.
"Tapi sebagian bisa kita anggap sebagai kritik."
"Misalkan dia bicara tentang Islam yang arogan."
"Saya tidak tahu yang lain ya, kalau saya menganggap itu kritik saja," tambahnya.
Refly Harun melanjutkan, semua kritik Abu Janda itu bisa dibantah oleh siap pun.
Karena itu, ia lantas menyinggung nama intelektual muda NU, Akhmad Sahal.
"Karena dia tidak ditujukan ke pihak tertentu, dia cuma ingin mengatakan bahwa Islam arogan karena menyingkirkan kearifan lokal," kata Refly Harun.
"Itu pendapat dan bisa dibantah."
"Saya juga membaca ada tweet Akhmad Sahal misalnya yang membantah itu."
"Dia sebutkan fenomena NU yang justru tidak menggusur kearifan lokal dan malah sangat akrab dengan kearifan lokal," tukasnya.
Simak videonya berikut ini mulai menit ke-8.49:
Komentar Natalius Pigai
Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai mengungkap rasisme terhadap masyarakat Papua sudah terjadi menahun.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan iNews, Selasa (26/1/2021).
Diketahui sebelumnya Pigai menjadi korban ujaran rasialisme oleh Ketua Relawan Pro Jokowi-Ma'ruf Amin (Projamin) Ambroncius Nababan.

Ujaran bermuatan SARA di media sosial itu kemudian menjadi viral dan Ambroncius ditetapkan sebagai tersangka.
Menanggapi banyaknya kasus rasialisme terhadap masyarakat Papua, Pigai menuturkan bukan hanya terjadi kali ini saja.
"Soal rasisme terhadap orang Papua, itu bukan baru," jelas Natalius Pigai.
Ia memaparkan pada sidang BPUPKI tahun 1945 Mohammad Hatta menyampaikan pandangan antropologis yang menyebut orang Papua berbeda DNA dengan orang Melayu.
Maka dari itu potensi terjadi konflik saudara pada masyarakat yang akan datang sangat besar.
Saat itu diputuskan Papua belum menjadi bagian dari masyarakat Indonesia.
"Dalam perjalanannya, tesis dan usulan Hatta ini terbukti," kata Pigai.
Ia memberi contoh sejumlah perlakuan rasis yang diterima masyarakat Papua, baik saat berada di Papua maupun di daerah lain.
"Pada 1970-an, Ali Murtopo dedengkot CSIS menyatakan orang Papua kalau mau hidup cari saja di Pasifik," ucap aktivis HAM ini.
"Tahun 1980-an, gubernur Jawa Tengah pernah mengusir orang Papua. Tapi karena gubernur Papua yang hebat, dia bilang, 'Kalau kamu mengusir orang Papua, saya akan mengusir orang transmigrasi'. Akhirnya tidak jadi," paparnya.
Pigai memberi contoh lain ketika pemimpin daerah lain mengusir masyarakat Papua dari wilayahnya.
Ia menyebut pernyataan itu bahkan pernah disampaikan Luhut Binsar Panjaitan pada 1996.
"Tahun 1995 gubernur DIY pernah mengusir orang Papua. Tahun 1996 Luhut mengatakan, 'Cari pulau sendiri di negara Pasifik'," tutur Pigai.
Selain itu, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono pernah menyampaikan pernyataan serupa.
"Tahun 1999 Hendropriyono pernah mengatakan 2 juta orang pindahkan saja ke Manado," ungkap Pigai.
Ia mengaku sebagai aktivis HAM, terutama yang berasal dari Papua, ingin mengubah pandangan masyarakat agar memperlakukan masyarakat Papua dengan setara.
"Jadi dalam perjalanan historiografi Papua, pandangan-pandangan rasisme Papua-fobia dikeluarkan oleh pimpinan. Maka cara pandangan saya adalah mengubah mindset dan karakter berpikir rasis, segregatik, dan diskriminatif," tandasnya. (TribunWow.com)
BERITA TERKINI TRIBUNMANADO:
• BCL Posting Foto Mending Suaminya Ashraf Sinclair dan Tulis Kalimat Manis | BCL Jatuh Cinta Lagi?
• Cerita Dian Abdullah Terkait Tribun Manado, Wilayah Terpencil Jadi Etalase Terdepan Pemberitaan
• Link Live Streaming Penentuan Nasib Praveen/Melati dan Hafiz/Gloria di BWF World Tour Finals 2020
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Bahas Kasus Rasisme Abu Janda, Refly Harun Sebut sebagai Sosok Kontroversial: Agak Speechless