Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Dulu Hidup di Jalanan dan Penuhi Tubuhnya Dengan Tato, Ada Lambang Dajjal, Pemuda Ini Kini Hijrah

Semua tato yang melekat di tubuhnya itu merupakan hadiah sebagai kenang-kenangan saat bertandang ke rumah teman dari berbagai kota

Editor: Finneke Wolajan
Tiktok.com/@terdalam__
Cerita mantan anak punk dengan wajah penuh tato viral di media sosial, kini anak tersebut memilih menjadi muazin di Semarang 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Dulu tinggal di jalanan sebagai anak punk, kini pemuda bertato ini hijrah. Begini kisah lengkapnya.

Ahmad Nur Kusuma Yuda kini memperdalam ajaran agama Islam.

Wajah pemuda ini penuh tato, ia sedang duduk bersila di dalam sebuah masjid di daerah Peleburan, Kota Semarang.

Memakai serban putih di kepala dan gamis panjang dengan warna serupa, dia tampak tersenyum ramah.

Pemuda ini bernama Ahmad Nur Kusuma Yuda yang karib disapa Yuda, berusia 21 tahun.

Sosoknya terlihat menyeramkan, dengan wajah yang penuh tato dan sekujur tubuhnya.

Foto: Ahmad Nur Kusuma Yuda di Masjid Jami Al-Istiqomah Jalan Kusuma Wardani, Pleburan. (KOMPAS.com/RISKA FARASONALIA)

Namun, suaranya terdengar lembut saat berbicara dan jauh dari kesan gahar.

Sejak kecil, pemuda kelahiran Tangerang ini memang lekat dengan tato.

Semua tatonya ia dapatkan ketika dirinya memulai kisah hidupnya di jalanan.

Saat duduk di bangku taman kanak-kanak (TK) di Klaten dan sekolah dasar (SD), dirinya mengenyam pendidikan agama sebagai santri di pondok pesantren.

Setelah lulus SD, dia harus berpindah melanjutkan sekolah di pesantren dakwah di Salatiga.

Namun, tak lama kemudian dia memutuskan untuk kabur lantaran tidak betah.

Ayahnya sempat mengembalikan Yuda ke pesantren itu, tetapi dirinya tidak kuat dan dipulangkan ke rumah.

Selang dua hari tinggal di rumah, lantas Yuda memulai pencarian jati dirinya dengan memilih hidup di jalan sebagai anak punk.

"Dulu saya pernah kabur dari pesantren. Memilih hidup di jalan. Nyari teman ke Semarang, lalu ke Jakarta.

Terus jalan ke Merauke, Bali, dan Aceh," jelas Yuda saat ditemui Kompas.com, Jumat (15/1/2021).

Foto: Ilustrasi saat (Human Resources Online via Tribun Jogja)

Yuda bertahan hidup di jalan dengan berjualan kaus sablonan di acara-acara komunitas dan mengamen.

Bahkan, dia juga pernah mencoba menjadi tukang tato di Bali.

"Datang ke acara-acara cari teman buat silaturahmi. Jualan kaus buat hidup dan ngamen di jalan," ucapnya.

Yuda bercerita tentang awal mula tato bersarang di tubuhnya hingga memilih jalan untuk berhijrah.

"Sejak lulus SD sekitar umur 12 tahun, pertama kali di tato di bagian wajah, gambar air mata di dekat mata kanan dan kiri.

Artinya, biar enggak cengeng dan tambah kuat. Awalnya enggak boleh, tapi saya bandel," ujarnya.

Seiring perjalanan hidupnya, tato mulai bertambah dari tangan, punggung, hingga menjalar ke wajahnya.

Dia mengaku semua tato yang melekat di tubuhnya itu merupakan hadiah sebagai kenang-kenangan saat bertandang ke rumah teman dari berbagai kota.

"Ada gambar mata Dajjal di panggung, gambar Bunda Maria di lengan kiri, gambar muka setan di telapak tangan kiri, dan gambar Joker di lengan kanan.

Lalu gambar bio mekanik di wajah. Kalau keluar kota dapat kenang-kenangan tato dari teman," ujarnya.

Kemudian, menjelang bulan Ramadhan tahun lalu, dia mulai merenungi hidupnya dan memikirkan masa depan.

Lantas, hatinya pun terketuk hingga memutuskan untuk meninggalkan masa lalunya.

"Saya renungkan dan telepon Om saya, saya mau hijrah kembali ke jalan yang benar.

Walau keluarga belum menerima semua, tapi saya usaha," katanya.

Meski sekarang telah memilih berhijrah, dia mengaku tidak berniat menghapus tatonya.

"Saya tidak menyesal dan tak ada niat menghapus. Biar tahu zaman jahiliyah kita.

Jadi kita tahu sudah kembali ke jalan yang benar. Nanti biar nanti di akhirat saja yang tahu itu salah dan benar," ungkapnya.

Foto: Ilustrasi salat (mtviewmirror.com)

Yuda akhirnya memilih tinggal di Semarang karena dekat dengan keluarga termasuk ayah.

Dia mengaku proses hijrahnya tidak mudah dan penuh rintangan.

Terlebih lagi, dirinya kerap kali dipandang sebelah mata oleh beberapa orang.

"Pandangan pertama orang-orang di masjid mereka tadinya pada takut.

Pas waktu shalat banyak dilihatin orang. Mereka pada bingung.

Tapi, yang penting saya sudah niat dan berusaha. Akhirnya sekitar sebulan mereka sudah mulai terbiasa dan menerima," tuturnya.

Kini Yuda menjalani hari-harinya dengan membantu mengurus masjid di Masjid Jami Al-Istiqomah Jalan Kusuma Wardani, Pleburan.

"Saya tinggal di sini sekarang, bantu-bantu bersih-bersih, adzan, memang harus adaptasi, Alhamdulilah di sini menerima saya," ungkapnya.

Selain itu, dia juga memperdalam ilmu agama dan menghafal Al Quran yang dulu sudah 24 juz, menemui ulama-ulama, dan mempelajari lagi ilmu dakwah.

Dari pertemuannya dengan ulama di Jawa Barat, Yuda diberi nama Sa'ad Al-Maliki yang diambil dari nama salah satu sahabat Rasullullah.

"Nama sahabat Rasulullah, Sa'ad. Tidak terkenal di bumi, tapi terkenal di langit," katanya.

Yuda ingin hidupnya bermanfaat bagi banyak orang.

Dia pun memiliki cita-cita berdakwah di wilayah pelosok negeri.

"Habis Lebaran tahun ini saya keluar empat bulan (berdakwah).

Sekarang ini memperbaiki bacaan Al Quran saya dulu, mengulang hafalan yang sudah 24 juz," katanya.

Anak ketiga dari empat bersaudara ini juga berharap bisa bertemu dengan ibunya karena sejak kecil orangtuanya telah berpisah.

"Dari kecil tidak pernah ketemu ibu, saya ingin ketemu, tapi Allah belum mempertemukan lagi.

Dengar-dengar di Kalimantan, tapi saya menunggu Allah mempertemukan," ujarnya.

Yuda juga memiliki tujuan hidup membangun keluarga kecil, memperoleh pekerjaan, dan membahagiakan orangtua.

Seorang takmir Masjid, Syarifudin, merasa bangga dengan pilihan hidup yang ditempuh oleh Yuda.

Dia berharap Yuda bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi ke depannya.

"Kita sebagai takmir bangga dan ikut bahagia melihat Mas Yuda kembali menjadi orang yang baik.

Semoga bisa terus dipegang dan segera dipertemukan dengan ibunya," ucapnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Pemuda Beserban dengan Wajah Penuh Tato, Mimpinya Ingin Jadi Pendakwah dan Bertemu Sang Ibu"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved