Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air

Tangis Keluarga Pecah di Lokasi Jatuhnya Sriwijaya Air

POTONGAN lagu yang dipopulerkan Anneth Delliecia itu mengiringi Heri Purnomo ketika melakukan tabur bunga dari atas KRI Semarang

Editor: muhammad irham
Tribunnews
Prosesi tabur bunga di lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 

"..Mungkin hari ini.
Hari esok atau nanti
Tak lagi saling menyapa
Meski kumasih harapkanmu.."

POTONGAN lagu yang dipopulerkan Anneth Delliecia itu mengiringi Heri Purnomo ketika melakukan tabur bunga dari atas KRI Semarang. Bersama keluarga korban lainnya, Heri memberikan penghormatan terakhir kepada para korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang belum ditemukan di Perairan Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu.

Adik sepupu Heri, Agus Minarni, ikut menjadi korban pesawat nahas yang jatuh di pada Sabtu 9 Januari 2021 silam itu. Seraya kelopak-kelopak mawar yang ditaburkannya jatuh ke permukaan air, Heri terbayang-bayang wajah kakak sepupunya itu.

"Terus terang saat tabur bunga wajah kakak saya itu terbayang sekali. Air mata terus mengalir terutama saat kami melihat permukaan air. Seakan-akan wajah mereka berdua terbayang di permukaan air itu,” kata Heri kepada Tribunnews.com di atas KRI Semarang, Jumat (22/1).

Heri menceritakan, selama empat hari sebelum pesawat tersebut dikabarkan jatuh, Minarni dan suaminya Muhammad Nurkholifatul Amin yang juga jadi korban sempat menginap di rumah Heri di Cibubur Jakarta Timur. Keduanya menginap sambil menunggu hasil tes usap PCR sebagai syarat untuk ke Pontianak.

Selama empat hari terakhir itulah Minarni dan Nurkholifatul berada di rumah Heri. Selama itu pula keduanya berbagi canda dan cerita siang malam. Heri pun tak menyangka ketika mengantar keduanya ke Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta, itu menjadi pertemuan terakhir mereka.

Jasad Minarni telah berhasil diidentifikasi dan telah dimakamkan di Mempawah Kalimantan Barat, Sabtu (16/1) pekan lalu. NSementara suaminya Muhammad Nurkholifatul Amin belum berhasil diidentifikasi.

Heri yang datang bersama adik kelima Nur Kholifatul Amin, Azwar Mubarok, berharap agar jasad Nur bisa segera diidentifikasi oleh Tim DVI RS Polri sehingga bisa dikebumikan dengan layak. Meski begitu, ia juga mengaku telah pasrah dengan takdir Tuhan. Baginya, tragedi nahas yang merenggut dua orang anggota keluarganya itu memberi hikmah betapa lemahnya manusia.

"Dari musibah ini hikmahnya adalah bahwa pada hakikatnya manusia tidak bisa mengontrol kehidupannya sendiri. Ada Zat Yang Maha Kuasa yang mengatur semua. Tidak ada yang menginginkan hal ini terjadi. Memang ajal adalah sesuatu yang pasti. Dan normalnya manusia menginginkan pertemuan dengan ajalnya itu dalam kondisi yang baik, yang dapat diterima. Tapi dengan jalan ini ya, ini menegaskan kepada semua manusia bahwa manusia tidak ada kemampuan apapun, semua atas kehendak Allah, atas kekuasan Allah," kata Heri.

Heri berdoa agar keduanya dapat ditempatkan di tempat yang terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa.

"Kita sudah ikhlas dan pasrah kepada Allah, sudah menerima dengan ridho takdir Allah. Yang penting harapan kami mudah-mudahan beliau berdua ditempatkan di maqom yang mulia di sisi Allah SWT," kata Heri.

Heri pun memaklumi jika operasi SAR Gabungan Sriwijaya Air SJ 182 akhirnya dihentikan pada Kamis (21/1) kemarin. Ia berterima kasih kepada Basarnas dan semua personel SAR Gabungan yang telah berusaha semaksimal mungkin.

"Mungkin dengan habisnya batas waktu pencarian ini, kami memaklumi, kami berterimakasih kepada Basarnas dan semuanya yang telah berusaha semaksimal mungkin," katanya.

Heri juga bersyukur terkait penanganan peristiwa tersebut. "Dari pihak Sriwijaya-nya pendampingannya sudah bagus, komunikasinya selalu kita di-update. Selalu cepat tanggap. Kami berterimakasihlah dengan pihak Sriwijaya yang mendampingi kami," kata Heri.

Tangis Keluarga

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved