Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

ASI

Angka Pemberian ASI Eksklusif Selama Pandemi Covid-19 di Indonesia Meningkat 89 Persen

Fasilitas pelayanan kesehatan difokuskan untuk penanganan Covid-19, sehingga banyak pelayanan kesehatan rutin terganggu, termasuk posyandu.

Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Rizali Posumah
Isitmewa
Covid-19 mengakibatkan terjadinya perubahan pola hidup dan disrupsi sistem kesehatan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Fasilitas pelayanan kesehatan difokuskan untuk penanganan Covid-19, membuat banyak pelayanan kesehatan rutin terganggu, termasuk tidak beroperasinya posyandu dan pelayanan konseling ibu hamil dan menyusui di Puskesmas. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Pandemi Covid-19 mengakibatkan terjadinya perubahan pola hidup dan disrupsi sistem kesehatan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Fasilitas pelayanan kesehatan difokuskan untuk penanganan Covid-19, sehingga banyak pelayanan kesehatan rutin terganggu, termasuk tidak beroperasinya posyandu dan pelayanan konseling ibu hamil dan menyusui di Puskesmas.

Sehingga dikhawatirkan akan berdampak pada perilaku laktasi dan menyusui ibu Indonesia.

Namun, penelitian terbaru yang dilakukan oleh Dr dr Ray Wagiu Basrowi MKK dari Health Collaborative Center (HCC) justru menunjukkan bahwa keterbatasan operasional fasilitas kesehatan ibu hamil dan menyusui serta akses pelayanan konseling tidak menurunkan perilaku laktasi Ibu Indonesia, terutama kalangan Ibu Pekerja.

Survei daring dari HCC yang dilakukan di 20 provinsi di Indonesia membuktikan, selama masa pandemi Covid-19 di tahun 2020, angka ASI Eksklusif meningkat tajam mencapai 89 persen.

Menurut Wagiu, kebijakan PSBB yang mengharuskan ibu tetap berada di rumah justru memberi pengaruh positif terhadap peningkatan perilaku laktasi.

"Angka ini meningkat tajam dibanding angka ASI Eksklusif di Indonesia selama beberapa tahun ini yang masih berkisar antara 30-50 persen," ujarnya dalam keterangan tertulis ke Tribun Manado, Kamis (21/01/2021).

Penelitian dilakukan terhadap 379 responden Ibu Menyusui dari 20 provinsi di Indonesia ini menunjukkan bahwa  peningkatan angka keberhasilan ASI Eksklusif di Indonesia selama masa pandemi terjadi sangat tinggi pada kelompok yang bekerja dari rumah (work from home) yaitu sebesar 97,8 persen.

Sementara pada kelompok Ibu menyusui yang tetap kerja dari kantor (work from office) sebesar 82,9 persen.

Temuan lain dari tim peneliti yang terdiri dari Prof Dr dr Sudigdo Sastroasmoro, SpA(K) dan dr Levina Chandra Khoe MPH memperlihatkan bahwa pemanfaatan konsultasi layanan kesehatan daring (online) selama Masa Pandemi Covid-19 (PSBB) di Indonesia sangat membantu Ibu menyusui.

Terbukti dari banyaknya jumlah ibu menyusui (sebesar 70 persen) yang berkonsultasi laktasi dengan tenaga kesehatan secara daring, terutama melalui aplikasi WhatssApp (sebesar 40 persen).

Mayoritas responden mengakui layanan kesehatan daring selama masa pandemi sangat membantu dan efektif.

Ray menambahkan, penelitian ini menemukan masih banyak responden yang mengakui kendala jaringan dan kekhawatiran terhadap kerahasiaan data adalah faktor yang menghambat kualitas konsultasi menyusui secara daring.

“Itu sebabnya penting bagi pemerintah untuk memastikan aspek aksesibilitas dan kualitas jaringan serta tidak lupa melindungi aspek privacy dan perlindungan data pribadi serta detail medical record pasien yang memanfaatkan fasilitas telekonsultasi,” ujar Ray.

Temuan lain adalah 6 dari 10 Ibu mengakui keberadaan susu formula tidak jadi alasan berhenti menyusui selama masa pandemi.

Selain itu 5 dari 10 Ibu mengakui waktu kerja tidak fleksibel (harus WFO dan WFH)  tidak menghalangi untuk tetap menyusui.

Menurut dr Ray, ini adalah bentuk semakin tingginya tingkat pengetahuan Ibu Menyusui di Indonesia terhadap manfaat ASI Eksklusif bagi kesehatan bayi dan ibu.

Sementara itu salah seorang responden penelitian, Saskya Nabila Martin mengungkapkan, kebijakan PSBB memberi kemudahan bagi ibu menyusui terutama ibu pekerja untuk punya waktu lebih banyak dan berkualitas dalam mengasuh bayi termasuk memastikan kesuksesan menyusui secara eksklusif.

“Meskipun kesempatan konsultasi langsung dengan dokter menjadi terbatas, namun kesempatan untuk lebih hands-on dalam merawat bayi akibat keterbatasan aktifitas di luar rumah selama pandemi memberi dampak positif untuk keberhasilan menyusui dan kedekatan emosional antara ibu dan bayi yang berguna untuk tumbuh kembang si kecil," jelasnya.

Health Collaborative Center (HCC) adalah wadah promosi dan advokasi kesehatan non-profit di Indonesia terutama dalam bidang kesehatan masyarakat dan kedokteran komunitas.

Didirikan sejak Juni 2019 oleh Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK; HCC fokus pada kajian ilmiah, riset dan edukasi/promosi kesehatan masyarakat termasuk di bidang nutrisi, kesehatan kerja hingga kesehatan mental.

Untuk menjangkau kaum millennial, HCC juga menggunakan platform sosial media dengan inisiatif #SEHATINDONESIA. (ndo) 

Baca juga: Xiaomi Luncurkan Smartphone Terbaru Poco M3 Dengan Kamera 48MP, Cek Harga dan Spesifikasinya!

Baca juga: Pembangunan Terminal Bandara Samrat Manado Capai 80 Persen, Minggus Yakin Selesai April 2021

Baca juga: Peringatan Dini Cuaca Ekstrem 19-25 Januari 2021, BMKG: Sejumlah Daerah Berpotensi Banjir

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved